Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Jumat, 30 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 30 Januari 2015 (Tobat Kumatan)

Kang Maman Tobat Kumatan

Iman manusia seperti gelombang; pasang surut, keluar masuk dari diri kita. Tobat-kumat, tobat lombok; ngerasa pedas, tapi besok diulang dan diulang lagi. Tapi selalu ada jalan pulang, dan “sebaik-baiknya jalan pulang,” kata Ust. Wijayanto, “adalah tobat nasuha (bentuk tobat yang tidak ada kata kembali untuk melakukan dosa yang diperbuat setelah melaksanakan tobat tersebut, sebagaimana air susu tidak akan pernah kembali ke tempatnya semula).”

Ulama tafsir, Al-Qurtuby, mengatakan, tobat nasuha adalah di mana di dalamnya terkumpul empat hal—yang diistilahkan oleh Ust. Wijayanto sebagai ‘5-I’. Keempat hal itu adalah: Istighfar dengan lisan; menjauhkan diri dari dosa dengan anggota badan; bertekad untuk tidak kembali melakukan dosa dengan hati; dan terakhir adalah meninggalkan perkara yang buruk.

Secara sederhana, tobat nasuha itu meliputi 3-illat, yaitu: Killat (merasa kecil jika kembali kumat); Illat (merasa ada penyakit jika kembali kumat); dan Zillat (merasa hina jika kembali kumat).

Jadi, intinya: Tobat niscaya asal punya tekad kuat, kumat juga niscaya jika tekad tidak bulat.

Tobat, jangan tunggu saat melarat, atau jelang sekarat. Karena kalau “paket usia” terblokir di tengah jalan yang sesat, Anda tak akan selamat saat datang kiamat! (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 29 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 29 Januari 2015 (Kasak-kusuk Susuk)

Kang Maman Kasak-kusuk Susuk

Susuk, merujuk pada suatu cara memasukkan benda asing ke dalam badan seseorang secara spiritual, untuk mendapatkan suatu kelebihan—baik sebagai penarik lawan jenis, penambah daya tarik, percaya diri, dan kekuatan pada fisik—yang semuanya merupakan bentuk sugesti seseorang yang telah menggunakan susuk itu.

Sejumlah referensi menyebutkan, praktik susuk asal mulanya dari kebudayaan Malaysia, yang kemudian merembes masuk ke Indonesia. Adakah yang memakai? Jawabnya: ada. Buktinya, seperti malam ini diungkap Bu Ayu: Dari orang biasa, seleb, sampai politisi. Silakan, bellieve it or not.

Tapi yang harus kita pegang, tetap ada satu hal: Dalam hal apa pun, ada kaidah bahwa ‘tujuan yang baik tidak bisa menghalalkan yang tidak baik’—tujuan yang baik tetap tidak boleh menghalalkan segala cara. Dan jangan tergantung pada hal-hal bendawi, lalu melupakan-Nya.

Dan susuk yang terbaik, susuk alami pemberian Tuhan yang paling memikat, yakni: SuSuk, singkatan dari ‘SUara SUKma’—nurani terdalam yang jujur, tulus yang terpancar keluar, inner beauty yang membuat orang di sekeliling menjadi tersinari, adem dan damai. Bahasa Fitrop [Fitri Tropica], “Mau banyak yang sayang, nggak perlu tambah susuk, cukup doanya yang tambah khusyuk. Mau banyak rezeki, nggak perlu pake pelet, cukup ibadahnya ngga pake lelet.”

Ingat, dalam segala hal, menipu diri menyelamatkanmu sementara, tapi menghancurkanmu selamanya! (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 28 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 28 Januari 2015 (Dangdut Night)

Kang Maman Dangdut Night

Dangdut adalah potret utuh negeri ini. Liriknya mencakup seluruh aspek IPOLEKSOSBUDHANKAM [Ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan, keamanan]. Apa buktinya?

Ideologi dan politik; Simak lirik lagu Kerukunan-nya Mara Karma dalam album Kerukunan (Pancasila), atau Hak Asasi dari Rhoma Irama, ada lirik: Terapkan demokrasi Pancasila/ sebagai landasan negara/ jangan suka memperkosa/ kebebasan warga negara/ karena itu bertentangan/ dengan peri kemanusiaan.

Ekonomi; Tentu kita akrab dengan lirik Sepiring Berdua, Termiskin di Dunia, atau Yang Kaya Makin Kaya, Yang Miskin Makin Miskin.

Sosial-Budaya; Terdiri dari banyak suku bangsa, itulah Indonesia. Dan musiknya adalah percampuran unsur-unsur musik dan budaya dari Hindustan, India klasik. Terbukti dari penggunaan tabla (bunyi dangdut dari situ), dan lagu Boneka Dari India – Ellya Khadam, bercampur dengan Melayu Deli yang terasa kental dengan tokohnya: Husein Bawafie. Dan Arab, dengan alat musik gambus yang terasa pada cengkok dan harmonisasinya dengan tokoh utamanya: Syech Albar. Dan dangdut kontemporer dengan pengaruh barat yang terasa pada penggunaan gitar listrik sejak tahun 1968, tokohnya, jelas: Rhoma Irama.

Han-Kam; Dengar lirik Pak Hansip – Endang Kurnia, atau Pak Hansip, Pak Polisi, Tulung Cekel Pacarku dangdut koplo Gita Silviana. Atau lagu Empat Angkatan – Manis Manja Group: Hai engkau gagah/ apabila engkau pakai seragam loreng/ Hai engkau tampan/ apabila lengkap dengan baretnya/ Terimalah doaku untukmu pahlawan bangsa.

Jadi, dangdut adalah potret hidup kita. Kadang melambung seperti bola yang ditendang ke atas seperti kata Ona Sutra, kadang dut; terhempas; terpuruk; tersudut di lubang bawah kehidupan.

Dangdut adalah potret roda pedati kehidupan rakyat Indonesia, sekaligus cara orang Indonesia menyiasati hidup. Bahagia, joget; sedih, joget; riuh-heboh, berdangdut koplo. Asal ingat, jangan sambil tegak pil koplo yang bikin bego.

Musik itu indah dan memperhalus jiwa, bukan menghancurkan raga dan merusak nurani. Goyangan dangdut yang terbaik adalah jika dangdut mampu menggoyang dan mengguncang dunia. Dan dangdut itu: Jempol! (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 27 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 27 Januari 2015 (Dari Tabrakan Maut, Eksekusi Mati, Cicak vs Buaya Jilid 2, hingga Penemuan Mata Uang Asing di TPA)

Kang Maman Dari Tabrakan Maut, Eksekusi Mati, Cicak vs Buaya Jilid 2, hingga Penemuan Mata Uang Asing di TPA

Kursi kuasa dan lembaran uang bisa membuat seseorang bahagia. Tapi uang dan kuasa juga bisa memabukkan, membuat lupa diri seperti halnya narkoba yang tak cuma celakakan diri sendiri tapi juga orang lain, menabrak dan membunuh orang-orang yang tak bersalah, menyeret orang lain ke liang masalah—hingga ke liang lahat.

Meski uang bisa ditemukan dari tempat pembuangan akhir sampah [TPA], hingga ke rekening gendut para koruptor dan sampah masyarakat, tetapi uang tak bisa digunakan untuk menyogok Tuhan agar dimasukkan ke dalam surga—bahkan juga untuk menunda sedetik saja kematian kita pun tak kuasa. Demikian juga dengan kursi kuasa dan beragam jenis narkoba.

Ingat, kaya bukanlah memiliki harta yang besar, tetapi memiliki sedikit keinginan. Dan dia yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak. Dia yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak. Dan dia yang kehilangan keyakinan dan kejujurannya, akan kehilangan semuanya.

Uang, kuasa, dan narkoba tak akan mampu mengisi ruang hampa, malah justru menciptakan ruang hampa di jiwamu. Dan di atas segalanya, teman-teman sepakat: Bendera Merah Putih harus lebih tinggi dari bendera partai. Kesetiaan pada partai harus segera berakhir setelah negara memanggilmu untuk mengabdi. Karenanya, di atas semua hashtag, hashtag tertiggi adalah: #SaveIndonesia. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 26 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 26 Januari 2015 (First Impression)

Kang Maman First Impression

Saking pentingnya ‘first impression’, sampai dipelajari secara khusus, dan banyak yang mau mempelajarinya. Ada 4 kunci kesan pertama dalam ilmu pengetahuan:

[1] Semua hal dalam 8 detik pertama saat kamu bertemu dengan seseorang harus penuh kesan.

Yang kedua, menurut penelitian lagi: Masuklah melalui sisi sebelah kanan orang yang akan kita kesankan itu karena otak kanan meresponnya dari segi positif jika dibandingkan masuk dari sisi kiri.

Yang ketiga: Selalu salaman dengan genggaman yang kuat. Itu menunjukkan rasa percaya diri yang besar.

Dan yang keempat: Pandang mata lawan bicara Anda lekat-lekat, jangan lepaskan barang sedetik pun—selama 8 detik.

Tetapi, siapa bilang first impression itu segalanya?

Berdasarkan penelitian dari Tim Sanders, seorang motivasional dan penulis buku The Likeability Factor, ditemukan: Jangan bergantung hanya pada pandangan pertama. Ada hal lain yang lebih penting untuk membentuk persepsi seseorang, yakni ‘second impression’ alias ‘kesan kedua’. Itu karena jika pertemuan pertama berjalan baik, kesan kedua akan semakin sulit karena ekspektasi yang semakin meningkat.

Ketika pertemuan kedua tidak berlangsung sebaik yang pertama, orang akan merasakan kehangatan yang terbentuk di awal langsung mendingin, dan sulit untuk dilanjutkan ke pertemuan ketiga.

Dan yang terakhir, dalam hal cinta—entah pada pandangan pertama, berikutnya, atau selanjutnya—harus selalu diingat: Jatuh cinta itu pakai perasaan, mempertahankannya pakai penghasilan dan kesetiaan.

Dan ketuk orang di pandangan pertama dengan ikhlas, maka kamu akan tekuk mereka di pandangan berikutnya. Tapi jika kamu ketuk dengan dusta, kamu akan dikutuk di pertemuan selanjutnya. (Maman Suherman)

***

“Seorang pria berharap pandangan pertamanya menemukan cinta pertama seorang wanita. Sedangkan pandangan pertama seorang wanita, berharap dipertemukan dengan cinta terakhir seorang pria.” – Jarwo Kwat #JarwoQuote
Share:

Jumat, 23 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 23 Januari 2015 (Jujur Salah, Bohong Bikin Masalah)

Kang Maman – Jujur Salah, Bohong Bikin Masalah

Ada 4 poin yang tercatat:

Pertama: Jika ingin mengerti keburukan sifat dusta dari diri sendiri, maka perhatikan kebohongan orang lain, niscaya Anda akan membencinya, merendahkan dan mengecamnya. Begitulah kedudukan orang yang berdusta, yang melakukan suatu yang tidak terpuji, dan melakukan salah satu ciri kemunafikan, yakni jika berkata, ia berbohong.

Tadi Pak Qomar di segmen ke-4 mengutip apa yang pernah diucapkan oleh Ibnu Mas‘ud radhiallahu ‘anhu, “Suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya jujur itu menunjukkan kebaikan, sedangkan kebaikan menuntun menuju surga. Sungguh, seseorang yang membiasakan jujur, niscaya dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sebaliknya, sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada kemungkaran, sedangkan kemungkaran menjerumuskan ke neraka. Sungguh, orang yang selalu berdusta akan dicatat sebagai pendusta.’” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Jadi, poin ketiga: Pada hakikatnya, jujurlah, dan jangan perlakukan orang seperti kebanyakan orang memperlakukan bendera; seolah-olah dipuja, dihormati, lalu ditarik ulur, kemudian ditinggalkan sendiri, kepanasan sendiri, kehujanan sendiri, merana sendiri, hingga lecek dan warnanya meluntur.

Dan terakhir: Cinta pun bisa berdusta. Tapi jika yang engkau miliki adalah cinta sejati, maka semua bisa diatasi. Jika ada cinta sejati yang mewarnai hidupmu, kamu pun tak akan pernah mengkhianati siapa pun dengan berdusta. Tersirat dalam kalimat Fitrop [Fitri Tropica], “Lebih baik ditampar oleh kejujuran, daripada dikecup oleh kebohongan.” (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 22 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 22 Januari 2015 (Jual Beli Tuyul)

Kang Maman Jual Beli Tuyul

Ada kata-kata bijak kuno: “Orang benar, bertunas seperti pohon kurma.” Dengan kondisi tanah kering, gersang, tandus, dan kerap dihantam badai gurun yang dahsyat, hanya pohon kurma yang bisa bertahan hidup. Itu karena orang tanam biji kurma ke dalam lubang pasir, lalu ditutup dengan batu untuk memaksa pohon kurma berjuang tumbuh ke atas. Justru karena alami tekanan, membuat pertumbuhan akar ke dalam tanah menjadi maksimal. Dan setelah akarnya kuat, barulah biji pohon kurma tumbuh ke atas, bahkan bisa menggulingkan batu yang menekannya.

Ditekan dari atas supaya bisa mengakar kuat ke bawah, bukankah itu prinsip kehidupan yang luar biasa? Begitulah Tuhan kerap mengizinkan tekanan hidup datang. Bukan untuk lemahkan dan hancurkan kita, tapi untuk membuat kita berakar makin kuat, yang pada waktunya mampu menjebol “batu masalah” yang selama ini menekan kita. Dan kita pun keluar jadi pemenang kehidupan.

Tuhan mendesain kita seperti pohon kurma dengan indah dan begitu tangguh. Mengapa kita mesti mengandalkan rezeki pada makhluk kecil bernama ‘tuyul’, yang jika dimasukkan ke dalam botol saja tidak mampu keluar karena tidak mampu mendorong tutup botol itu?

Jadi, cecaplah manisnya buah kurma; buah kehidupan dari hasil perjuangan sendiri, dan campakkan tuyul yang hadir untuk sesatkan dan lemahkan iman di hatimu! (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 21 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 21 Januari 2015 (Sudah Terlalu Lama Sendiri)

Kang Maman Sudah Terlalu Lama Sendiri

Oryza sativa adalah nama latin dari padi. “Hidup ini penuh berkah, jangan dirusak dengan keluh-kesah,” kata Fitrop [Fitri Tropica]. Jika lelah menunggu, ikhlaskan. Karena ikhlas itu bukan demi orang lain, tapi demi melindungi diri sendiri dan demi kebaikan sendiri. Matahari toh tetap sendiri selama 4,57 miliar tahun, dan masih tetap bisa bersinar menyinari dunia—tak pernah menagis. Cuma ingat, hati akan punya naluri tak terbantahkan untuk mencari pasangannya.

Gelap tak akan bisa membawa kita keluar dari kegelapan; hanya cahaya yang dapat melakukannya. Benci tak dapat membuat kita keluar dari kebencian; hanya cinta yang dapat melakukannya. Demikian juga dengan kesendirian; tak bakal membuat kita keluar dari kesendirian itu, hanya keinginan untuk mencinta dan menjadi kita yang dapat melakukannya. Kecuali kalau kata ‘kita’ itu didefinisikan sebagai: Yang, kau dan aku tak 'kan pernah menjadi.

Namun walau sendiri, jadilah berguna. Jadilah cahaya; walau tak tersentuh, tapi selalu menerangi. Jadilah angin; walau tak berwujud, tapi selalu memberi kesejukan. Dan jadilah teman sejati; walau tak bersama menjalani hidup dan menjalani hari, tapi selalu ingat dalam doa. Dan selalu ingat: The eagle flies alone, elang selalu terbang sendiri. (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 20 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 20 Januari 2015 (Status Rahasia)

Kang Maman Status Rahasia

Ada 4 poin yang bisa diambil malam ini: Pertama, pernikahan itu mitsaqan ghaliza (perjanjian yang sangat kuat). Karenanya, saat dilaksanakan, perlu ada data yang akurat dan transparan, perlu ada wali dan saksi, dan perlu dipublikasikan agar tak muncul fitnah. A’linu nikahakum (umukanlah pernikahanmu), dan sebaiknya diwalimahkan. Aulim walau bisyaatin (dipestakan walau hanya dengan menyembelih seekor kambing).

Dan ingat, nikah itu sempurnakan agama. Annikahu nisfuddin (nikah itu setengah agama), dan setengahnya lagi disempurnakan dengan amalan-amalan lain. Jadi, mengapa perjanjian kuat yang bermakna setengah agama, yang ijab kabulnya getarkan arasy Allah mesti ditutupi?

Tetapi apakah boleh menutupi sesuatu? Jawabannya: boleh, asal wujudnya bisa disimbolkan seperti ini: Mengapa kita menutup mata kita ketika kita berdoa; ketika menangis; ketika mencium dan bermimpi? Jawabnya: Karena hal terindah dalam hidup bukan yang terlihat oleh mata, tapi yang terlihat dan terasakan oleh hati. Dan karenanya, menutupi sesuatu jangan sampai membuat hati kita justru ikut tertutup gelap, dan akhirnya tersesat.

Juga harus diingat, ini yang ketiga: Kalau kita tidak tahu mengapa orang menutupi sesuatu, kita jangan berpraduga buruk dan mengadili—seperti kondisi Cita Citata saat ini. Tetapi tetap harus netral, harus tetap berpikir bersih dan ikuti kata-kata almarhum Bob Sadino, “Setiap bertemu orang baru, saya selalu mengosongkan gelas saya terlebih dahulu.” Supaya kita tak mudah menilai dan bisa menyesatkan.

Yang terakhir, sekali lagi kembali ke hati karena hati adalah penuntun; cermin yang akan membiaskan baik jika baik, buruk jika buruk, dan tak pernah berbohong. Dan, cinta bukan aib, juga bukan iba. Cinta itu rahasia hati, baik bila diumumkan, tak elok bila diumbar-umbar. Dan kata Pak Jarwo, “Nikah itu baik dikabarkan, tidak baik untuk dikaburkan.” (Maman Suherman)

***

“Pernikahan harus dikabarkan, bukan dikaburkan. Janganlah kau menutupi pernikahanmu, tapi tutupilah kekurangan pasanganmu.” – Jarwo Kwat #JarwoQuote
Share:

Senin, 19 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 19 Januari 2015 (Sekolah Homogen)

Kang Maman Sekolah Homogen

Sekolah homogen atau heterogen, semua ada kelebihan masing-masing—tadi sudah dipaparkan oleh Intan Erlita. Jadi, sebenarnya tak perlu dipertentangkan.

Pertanyaan sederhana: Sekolah boleh homogen atau heterogen, bagaimana dengan pendidikannya, haruskah juga homogen atau heterogen, atau campuran keduanya?

Dalam banyak referensi, dalam komunitas anak-anak satu etnik sekalipun, keberagaman dan peminatan yang berbeda adalah hal yang wajar—tadi dipaparkan Cak Lontong. Dan seharusnya karena mereka bukan kumpulan robot yang senada dan seragam, seperti kata Pak Jarwo, oleh karena itu pendidikan yang bersifat heterogen sangat diperlukan, namun pendidikan homogen tentang satu hal yang sama, tidak bisa dilupakan untuk sebuah negera sebesar Indonesia, atau negara yang masih harus memperkukuh nasionalismenya.

Terlepas sekolahnya homogen atau heterogen, belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan, atau diubah melalui praktik atau latihan. Jadi, teringat sebuah pernyataan menarik dari artis Natalie Portman, yang mengatakan, “Aku tidak suka studi! Aku benci studi! Aku lebih suka belajar, dan belajar itu indah.”

Jadi, tugas kita semua adalah bagaimana supaya anak didik di sekolah homogen atau heterogen kasmaran dalam belajar. Jangan hambat gairah belajar mereka dengan hal-hal menakutkan. Karena, belajar itu bukan kewajiban, belajar itu hak anak. Sekali lagi, belajar itu hak anak, dan negaralah yang wajib menyediakan fasilitasnya.

Dan yang terakhir, harus diingat untuk semua orang—entah itu di homogen atau di sekolah heterogen: Kita pandai bukan karena diajar, tapi karena belajar. (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 16 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 16 Januari 2015 (Kok Belum Nikah?)

Kang Maman Kok Belum Nikah?

Menikah bukan akhir, justru awal perjalanan panjang untuk mengayuh biduk berdua. Tidak sendiri lagi di tengah samudra kehidupan yang kadang tenang menghanyutkan, namun tak jarang penuh debur gelombang yang mengombang-ambing.

Jika belum penuhi persyaratan, ya jangan dipaksakan hanya demi menyenangkan mata orang. Toh, sendiri bisa jadi lebih baik asal bahagia, daripada berdua tapi penuh derita dan siksaan. Tapi juga jangan karena terus-terusan beralasan belum siap, lalu tidak menikah. Karena ada janji Tuhan di dalamnya, sesuai dengan sabda Rasul, “Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian di antaramu. Sesungguhnya Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka.” Jadi, jangan takut miskin karena nikah!

Jika jodoh telah mengetuk pintu hatimu, buka, sambut, dan terimalah. Lalu berakit-rakit ke penghulu, berenang-renang ke pelaminan. Berjuang teguh tegakkan janji setia yang telah diakadkan dan getarkan arasy Allah, demi mencapai pantai Samawa (sakinah, mawadah, wa rahmah); penuh damai, bertabur cinta, dan kasih sayang, dalam bingkai kelembutan, dekap kasih dan penuh cinta dari karunia Ilahi.

Teringat sabdamu ya Rasul—tadi disampaikan secara tersirat oleh Ust. Maulana—“Sesungguhnya apabila seorang suami memandang istrinya dengan kasih sayang, dan istrinya juga memandang suaminya dengan kasih sayang, maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih dan sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari istrinya dengan kasih sayang, maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya.”

Dan buat teman-teman yang masih menunda nikah, padahal sebenarnya sudah penuhi persyaratan, pertimbangkan ajakan singkat ini: Mblo, menikahlah! Jadi mantan atau manten, naik ke pelaminan atau cuma lamunan, beda tipis. (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 15 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 15 Januari 2015 (Indigo)

Kang Maman Indigo

Dia yang ada di atas sana, tentu punya maksud dalam setiap penciptaan-Nya—yang diciptakan-Nya dengan penuh kasih. Jadi, terimalah anak-anak kita; laki-laki, perempuan, putih, hitam, kuning, sawo matang, karena setiap anak itu spesial, istimewa.

Saya jadi teringat Elena Desserich, seorang anak kecil berusia 6 tahun, yang seperti anak indigo lainnya, ia sudah bisa menebak kapan ia meninggal ketika diputuskan dia menderita kanker otak. Selama dia diputuskan menderita kanker otak, ia mulai menyembunyikan ratusan surat cinta kecil di sekitar rumah agar kelak ketika ia meninggal, orang tuanya tidak merasa kehilangan.

Ia menulis kecil-kecil selama 255 hari. Ia tulis surat cinta dan dia sembunyikan sampai akhirnya dia meninggal pada tahun 2007. Dan baru setelah kematiannya, orang tuanya menemukan ratusan surat Elena yang disembunyikan di antara bungkus CD, rak buku, di laci meja, di ransel orang tuanya, yang baru diketahui setelah Elena meninggal.

Ia sangat tahu kapan akan pergi, dan ia ingin meninggalkan butiran-butiran cinta yang tak terlupakan. “Ini benar-benar seperti pelukan kecil dari dia, seperti dia mengatakan bahwa dia ada di atas, tapi dia tetap melihat dan bersama kami,” kata kedua orang tuanya.

Jadi, sekali lagi, setiap anak itu spesial. Ia kado istimewa buat ibu bapak, keluarga, dan lingkungannya. Jadi, terima dan cintailah apa adanya karena mereka lahir dari cinta kita, atas karunia Sang Maha Cinta.

Jadi, kecup sayang kami untuk anak-anak kami tercinta, yang indigo, yang autis[me], yang ADD [Attention Deficit Disorder], yang ADHD [Attention Deficit Hyperactivity Disorder], dan semua anak-anak Indonesia lainnya karena kalianlah bintang-bintang di langit kehidupan kami: Harapan yang menyinari kami. (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 14 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 14 Januari 2015 (India Lawak Klub)

Kang Maman India Lawak Klub

Ada satu buku yang ungkap utang dunia kepada India: The Wonder That Was India – A.L. Basham.
Di situ tertulis, India memiliki berbagai penemuan mengenai ilmu pengetahuan, astronomi, agama, sains, filosofi, pengobatan, matematika, ilmu ukur, astronomi, sampai olahraga catur. Itu dari India—jelas dikatakan oleh Ronal tadi.

Jadi, terlepas suka atau tidak dengan invasi india dalam budaya, bukan hal baru dan harus kita akui. Jadi, mari ucapkan hari ini: Habis Korea terbitlah India, kembali di layar kaca kita.

Dan invasi yang diawali Mahabharata, hanyalah pengulangan fenomena '90-an ketika sebuah stasiun TV juga menayangkan cerita yang sama dan meledak.

Jadi, mari belajar dari apa yang tadi dikutip Pak Jarwo, dari kata-kata bijak Mahatma Gandhi yang menurut amatan menjadi rumusan mengapa film dan sinetron India bisa sedemikian menjelajah dunia. Gandhi bilang, “Bila kamu punya kebenaran, maka kebenaran itu harus ditambah dengan cinta, atau pesan dan pembawanya akan ditolak.” Mereka yakin dengan kebudayaannya, mereka kemas penuh cinta, dengan cerita cinta dan lagu-lagu cinta yang melambungkan, dan mereka yakin akan diterima dunia. Dan itu terbukti.

Pertanyaannya, akankah rating atau sharing membuat kebanggaan menjadi tuan rumah di negeri sendiri menjadi tidak ada lagi?

Lagi-lagi teringat Gandhi yang anti-kekerasan yang berujar, “Tidak ada orang yang bisa menyakitiku tanpa izinku.”

Jadi kalau ingin melihat layar kaca kita, layar lebar kita, sesemarak dan sedahsyat sinema India, Gandhi lagi-lagi kasih kunci, “Jadilah bagian dari perubahan yang ingin kamu saksikan!” You must be the change you want to see in the world! Karena mencintai produksi dalam negeri, jangan berhenti sebatas jargon, tapi buktikan!

Lagi-lagi masih dari Gandhi, “Mereka tidak dapat mengambil harga diri kita, apalagi cuma sebatas layar kaca kita kalau tidak kita yang memberikannya kepada mereka.” Dan yang terpenting, jauh lebih baik belajar dari kelebihan orang lain daripada menyalahkan orang itu. Jangan dengki dengan kelebihan orang, tapi justru belajar dari mereka! (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 13 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 13 Januari 2015 (Ada Harga Ada Kualitas?)

Kang Maman Ada Harga Ada Kualitas?

Pertama-tama, doa kami semua untuk seluruh korban Air Asia, semoga damai di sisi-Nya, dan semua keluarga yang ditinggal diberi kekuatan dan ketabahan [aamiin]. Juga, doa kami untuk keselamatan seluruh anggota Basarnas, dan tim pencari korban dan badan pesawat.

Rakyat tahu ada hukum supply [and] demand: Jika permintaan tinggi tapi persediaan barang rendah, harga pasti naik. Rakyat juga kerap mencium adanya “orang-orang jahat”, yang sengaja menimbun barang agar barang hilang di pasaran, lalu permainkan harga semaunya. Meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa peduli teriakan nurani rakyat, yang kantong dan perutnya sudah ngos-ngosan.

Tapi rakyat kebanyakan yang sudah pusing dengan penghasilan yang pas-pasan, tak lagi mau dipusingkan dengan hitung-hitungan—soal perbandingan pasokan dan permintaan. Bagi mereka simpel: Itu urusan negara dan penguasa; eksekutif juga legislatif, yang telah mereka pilih untuk mewakilinya, yang telah mereka gaji lewat pembayaran pajak yang mereka patuhi.

Bagi rakyat, yang utama ‘terjangkau dan aman’. Yang boleh menjulang tinggi hanya langit. Di bawah langit tidak boleh, dan semua harus terjangkau. Namun semua orang juga tahu, ada semacam “fatwa” yang tak bisa diabaikan, termasuk dalam soal harga, pelayanan, dan keselamatan konsumen dan rakyat. Pertama, aturan wajib ditegakkan. Pelaku pelanggaran peraturan, operator atau regulator harus disidangkan, dan keselamatan konsumen harus diutamakan—baik dalam soal transportasi, hingga soal produk makanan dan minuman.

Dan satu terakhir, ada becandaan dari Cipan [Cici Panda] tadi: Apakah karena nonton TV itu gratis, lalu kualitas pertanyaan presenter-nya seadanya? Pengisi acara dan acaranya juga semaunya? 'Kan? Semoga tidak.

Yang harus ditanamkan dan diyakinkan kepada rakyat, sebagaimana dicontohkan dalam obat generik: Mahal bukan jaminan, murah belum tentu murahan. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 12 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 12 Januari 2015 (Umbar-Umbar di Sosial Media)

Kang Maman Umbar-Umbar di Sosial Media

Rumah pada umumnya berpintu tak besar dibanding dinding yang melingkupinya. Jendela dan kisi-kisinya pun proporsional dan lebih kecil lagi. Dan meski pintu dibuka, secara etis, orang lain yang hendak masuk harus mengetuk, memberi salam, dan baru masuk jika diizinkan pemiliknya.

Apa hendak dikata, di era sosial media, justru tuan rumah yang membuka pintu selebar-lebarnya, sampai ke ruang yang sangat privat sekalipun: ke tempat peraduannya.

Orang-orang bak menggratiskan dirinya dijamah siapa pun. Padahal kita tahu semua, kunci seseorang dihargai oleh orang lain adalah jika orang itu menghargai dirinya sendiri. Dan bukankah benda, meski jenisnya sama, tapi satu dipasarkan di tepi jalan, terhempas angin dan debu, terhajar sinar mentari, tersaput angin dan hujan, akan lebih murah harganya dibanding bila ditawarkan di etalase yang hangat dan tertutup dari kemungkinan menjadi buram dan kusam?

Sangat terbuka di media sosial juga punya konsekuensi yang tak terduga. Karena tidak semua bisa menanggapinya secara positif—terutama oleh orang yang SMS (Senang Melihat orang Susah, dan Susah Melihat orang Senang). Kita ungkap kesusahan, mereka senang. Kita ungkap dan untai kesenangan kita, mereka malah iri, susah, dan dengki.

Tersurat dalam pernyataan Fitrop [Fitri Tropica] tadi, “Pintar jaga image silakan, tetapi jauh lebih utama pintar menjaga perasaan orang lain.”

Dan terakhir, apa pun jika semakin diumbar, akan semakin hambar, dan tak punya nilai tawar. Seperti kata Ronal, “Dari cinta yang muuuachh, muuuachh, muuuachh di Path, bisa berubah menjadi tak awet, bahkan mudah berubah menjadi: mual, mual, dan membuat orang lain muak dan muntah! (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 09 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 9 Januari 2015/1 Oktober 2014 (Baca Tulis dan Hitung)

Kang Maman Baca Tulis dan Hitung

4x6 atau 6x4?

Matematika tak sekadar bicara soal kebenaran. Bahkan, yang ada hanyalah kesahihan. Jika penalarannya sahih, semestinya kita bisa terima. Lagi pula, matematika bukan sekadar berhitung dan kegiatan angka-angka; di dalamnya ada perihal observasi, identifikasi, pengenalan pola, sampai ke bentuk-bentuk geometri.

Dan, kata kuncinya kata Pak Jarwo tadi, “Belajar itu semestinya fun (menyenangkan), bukan malah membuat anak tertekan, apalagi terancam.”

Selain itu, ada persoalan yang tidak kalah mendesaknya. Kemampuan calistung [membaca, menulis, dan berhitung] penting karena berkaitan langsung dengan bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.

Nah, PR terbesar: Angka buta huruf di negeri ini masih 4,2% dari jumlah penduduk. Jadi, masih lebih dari 10 juta.

Jadi, kepada wakil rakyat yang hari ini dilantik, dan juga kepada presiden dan Wapres baru yang sebentar lagi akan dilantik, kami titipkan ini kepadamu, buktikan bahwa Anda semua mampu menjalankan amanah yang diberikan, yang di antaranya: “Mencerdaskan kehidupan bangsa,” dengan cara menurunkan tingkat buta aksara.

Jangan khianati amanat ini, apalagi amanat ini jelas tercantum dalam preambul Undang-Undang Dasar 1945. (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 08 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 8 Januari 2015 (Mimpi, Percaya atau Tidak?)

Kang Maman Mimpi, Percaya atau Tidak?

Terserah kepada kita masing-masing, ingin memahami hakikat stimulus dan sumber kemunculan sebuah mimpi dari sudut pandang mana. Entah itu dari sudut mazhab psikodinamika – Sigmunt Freud, sesuai bukunya The Interpretation of Dreams, ataukah Jung, atau dari ahli tasawuf falsafi kelahiran Spanyol, Ibnu Arabi, yang berkaitan dengan mata batin. Atau dari sisi pandang Utsman Najati, yang membagi mimpi dalam ru’ya (mimpi yang untuk menyingkap misteri alam gaib atau futuristik), dan ahlam (mimpi yang sulit ditakwil). Ru’ya yang baik menurutnya, semua kabar gembira itu berasal dari Allah; yang menyusahkan datang dari setan; dan ada yang netral, yang disebabkan oleh perhatian manusia terhadap satu hal.

Kita toh mengenal ru’ya atau mimpi Nabi Ibrahim, yang kemudian dari sana kita rayakan Iduladha setiap tahun. Mimpi Nabi Yusuf: 11 bintang, matahari, dan rembulan yang bersujud kepadanya sebagai tanda kenabian. Atau, mimpi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa suatu saat kelak, ia akan bisa kembali ke Mekah dan Masjidil Haram, yang kemudian terwujud sebelum perdamaian Hudaibiyah.

Jadi, silakan ingin memaknai mimpi semata sebagai apa, asal tidak tenggelam dalam pusaran mistis, apalagi kekufuran.

Terakhir, meski rakyat Indonesia punya mimpi berjuta-juta, masing-masing punya mimpi sendiri-sendiri, tapi jangan sekali-kali melupakan mimpi kita bersama yang sangat indah, yang terwujud dalam preambul UUD kita: Terwujudnya rakyat yang sejahtera, dan cerdas dalam kehidupan berbangsa.

“Bermimpilah setinggi langit,” kata Bung Karno, “agar jika pun engaku jatuh, engkau hanya akan jatuh di antara bintang-bintang.” (Maman Suherman)

***

“Jangan kau tafsirkan mimpi untuk berjudi, tapi tafsirkan mimpi untuk dijadikan visi. Dengan visi, kau bisa beraksi untuk merealisasikan mimpi.” – Jarwo Kwat #JarwoQuote
Share:

Rabu, 07 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 7 Januari 2015 (Mubazir)

Kang Maman Mubazir

Entah mengapa, begitu banyak bertebaran peribahasa, kiasan, dan tamsil di negeri ini, yang ingatkan kita untuk tidak melakukan perbuatan sia-sia: Menggarami air di lautan, menunjukkan ilmu kepada orang yang menetak (tidak peduli), menunggu lautan kering, menggantang asap, menggantang anak ayam, menghasta kain sarung, menunggu angin lalu, menjaring angin, menanam mumbang, menanam biji [di] atas batu, menangkap bayang-bayang, ibarat menyurat di atas air. Itu baru sebagian.

Teringat kisah di tempat pesta [per]nikahan, di mana semua orang memperlihatkan wajah bahagia, kecuali satu kelompok yang bersedih: pencuci piring. Mereka bersedih membayangkan andai piring-piring itu kosong melompong, tidak dipenuhi makanan sisa yang diambil tapi tidak dimakan, mungkin anak-anak mereka di rumah bisa ikut berbahagia. Mungkin ratusan yatim akan bersujud syukur, meski tak hadir, tapi bisa ikut dikirimi makanan pesta. Tak terbuang sia-sia, masuk ke tempat sampah.

Jadi, alangkah indahnya jika di undangan dan tempat pesta, tak cukup ada kalimat “Mohon doa restu”, tetapi juga “Terima kasih untuk tidak mubazir”. Apalagi kita tahu perbuatan sia-sia dilarang agama. “Beruntunglah orang beriman, yang khusyuk dalam salatnya, dan menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia.” (Al-Mu’minuun: 1 dan 3)

Intinya, mubazir sepertinya tidak merugikan, tapi bermanfaat bila tidak dilakukan, berguna bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain. Di awal segmen, Kang Denny selalu mengatakan, “Ayo kita berpikir!” Karena, orang yang berpikir, tidak akan kikir, tapi juga tidak akan melakukan perbuatan mubazir. (Maman Suherman)

***

“Jika engkau berbuat mubazir, maka hasil yang kau petik adalah sesak di akhir. Bertindak mutakhir tak harus dengan mubazir, namun bisa berguru pada kesederhanaan seorang musafir; mengutamakan pikir, dan senantiasa bertakbir.” – Jarwo Kwat #JarwoQuote
Share:

Selasa, 06 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 6 Januari 2015 (Balik Lagi, Butuh atau Gengsi?)

Kang Maman Balik Lagi, Butuh atau Gengsi?

Balikan sama mantan itu, kata orang-orang yang sinis, seperti membaca buku sampai selesai, terus kita ulang lagi bacanya. Ending-nya, bakalan sama saja. Tapi demi cinta jika kamu tersesat, jangan malu untuk return (putar balik), kembali kepada dia yang sebenarnya terbaik yang pernah kamu miliki.

Jadi ketika kamu sudah berjalan ke mana-mana dan kamu tidak menemukan yang hakiki, kembalilah ke dalam hati. Dan siapa yang setia menetap di sana, temuilah kembali.

Balikanlah, jangan malu karena cinta tak pernah berdusta. Cuma, cinta sesekali “menyesatkan” agar kamu bisa membandingkan untuk kembali memanggil.

Betul kata Pak Jarwo tadi, “Air mata yang tumpah tak mungkin masuk kembali ke dalam mata,” meski aku mata, dan kau air mata. Tetapi cinta yang kandas dan berurai air mata, bisa hadir kembali jika nurani ikhlas dan tulus untuk islah, saat hati khusyuk untuk rujuk, dan tak gengsi balikan lagi karena tak bisa ke lain hati.

Dan cinta, adalah seekor burung cantik, meminta untuk ditangkap berulang kali, tapi menolak untuk disakiti berkali-kali. (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 04 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 5 Januari 2015 (Me-Time)

Kang Maman Me-Time

Mudah lelah, padahal pekerjaan tidak seberapa. Mudah marah, padahal tidak ada sumber pencetus yang signifikan. Acap terdiam karena otak mendadak blank. Nggak tahu mau ngapain, padahal urusan begitu banyak. Atau, tiba-tiba mellow tanpa mengetahui penyebabnya. Pola makan berubah, sulit konsentrasi, dari nempel-molor menjadi insomnia. Itulah tandanya untuk ‘me-time’. “Alone, bukan lonely,” kata Pak Jarwo; Menyendiri, bukan kesepian. Menikmati beberapa saat untuk berdialog dengan diri sendiri.

Di dalam ‘me-time’, ada kata ‘met, ‘i’, dan ‘me’: I met me (aku bertemu saya). Aku menemui diri sendiri yang kerap kita lupakan karena kita sibuk melayani orang lain.

Me-time adalah cara adil memperlakukan diri sendiri. Dan me-time menjadi penting, persis seperti pantun Pak Jarwo Kwat tadi:

“Dalam diam aku bertemu damai
Dalam sunyi aku bertemu khusyuk
Dan dalam sendiri, aku bersahabat dengan diriku.”

Bila bersama orang lain ibarat berada dalam terang, perlu waktu menyendiri dalam gelap. Karena di saat gelaplah kita bisa melihat indahnya kerlip bintang.

“Dalam keluarga,” kata Cipan [Cici Panda], “me-time penting jika mampu membuat our time (aku dan kamu) semakin intim.” (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 03 Januari 2015

STOP KEMUNAFIKAN!

“Masih terlalu banyak kaum munafik yang berkuasa. Orang-orang yang pura-pura suci dan mengatasnamakan Tuhan.”

“Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa.”

“Saya bermimpi tentang sebuah dunia; di mana tokoh agama, buruh, dan pemuda bangkit dan berkata, STOP KEMUNAFIKAN! Stop semua pembunuhan atas nama apa pun!’.

“Tak ada rasa benci pada siapa pun, agama apa pun, dan bangsa apa pun. Dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan membangun dunia yang lebih baik.”

SOE HOK GIE (17 Desember 1942 - 16 Desember 1969)

Pahami itu!

Jangan hanya berkoar-koar melalui status-status palsumu di dunia maya, namun yang engkau laksanakan 0 (NOL) BESAR!

STOP KEMUNAFIKAN!
STOP KEBOHONGAN-KEBOHONGANMU SELAMA INI!
STOP, STOP SEKARANG JUGA!

Berusahalah menjadi lebih dan lebih baik tanpa harus mengumumkannya kepada khalayak ramai!

Jangan kaukatakan apa yang tak kaulakukan!

Kuharap aku, kau, kalian, mereka, dan kita semua mengerti dan merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.


Salam,

IRWAN SYAHPUTRA
Share:

Jumat, 02 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 2 Januari 2015 (Trend 2015)

Kang Maman Tren 2015

Pertama-tama, kami mengucapkan terima kasih kepada Radio Swaragama Jogjakarta, yang hasil surveinya menempatkan tayangan komedi Indonesia Lawak Klub menjadi tontonan favorit 2014.

Silakan saja ikut tren jika ingin trendi, itu hak setiap orang. Tapi tadi, Sonny Muchlison mengatakan secara tersirat, jangan karena di Amerika lagi tren tertentu, lalu biar dibilang gaya, ngikuti tren Amerika. Lagi tren di Perancis, lalu ikut-ikutan gaya seperti orang Perancis. Karena, tegas Sonny tadi, “Yang benar itu: Find your identity!” Temukan, tonjolkan karakter individumu, jangan latah, jangan mau jadi kembaran orang meskipun mereka seleb, dan jangan asal ikut-ikutan tren. Karena, ingat: Sesungguhnya, hanya ikan mati yang ikut arus; yang ikut ke mana air mengalir, dan itu berarti ia akan mengalir menuju ke tempat yang makin rendah.

Namun juga teringat istilah Jawa, “Keli yo keli ning ojo ngeli”; Tak semua orang bisa membendung arus karena arus kerap sulit dibendung. Sehingga sesekali, arus harus diikuti. Tetapi sekali lagi, tetap menjadi diri sendiri.

Kesimpulannya, ikuti tren karena mampu agar trendi silakan saja, asal jangan ikut-ikutan. Karena kalau sekadar ikut-ikutan, bukannya malah terlihat keren, malah (maaf) terlihat jadi berselera kere. Bukannya jadi diri sendiri karena ikut mode, malah jadi korban mode. Merasa telah menjadi sumber inspirasi, tapi karena salah proporsi dan komposisi, ternyata cuma jadi makhluk ilusi. Merasa telah menjadi mismatching, malahan jadi missing link. Jadi, kata kuncinya: JADILAH DIRI SENDIRI! (Maman Suherman)

***

Kang Maman yang sekarang juga dikenal sebagai NoTulen Indonesia Lawak Klub memulai kariernya sebagai jurnalis dan penulis pada 1986. Dan sejak 1988, Kang Maman tergabung di Kelompok Kompas Gramedia, dan bermula di tabloid Nova yang saat itu baru lahir.

Maman Suherman (Kang Maman) menjadi jurnalis, sekaligus selesaikan berbagai pendidikan dan pelatihan di UI, IPPM, Prasetya Mulya, dll. Sebelum di KKG, Kang Maman juga telah menjadi jurnalis di media milik keluarga Agnes Monica: Mahkota, Rias, Ria Film, Mitra, juga berkarier sebagai penulis naskah/script writer di Radio Prambors, Radio Humor Suara Kejayaan, Delta, dan Female. Juga menjadi penyiar radio, di antaranya, Safari FM dan Woman Radio bersama Ida Arimurti dan Mas Pepeng.

Di Kelompok Kompas Gramedia, Kang Maman memulai sebagai reporter, redaktur, editor hingga redpel dan pemimpin redaksi pada 1993. Kang Maman juga menelurkan ide yang kemudian dikenal dengan nama Panasonic Gobel Awards sejak 1998 hingga kini.

Setelah berkarier di Kelompok Kompas Gramedia, Kang Maman berkarier di rumah produksi/biro iklan Avicom sebagai Managing Director.

Sepanjang 2003-2011, Kang Maman menelurkan lebih dari 50 judul acara TV dan juga iklan bersama Avicom. Membuat sinetron, juga dilakoni Maman Suherman, tetapi rata-rata berbasis novel. Karmila, Jangan Ambil Nyawaku, Badai Pasti Berlalu.

Dream band yang di antaranya melahirkan grup Kotak, juga adalah karya audiovisual dari tangan dingin Kang Maman.

Sejak 2012, Maman Suherman memutuskan berkarier sendiri, dan lahirlah tayangan Mata Hati di Kompas TV selama 2 tahun. Kabarnya, Mata Hati sedang disiapkan kembali oleh Kang Maman dan teman-teman di Kompas TV untuk hadir kembali. Sejak 2012 itu pula, Kang Maman tergabung sebagai penulis di Penerbit KPG dan terbilang penulis yang makin produktif.

Sebelum dengan Penerbit KPG, sudah banyak buku ditulisnya, di antaranya bersama pengobat berbahan herbal, Prof. Hembing Wijayakusuma. Juga jadi editor buku yang diterbitkan Kompas: Menuju Partai Orang Biasa bersama Wimar yang diakui Maman Suherman sebagai mentornya.

Tahun pertama di Penerbit KPG, Kang Maman hanya menulis satu buku: Matahati (2012). Tahun kedua, 2 buku: Bokis dan Bokis 2 yang menguak kebohongan-kebohongan dan pelintiran berita di dunia jurnalistik. Bokis dan Bokis 2 Maman Suherman cetak ulang dalam waktu singkat, dan menjadi pegangan banyak mahasiswa jurnalistik/komunikasi.

Banyak kisah di belakang layar tentang selebriti dan jurnalistik yang menghebohkan dikuak Maman Suherman di Bokis dan Bokis 2. Jika ingin mendapatkan Bokis dan Bokis 2 Maman Suherman, lebih mudah pesan online ke @GrazeraCom atau @pengenbuku.

Tahun 2014, di tahun ketiganya dengan Penerbit KPG, Kang Maman makin produktif dengan menulis 3 buku dalam setahun. April 2014, lahirlah novel perdananya: Re: yang diangkat Maman Suherman dari kisah nyata kepahitan hidup perempuan.

Sebagai mahasiswa Kriminologi-UI, 2 tahun Kang Maman melakukan penelusuran investigatif di delapan kota tentang nasib para pelacur. Hingga akhirnya Kang Maman bertemu sosok Re:, ibu satu anak yang terjebak dalam dunia pelacuran lesbian. Itulah yang dituangkan Maman Suherman dalam novel Re:, keperihannya menyaksikan 13 perempuan yang terbunuh dengan sangat sadis.

Re: adalah novel yang cepat cetak ulang, ditulis Maman Suherman dengan bahasa yang ringan namun teramat mencekam. Rasanya, tidak ada yang tidak mengucurkan ait mata saat memaca novel Re: dari Kang Maman yang diterbitkan Penerbit KPG. Sekuel novel Re: saat ini sedang dilanjutkan ditulis Kang Maman dan tetap akan diterbitkan oleh Penerbit KPG.

Pada 2/11/2014, Maman Suherman luncurkan 2 buku sekaligus yang terinspirasi dari posisinya sebagai konsultan kreatif dan notulen Indonesia Lawak Klub. 125 Ayat Cinta Kang Maman dituangkannya dalam buku Virus Akal Bulus. Dan NoTulen Cakeppp! Kang Maman yang hanya butuh waktu seminggu 2/11 - 9/11 untuk dicetak ulang oleh Penerbit KPG.

Di tengah kesibukan ngajar, pembicara, konsultan kreatif, dan notulen Indonesia Lawak Klub, Maman Suherman menulis dan untuk diterbitkan Penerbit KPG. “Lagi nulis 3 buku simultan, tapi sabar ya. Insya Allah 2015,” kata Kang Maman. Dan tetap di bawah payung Penerbit KPG.

Itulah selintas tentang Kang Maman, penulis produktif yang bernaung di bawah payung Penerbit KPG. Selamat pagi.



* Diambil dari kultwit @b_ok_is pada
Share:

Kamis, 01 Januari 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 1 Januari 2015 (Kuliner)

Kang Maman Kuliner

Ke mana pun kaki melangkah, ke sudut dunia mana pun kita terbang dan berlayar, bisa dipastikan—seperti kata Pak Jarwo Kwat—kita akan selalu rindu dan berharap segera kembali ke negeri tempat lahir beta, tempat dibuai dibesarkan bunda, tempat di mana nyiur di pantai seperti tak henti melambai memanggil kita kembali ke negeri yang elok: Indonesia.

Mengapa? Karena Indonesia adalah sepotong surga yang “dijatuhkan” Tuhan ke bumi. Negeri yang bukti kebinekaannya tidak cuma suku dan bahasanya, tapi juga masakan daerah-daerahnya. Dunia mengakui, tidak ada negara yang memiliki ragam kuliner sekaya kita. Keragaman ini memiliki sejarah yang panjang terkait budaya, politik, agama, perdagangan, hingga penaklukan di masa silam.

Indonesia sejak lama adalah negara rempah. Dengan beragam bumbu dan rempah yang melimpah-ruah, kita selalu didatangi oleh bangsa-bangsa asing sejak abad ke-14 untuk dibeli rempah-rempahnya. Coba sedikit bertanya ke dalam hati: Cita rasa apa yang tidak ada di bumi Indonesia?

Makanan di Jawa, tercirikan rasa manis. Di Solo, kuat pengaruh Belanda. Sementara kuliner di Kalimantan, justru tak terpengaruh budaya luar sama sekali. Minahasa, kuat dengan pedasnya. Dan di Indonesia bagian timur, orang memakai bumbu tak terlalu banyak; padahal sejak dulu, Maluku dikenal teramat kaya rempah. Negeri yang kata Dinasti Ming, Cina, adalah negeri di mana ada gunung dupa, tetapi dirahasiakan untuk dibeli selalu oleh masyarakat Cina.

Sementara di Sumatra, rempahnya sedikit; di Aceh, orang hanya menanam satu saja: lada, tetapi seperti kata Bianca tadi, “Ada satu masakan, isinya 27 jenis rempah yang disatukan ke dalam kuali.”

Kita sekarang di atas lautan. Kuliner berbahan ikan jangan ditanya kayanya. Negeri kita teramat empuk pencurian ikan. Menurut FAO [Food and Agriculture Organization], setiap tahun, 50 triliun kekayaan laut kita dicuri. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, bahkan lebih dari itu: 3.000 triliun per tahun dicuri—lebih dari APBN 2015 yang “hanya” Rp2.039 triliun.

Jadi, mari mensyukuri dan menikmati keberagaman negeri ini, pelangi indah karena berwarna-warni.

Terakhir: Jika ada hal yang tak ingin dilihat, tinggal menutup kedua mata. Jika ada hal yang tak ingin didengar, cukup menutup kedua telinga. Tetapi jika sudah menyangkut rasa dan urusan lapar, perut dan lidah tak kuasa menutup diri, berbohong, atau berbantah. Aroma rempah yang melimpah dari beragam kuliner nusantara, akan selalu memanggilmu untuk kembali ke tanah tumpah darah tercinta, ibu pertiwi, yang cuma menyediakan dua jenis masakan: ‘LEZAT dan LEZAT SEKALI’ atau ‘ENAK dan ENAK SEKALI’.

Itulah seni kuliner Indonesia! (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter