Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Jumat, 29 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 29 Agustus 2014 (Pernikahan Sponsor)

Kang Maman Pernikahan Sponsor

“Pernikahan,” kata Pak Jarwo, “adalah sebuah ikatan antara 2 orang.” Karenanya, untuk para suami, ingat, istri yang kamu nikahi mungkin tidak semulia Khadijah, tidak setakwa Aisyah, atau setabah Fatimah. Istrimu hanyalah wanita akhir zaman, yang bercita-cita menjadi sholeha.

Pernikahan mengajarkan kita kewajiban bersama. Istri menjadi tanah, kamu langit penaungnya; istri ladang tanaman, kamu pemagarnya; istri adalah murid, kamu mursyidnya; saat istri menjadi madu, kamu teguklah sepuasnya; ketika ia menjadi racun, kamulah penawar bisanya.

Untuk para istri, ingat, suami yang menikahimu tidak semulia Muhammad [shallallahu ‘alaihi wa sallam], atau setakwa Ibrahim, tidak setabah Isa atau Ayub, dan tidak setampan Yusuf. Suamimu hanyalah pria akhir zaman, yang bercita-cita menjadi saleh.

Pernikahan mengajarkan kewajiban bersama. Suami menjadi pelindung, kamu penghuninya; suami nakhoda kapal, kamu navigatornya; ketika suami menjadi raja, nikmati anggur singgasananya; dan ketika suami menjadi racun, kamulah penawar obatnya.

Pernikahan mengajarkan kita perlunya iman dan takwa karena pasangan kita hanyalah manusia biasa.

Untuk yang hendak menikah—baik yang dibiayai sendiri, orang tua, atau disponsori produk—pernikahan mungkin bisa mendatangkan uang, tapi belum tentu bisa mendatangkan Tuhan. Karenanya, “Pernikahan tak harus banyak gaya,” kata Fitrop [Fitri Tropica]. Undanglah Tuhan dengan cinta, bukan dengan benda. (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 28 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 28 Agustus 2014 (Barang Mewah Sewaan)

Kang Maman Barang Mewah Sewaan

Dalam buku Steal Like an Artist, ada pertanyaan, “Tahu nggak apa itu orisinalitas?” Jawabannya, “Cuma plagiasi yang belum terdeteksi.”

Diskusi malam ini mengingatkan kembali pada naskah Pakaian dan Kepalsuan dari Achdiat K. Miharja, dan juga Teori Kritis dari Adorno dan Horkheimer yang mengritik kecenderungan ilmu sosial, melihat apa yang tampak sebagai data ilmiah, lalu mengolahnya untuk melakukan penelitian ilmiah. Padahal, penampilan fisik adalah tipuan terbesar yang mengelabui kita dari kenyataan.

Apa yang tampak itu tak pernah apa yang sesungguhnya. Kepalsuan hidup tersaji di depan mata. Padahal, orang yang terlihat miskin dan belum tentu bisa beli kasur empuk, tapi bisa tidur tenang dan bermimpi indah karena tak punya utang. Sementara orang yang terlihat kaya, padahal dari pinjaman dan utang bertumpuk, hidupnya tersandera barang sewaan, pasti bisa mendapatkan ranjang mewah, tapi belum tentu bisa tidur nyenyak.

Ingat juga kata Fitrop [Fitri Tropica], “Untuk apa punya tas asli ratusan, bahkan miliaran rupiah, tapi senyum dan cintanya palsu.”

Konklusinya, penuh kepalsuan dan suka pamer, akan mudah kehilangan pamor. (Maman Suherman)

***

“Anda dihargai karena perilaku Anda, bukan karena barang-barang mewah. Jadi, mewahkanlah perilaku Anda!” Kang Denny (Denny Chandra)
Share:

Rabu, 27 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 27 Agustus 2014 (Boyband vs Girlband)

Kang Maman Boyband vs Girlband

Kata kunci malam ini: ‘FUN’, singkatan dari ‘fresh’, ‘unique’, dan agar selalu mampu berada dalam persaingan di industri musik, tantangannya adalah harus selalu new’; memberi sesuatu yang baru dan berbeda dari yang lain.

Ingat kata anime, “Dia yang bergerak pertamalah yang selalu menang.” Dan untuk adik-adik JKT48, kalau kalian bisa bersama dalam satu kelompok, ingat kata Van Auger dalam One Piece, “Takdir tidak kenal yang namanya kebetulan.” Ingat masa-masa indah kebersamaan kalian saat ini selama bersama dalam kelompok kalian. Karena, “Benda berharga yang bisa dilihat, tetapi tidak kelihatan adalah sebuah persahabatan,” kata Yu-Gi-Oh. Jadi, “Jangan pernah lupa lagu kalian,” kata Fitrop [Fitri Tropica].

Aitakatta; ingin bertemu dan selalu bersilaturahmi, tidak cuma dengan sesama personel, tapi juga bisa bertemu langsung dengan fans. Bukankah itu arti idol group? “Idols you can meet”, tumbuh berkembang bersama fans.

Nah, kalau JKT48 saja bisa tumbuh berkembang bersama, dan bisa berjuang membentuk harmoni, yakinlah, seluruh warga bangsa juga bisa bersatu dalam harmoni. (Maman Suherman) 
Share:

Selasa, 26 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 26 Agustus 2014 (Cari Muka)

Kang MamanCari Muka

Dari Pak Jawo Kwat bisa dipetik, ‘carmuk’ atau cari muka itu baik jika bentuknya ‘pampers’ alias pamer prestasi, buktikan karya nyata, dan ide cemerlang.

Dan carmuk yang terburuk seperti berenang gaya katak; yang jika berenang, “tangan” di depan mengusap-usap atasan, lidah terjulur keluar menjilat atasan, sementara kaki di bawah menendang-nendang teman sejalan. Menaiki tangga dengan menjadikan teman sebagai anak tangga, lalu berbunyi nyaring seperti suara katak di tengah malam buta, mengaku diri paling hebat dengan perutnya yang membuncit, hasil dari jilat atasannya.

Carmuk,” kata Fitrop [Fitri Tropica], “cuma bikin remuk!” Orang yang punya muka, tidak akan cari muka karena carmuk, sugguh tidak charming.

Dan ingat, orang yang cari muka, begitu ketahuan belangnya, “makan omongan sendiri,” kata Fitrop, akan langsung kehilangan muka. Seperti orang yang flush di toilet, from something to nothing.

Kuncinya, untuk apa berhasil dengan cara cari muka di depan manusia, tetapi kehilangan muka di hadapan Tuhan? (Maman Suherman)
Share:

Senin, 25 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 25 Agustus 2014 (Pertelevisian Indonesia)

Kang Maman Pertelevisian Indonesia

Tanyakan ke diri masing-masing, benda apa di rumah yang paling setia menemani dan menghibur Anda? Jawabnya, sosok yang tidak pernah ke mana-mana, tapi bisa membawa kita ke mana-mana: televisi.

Buktinya, Joseph Staubhaar dan Robert La Rose dalam [bukunya] Media Now menyatakan dalam risetnya, rata-rata orang di dunia menghabiskan 2600 jam per tahun menonton televisi [dan mendengarkan radio]. Artinya 7,1 jam per hari, orang-orang menonton televisi.

Dan meski televisi tidak hanya menghamba pada industri karena wajib mendengarkan dan melayani suara publik, secara bisnis terbukti, televisi di Indonesia pada 2013, menyedot 65–70% dari total belanja iklan sekitar 124 triliun. Itulah potret televisi Indonesia saat ini yang resmi berusia 52 tahun sejak berdiri 24 Agustus 1962.

Konklusinya, televisi sudah menjadi anggota keluarga banyak rumah tangga di dunia, perlakukan sebagai anggota keluarga, luruskan jika bandel, remote control di tangan Anda, lakukan diet TV, kalau perlu jewer kupingnya. Tetapi seperti kata Fitrop [Fitri Tropica], “Jangan sungkan-sungkan memberi apresiasi jika berhasil menyentuh hati.” Apalagi bila tayangan televisi itu tak cuma memberi informasi dan hiburan, tapi seperti kata Pak Komar, “mengedukasi, mencerahkan, dan mencerdaskan.”

Selamat Hari Pertelevisian Indonesia. (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 22 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 22 Agustus 2014 (Mahkamah Komedi)

Kang Maman Mahkamah Komedi

Dalam berperkara pasti ada yang menang dan kalah. Tapi kita harus bertepuk tangan dulu untuk kedua belah pihak karena sudah memberikan kita pelajaran berdemokrasi yang baik, menggunakan jalur hukum yang benar, dan tidak anarkis.

Seperti kata Cak Lontong, “Untuk yang kalah, ini bukan akhir segalanya,” karena tak harus menjadi penguasa untuk mengabdi. Menjadi kekuatan penyeimbang bagi penguasa juga sesuatu yang terhormat. Untuk yang menang, ini bukan akhir, justru awal untuk mewujudkan janji membawa negeri ini menjadi lebih baik.

Ingat, kepercayaan itu sulit membangunnya, tetapi mudah meruntuhkannya.

“Supaya tidak runtuh,” kata Cak Lontong tadi, “penguasa kalau berkata harus benar; berjanji jangan ingkar; dan kalau diberi amanat tidak khianat.” Karena kejujuran adalah amanah, dan dusta adalah pengkhianatan. (Maman Suherman) .
Share:

Kamis, 21 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 21 Agustus 2014 (Supermarket vs Pasar Tradisional)

Kang Maman –  Supermarket vs Pasar Tradisional

Tadi udah kita coba simpulkan dari Marcella dan Bedu, poin pertama bahwa jumlah gray modern (pasar modern) itu di Indonesia, tahun 2011 ada 18.152. Jadi, naik sekitar 17,6 setiap tahun—pasar modern.

Pasar tradisional turun terus, tersisa tinggal 13.450 pasar di Indonesia, dan pedagangnya ada 12,6 juta. Kalau 1 pedagang itu punya 3 anak—seperti Cak Lontong—dan semuanya dicemplungin ke minyak, kebayang nggak minyaknya? Akan ada sekitar 63 juta orang kan, di situ?

Kalau pasar tradisional dimatikan, siapa yang bertanggung jawab sama nasib mereka?

Jadi, kita harus menjaga keseimbangan antara pasar modern dengan pasar tradisional. Kecuali pemerintah ingin membiarkan dia menjadi pengangguran, untuk mengamalkan pasal yang disebut Bedu tadi: 34 ayat (1), “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.” ‘Dipelihara’ bukan ‘dientaskan’. Nah, itu berarti: kalau sampai mematikan pasar tradisional, seperti itu.

Yang kedua, dari surveinya Marcella Lumowa dikatakan bahwa, kenapa orang tidak mau ke pasar tradisional? Ternyata berdasarkan survei itu: karena malas. Malas kepanasan, malas becek, malas kena copet, dan sebagainya. Padahal, mereka tahu: “Rajin pangkal pandai, malas pangkal (bodoh).” Berarti yang ke supermarket? (Bodoh). Enggak, saya tidak mau bilang begitu, saya cuma mau bilang: hati-hati sama survei. Karena survei suka mengatakan, “50% pelajar SMA di Jakarta sudah tidak perawan, 50%-nya masih perawan.” Waktu kita tanya, “Narasumbernya berapa?” “Cuma 2; satu perawan, satu tidak,” sama-sama 50%.

Yang terakhir, apa yang kita sebut pasar tradisional, pasar modern sekarang, bisa jadi nanti jadi pasar tradisional karena sudah ada online. Jadi, semua berevolusi.

Kesimpulannya adalah, sepandai-pandainya kita menyembunyikan istri muda, nantinya akan tua juga. (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 20 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 20 Agustus 2014 (Cantik kok Murah[an])

Kang Maman Cantik kok Murah(an)

Ada 3 kata kunci, ada 3 konklusi hari ini. Pertanyaan paling dasar, mengapa ada istilah perempuan murahan atau cantik murahan, tapi tidak pernah ada istilah laki-laki murahan atau ganteng murahan? Itu tadi tersirat di Cici Panda, “Karena dunia masih memakai ‘kacamata’ laki-laki.” Cara berpikir dan cara pandang laki-laki sehingga yang ada tu istilahnya: yang cantik bikin sakit hati, yang jelek bikin sakit kepala. Padahal, harusnya juga ada istilah: yang ganteng bikin sakit hati, yang jelek bikin sakit kepala, yang tidak ganteng dan tidak jelek bikin sakit-sakitan.

Lagi pula kalau kita lihat pesan dalam Al-Qur’an, yang harus menjaga aurat tidak cuma perempuan kok, laki-laki juga. Di Al-A’raaf ayat 26, misalnya:

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan (tidak cuma untuk perempuan). Dan pakaian takwa, itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

Poin kedua, seseorang tidak akan pernah menjadi cantik atau ganteng, selagi orang itu masih membandingkan atau membayangkan dirinya dengan orang lain; membayangkan dirinya harus menjadi seperti artis pujaannya. Di saat orang itu sebenarnya berhenti membayangkan dan membandingkan dirinya, di saat itu dia akan menemukan bahwa dirinyalah yang paling cantik. Itu tersirat dari kalimat Ronal dan juga dalam bahasa dr. Boyke, “Mau menerima dirinya sendiri, itulah cantik.”

Dan yang terakhir, terhadap perilaku dan sikap kita baik yang cantik atau tidak, ganteng atau tidak, sebenarnya ukurannya ada satu. Ukurannya itu diungkapkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Segala sesuatu itu ada penegurnya, dan penegur hati adalah rasa malu.”

Jadi, orang yang cantik dan ganteng tidak murahan adalah orang yang masih punya rasa malu! (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 19 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 19 Agustus 2014 (Putus Cinta)

Kang Maman Putus Cinta

Di dalam kata ‘pasangan’ ada kata ‘pas’. Jika tidak ada kata ‘pas’, dia cuma jadi ‘angan’. Lalu ketika putus karena cinta sebatas angan, orang pun menuangkan derita batinnya dalam penggalan lirik-lirik lagu yang salah satunya diwakili oleh Ebiet G. Ade – Seberkas Cinta yang Sirna: 

“Masih sanggup untuk kutahankan
Meski telah kau lumatkan hati ini
Kau sayat luka baru di atas duka lama
Coba bayangkan betapa sakitnya

...

Ternyata mengagungkan cinta
harus ditebus dengan duka lara
Tetapi akan tetap kuhayati
hikmah sakit hati ini
telah sempurnakan kekejamanmu

Petir menyambar hujan pun turun
Di tengah jalan sempat aku merenung
Masih adakah cinta yang disebutkan cinta
bila kasih sayang kehilangan makna?
...”

Tetapi, naluri manusia tetap berusaha untuk membangkit dan membesarkan hatinya sambil berucap: Cinta yang agung tak harus memiliki; Cinta yang agung adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya (meski sudah putus); Cinta yang agung adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia; dan, Cinta yang agung adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sambil berkata: Aku turut berbahagia untukmu.

Namun apabila cinta tidak berhasil, segera bebaskan dirimu, biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas lagi.

Ingatlah bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya, tapi ... ketika cinta itu mati [padam], tidak perlu mati [padam] bersamanya.

Dan sebagai catatan terakhir:

Jika ingin kembali mencinta dan dicintai, carilah pasangan yang tidak meninggalkan Sang Maha Besar; Sang Maha Cinta. Karena kalau Tuhannya saja dia tinggalkan, jangan pernah berharap ia tak bakal meninggalkanmu. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 18 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 18 Agustus 2014 (Arisan)

Kang Maman Arisan

Arisan sudah sedemikian “membudaya” dan ada di semua lapisan. Di sebuah perkampungan di Bandung, ada kampung pengemis yang arisannya tiap minggu 1 orang pengemis 500 ribu, dan mereka bisa ikut arisan lebih dari satu, bahkan 4 tempat. Jadi, masih mau ngasih uang ke pengemis di jalan?

Dan seperti kata beberapa teman, ada yang bersifat regional. Betul, di kalangan atas Indonesia, ada arisan yang hanya diikuti oleh 10 perempuan jetset dan sosialita, nilai arisannya satu miliar rupiah. Iurannya berkisar 30 sampai 100 juta per orang, dan setiap pengundian digelar di hotel bintang 5, atau klub eksekutif. Puncaknya setiap tahun adalah arisan di atas pesawat jet pribadi, dan dikocok tepat di atas [ketinggian] 27.000 kaki. Penerbangan itu berlangsung 9 jam dengan pesawat jet pribadi, harus berakhir di Hong Kong, dan kemudian menginap bersama di sebuah vila di Victoria Peak, sebuah perumahan elite di kawasan Hong Kong.

Itulah fenomena arisan yang telah mengalami pergeseran makna, dari sekadar silaturahmi yang bisa memperpanjang umur, sampai arisan super mewah yang mencekik leher, hingga arisan berantai yang bisa membuat umur pendek karena pesertanya ada yang bunuh diri.

Dari fenomena arisan sebenarnya kita bisa belajar beberapa hal:

[1] Di tengah kesibukan setiap orang sehingga jarak berkomunikasi sangat jauh, jarang berhubungan satu sama lain, arisan bisa menjadi ajang silaturahmi keluarga, kerabat, rekan dan sahabat. Sehingga, “jangan cuma melihat dari sisi uangnya,” kata Cak Lontong tadi, jangan cuma lihat dari sisi materinya, tapi silaturahminya.

[2] Dari ajang arisan kita bisa belajar bahwa untuk menuai, kita harus menanam. Tidak ada rezeki yang jatuh dari langit. Tanam, tuai!

[3] Untuk para istri, ingat, arisan adalah ajang silaturahmi, bukan ajang untuk pamer kekayaan diri dan suami.

[4] Untuk para suami, arisan ajang untuk memperkuat tali silaturahmi, bukan ajang untuk mencari “pengganti” istri atau ajang untuk mencari istri lagi.

[5] Dan buat siapa pun, silakan ikut arisan, “dari arisan piring sampai arisan bling-bling,” kata Asri Welas, tapi jangan sampai membuat rumah tangga jadi terombang-ambing.

Dalam ‘warisan’ ada kata ‘arisan’. Jangan gara-gara arisan rumah tangga jadi terpecah belah, seperti anak-cucu yang gara-gara warisan bisa tega saling membunuh. (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 15 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 15 Agustus 2014 (Inspirasi atau Imitasi)

Kang Maman Inspirasi atau Imitasi

Kemiripan bisa terjadi di muka bumi. Jadi, tidak selamanya mirip itu buruk. “Malah bisa jadi anugerah,” kata Mas Kirun. Buktinya, Obama bisa jadi bintang iklan sekolah di Indonesia. Tapi apakah itu mirip atau plagiasi, “tanyakan hati nuranimu,” kata Armand Maulana.

Dari sudut pandang agama, MUI [Majelis Ulama Indonesia], 17 Februari 2003, mengeluarkan fatwa, “Pembajakan adalah perbuatan maksiat berupa pencurian hak cipta orang lain sehingga pantas untuk dikategorikan sebagai perbuatan yang diharamkan. Dan, pembeli kaset bajakan adalah konsumen barang haram.”

Secara legal formal, kata Boris Bokir, “Ada Undang-Undang [Nomor] 19 [Tahun] 2002 tentang Hak Cipta.” Di Undang-Undang itu, semua bentuk ciptaan dilindungi. Di dalamnya ada Undang-Undang melindungi bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, termasuk di dalamnya lagu atau musik (dengan atau tanpa teks), dengan jangka waktu perlindungan selama si pemegang hak cipta masih hidup, ditambah 50 tahun setelah meninggal dunia. Dan pelaku penjiplakan, ada ancaman pidananya.

Terlepas dari itu semua, kata Cak Lontong, “Tak ada peniru yang sukses.” Sehingga bisa dikonklusikan sebagai berikut:

Inovator pasti jadi pujaan, imitator dan plagiator akan jadi hinaan.

Inovator selalu dirindukan, imitator cepat dilupakan.

Inovator adalah kemahakaryaan, imitator adalah buah dari kebodohan dan kemalasan.

Jadi, ingat, sampai kapan pun, akhiran tak akan pernah jadi awalan, buntut tak pernah jadi benak, ekor tak pernah jadi kepala, dan pengekor pasti tekor. Dan, bangsa yang hebat bukan bangsa plagiat, tapi bangsa pembuat karena hanya pembuat yang bisa menggetarkan jagat.

Kalaupun mau menjiplak, “jiplaklah yang baik,” kata Cak Lontong. Yakni, menjiplak dan mengikuti keteladanan orang tulus, jujur, dan baik. (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 14 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 14 Agustus 2014 (Mata Uang Asing Disayang Rupiah Ditendang)

Kang Maman Mata Uang Asing Disayang Rupiah Ditendang

Berbicara tentang mata uang asing disayang rupiah ditendang, sekadar intermeso, mengingatkan saya dengan 2 baris terakhir “Pantun Koruptor W.S. Rendra:

“...
Hujan emas di rantau orang
Hujan babu di negeri sendiri
...”

Persis kata Cak Lontong, “Bapak bangsa tak mau gunakan mata uang penjajah, tapi anak-cucunya malah berlomba borong uang asing.”

Rupiah kita hanya 1 dari 126 mata uang yang ada di muka bumi. Dan semua mata uang itu, termasuk 5 mata uang yang menempati posisi paling tinggi di dunia: Dinar Kuwait, Dinar Bahrain, Rial Oman, Lats Latvia, dan Poundsterling Inggris, tetap tidak bisa membeli segala-galanya. Buktinya, orang miskin tak selalu bisa mendapat daging, tapi orang kaya juga tak selalu bisa mencerna daging.

Uang memang bisa menjadi pelayan yang hebat, indra keenam yang bisa menggerakkan dan membuat 5 indra manusia menjadi nikmat. Tetapi, uang adalah majikan yang kejam, yang bisa memerintah kita semau-maunya hingga kita menjadi makhluk yang tak pernah ada puasnya. Karena sekali uang kita jadikan dewa, kita pertuhankan, maka pada saat bersamaan, ia akan terus menjadi setan penggoda buat kita.

Jadi, uang, apa pun mata uangnya, tergantung siapa yang memegangnya. Pemboros akan membakarnya; bakir meminjamkanya; pemalsu memalsukannya; pajak mengambilnya; orang mati meninggalkannya; pewaris menerimanya; orang hemat menabungnya; orang pelit mendambakannya; perampok merenggutnya; orang kaya menambahnya; penjudi kehilangannya.

Dan, hanya manusia yang bisa bersyukur yang bisa mengatur dan menendalikan uang.

Satu yang terakhir, uang tidak bisa membeli cinta, tapi hanya bisa memperbaiki posisi si penawar. Dan uang, tidak berarti apa-apa jika kita hanya hidup sendirian. (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 13 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 13 Agustus 2014 (Jomblo)

Kang Maman Jomblo

Ini fakta-fakta lain yang terungkap dalam kehidupan para jomblo:

Menurut survei 2012 tentang Online User Behaviour dan Engagement Study, ada 49% pemilik smartphone adalah jomblo. Ini fakta.

Di Cina ada hari libur besar bernama Singles Day (Hari Para Jomblo) sebagai awal dari Pre-Valentine’s day. Dan di Praha, Ceko, pemerintah setempat sengaja menyediakan gerbong kereta khusus untuk jomblo, sebagai tempat untuk mencari jodoh. Dan di Twitter, banyak sekali akun jomblo: @jomblo, @MotivasiJomblo, @rico_cepero, dan sebagainya.

Jadi, di balik fakta-fakta itu, terungkap, berpasangan itu keniscayaan, kesendirian juga sebuah keniscayaan. Dan, sendiri sebagaimana juga punya pasangan, adalah sebuah pilihan.

Jadi, di saat sendiri dan kamu bisa menikmati hidup dan api harapan tetap menyala, itu adalah pilihan yang indah daripada memaksa berdua semata untuk menyenangkan mata orang. Pasti Rico tahu lirik lagu yang sangat indah ini karena dia sangat hobi sepak bola:

“...
Walk on, walk on
With hope in your heart
And you’ll never walk alone
And you’ll never walk alone
...”

Berjalan dan teruslah berjalan
Dengan harapan yang terus menyala di jantung hatimu
Dan kamu tak akan pernah sendiri sampai kapan pun
Kamu tak akan pernah sendiri ...

Cuma numpang nanya, kenapa ada jomblo di Twitter yang berkicau seperti ini, dan di re-tweet oleh Rico, “Jangan ngomongin keadilan deh, kalau masih banyak jomblo yang nggak kebagian cinta.”(Maman Suherman)
Share:

Selasa, 12 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 12 Agustus 2014 (Basa-basi)

Kang Maman Basa-basi

Ada 9 pertanyaan basa-basi paling basi dan paling terkenal di Indonesia:

Pertama, seperti kata Cak Lontong, “Eh, sama siapa?” Kedua, “Kapan lulus?” Ketiga, “Udah kerja?” Keempat, “Kapan nikah?” Kelima, “Kapan punya anak?” “Eh, sekarang gemukan,” itu yang keenam. “Sudah makan belum?” yang ketujuh. “Masih pacaran sama si anu?” dan “Sekolah di mana?”

Dan, 2 pertanyaan yang paling basi dalam dunia jurnalistik adalah kalau terjadi musibah—dari musibah paling ringan dan musibah paling besar seperti tsunami—adalah, “Bagaimana perasaanmu?” dan “Ada firasat nggak sebelumnya?” Itu pertanyaan jurnalistik yang paling basi di dunia.

Kemudian yang kedua, kita sejujurnya adalah bangsa pendengar, bukan rasional-logis dengan mekanisme sebenarnya, suka mendengar pujian dan basa-basi, dan kalimat shadow euphemistic. Tapi karena sudah sedemikian terbiasa dialami sehari-hari, terkadang satu ketulusan pun dicurigai dan dianggap cuma basa-basi. Hal ini manusiawi, tidak ada yang perlu dipersalahkan.

Jadi, jika itu memang sebuah ketulusan, lakukan saja tanpa perlu takut dibilang bas bis bus (basa-basi busuk).

Dan yang menerima, tulus atau tidak, bas bis bus atau bukan, lebih baik berpikiran positif. Namun, di level yang lebih tinggi dalam berkomunikasi, daripada basa-basi busuk, bertukar hening jauh lebih meresap kedalam hati. Seperti lagu When You Say Nothing at All dari Ronan Keating. Di situ dia mengatakan, “Senyum di bibirmu, jujur tatap matamu, lembut sentuhan tanganmu adalah kata-kata yang teramat baik tanpa perlu kamu mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutmu.”

Chrisye dalam lagu “Hening” mengajarkan kita tentang itu:

“Kala malam tiada berbintang
Tampak redup wajah rembulan
Hening sunyi sangat mencekam
Desir angin pun tanpa suara

Ku termenung menatap alam
Kepasrahan semakin dalam
Jagat raya dan seisinya
Lukisan segala kuasa

Kehidupan di alam semesta
Mengagumkan dan luar biasa
Semakin kurasa keagungan ini
Karya cipta-Mu Tuhan
...”

Jadi, mari berlatih menggunakan bahasa Tuhan, bahasa keheningan yang diwujudkan alam. Memeluk tulus segala hal, tanpa menyibukkan pikiran dengan penilaian apakah orang lain itu tulus atau kurang tulus. Yang penting, kitanya sendiri yang berlaku tulus dan tidak hidup hanya bermodalkan akal bulus.

Dan untuk para pemimpin: Kalau apa yang disampaikan sekadar untuk cari sensasi tanpa aksi, kelak kalian hanya akan dikenang sebagai pemimpin yang pandai berbahasa, yang ujungnya cuma seorang pemberi janji basi! (Maman Suherman)
Share:

Senin, 11 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 11 Agustus 2014 (Musik Populer dari Masa ke Masa)

Kang Maman Musik Populer dari Masa ke Masa

Kata Kang Denny di awal, “Setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya.” Begitu juga musik, tak bisa dibandingkan satu sama lain; dulu atau sekarang. Musik tidak pernah mati, dan bahkan sampai sekarang, musisi dan penikmat musik terus bertambah. Tapi, kenapa industri musik Indonesia makin lesu—kalau tidak ingin disebut sekarat mendekati mati?

Penyebabnya: Karena musisi saat ini “hanya” mengandalkan diri dari honor konser, yang juga sponsornya semakin dibatasi oleh beragam peraturan. Dari segi royalti, sungguh babak belur karena:

Pertama, ada perubahan cara mendengarkan musik yang semula dari format audio, membeli kaset dan CD—seperti kata Akbar tadi—ke format digital. Penelitian membuktikan, 55% penikmat musik sekarang mendengarkan musik dari TV, disusul smartphone yang berfungsi sebagai MP3 player, kemudian melalui real MP3 player, dan radio. Yang membeli CD dan kaset tinggal 4%. Itu pun 90%-nya produk bajakan.

Bayangkan kalau mega proyek Palapa O2 Ring terwujud, di mana download MP3 hanya butuh hitungan detik untuk di-download lewat HP [handphone]. Lalu, kita tidak menghilangkan kebiasaan buruk melakukan illegal download dan illegal upload. Terwujudlah apa yang ditulis majalah Rolling Stone: “Kiamatnya Industri Musik!”

Pertanyaannya, apakah kita harus pesimis? Sebenarnya tidak. Karena di negara yang menghargai hak cipta, iTunes Music Store berhasil menjual 3 miliar download lagu dan 50 juta film setahun. Artinya, peluang itu masih ada.

Jadi, konklusinya: Kalau mau Indonesia terus bernyanyi, bernyanyi dengan riang dan tak sumbang, pemerintah harus super serius memberantas pembajakan dan melindungi hak cipta.

Dan untuk penikmat musik, mengutip kata Pak Komar tadi, “Musik adalah bahasa universal,” bukan bajakan adalah bahasa universal karena bajakan hanya “bahasa para bajingan”.

Dan cuma mengingatkan, MUI [Majelis Ulama Indonesia] sudah mengeluarkan fatwa, “Haram membeli barang-barang yang melanggar hak kekayaan intelektual [HAKI],” alias haram membeli produk bajakan.

Masa kalian tega memberi konsumsi pada jiwa kalian dengan produk-produk bajakan? (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 08 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 8 Agustus 2014 (Gosip: Makin Digosok Makin Siiipp..)

Kang Maman Gosip: Makin Digosok Makin Sip

Gosip itu bukan barang baru, bukan produk khas layar kaca kita. 2400 tahun yang lalu, Plato dalam catatannya buku “Symposium”, menulis 4 tahapan pengetahuan yang berdampak pada keyakinan.

Tahapan pertama disebut “Eikasia”, yaitu menilai berdasarkan kabar orang lain, kabar angin, kabar burung yang secara bebas diartikan sebagai isu atau gosip. “Eikasia” ini menurut Plato tidak akan mengantarkan manusia pada kearifan, malah akan membuat orang terjerembab dalam kesalahan yang lebih fatal yaitu fitnah.

Bahkan di tahap kedua yang disebut tahap “Pistis”, pengetahuan berdasarkan pada apa yang terlihat saja, masih menyimpan kesalahan yang menyesatkan. Contohnya, mata kita melihat matahari bergerak dari timur ke barat. Padahal, kita atau bumilah yang bergerak mengelilinginya, bukan sebaliknya. Mata yang memandang oase seperti mata air di depan mata kita, ternyata hanya fatarmogana.

Kalau gosip terus abadi, salah dua pendukungnya adalah karena gosip bisa jadi komoditas politik, yang selalu lahir seiring pertarungan politik. Dan gosip, adalah salah satu komoditas bisnis yang modalnya gratis, hanya mendengar dan melihat, lalu bisa jadi liputan dan menjadi uang yang berlapis-lapis—seperti tadi diucapkan oleh Pak Jarwo.

Menghadapi gosip ada 3 langkah:

[1] Untuk yang mendengar gosip, filter nuranimu karena membicarakan dan menyebarkan fitnah, ibarat memakan bangkai saudara sendiri.

[2] Untuk yang demi popularitas minta dijadikan kabar burung, hati-hati terbawa burung terbang tinggi, akan mudah terhempas angin dan tinggal menjadi kenangan.

[3] Dan jika ditimpa gosip, jadikan itu sebagai awal sifat sabar yang ditanamkan ke dalam diri kita.

Jika diri berjalan pada koridor yang tepat, tak mestilah ada takut yang menggelayuti dan mencekik leher. Menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun tidak perlu karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.

Jadi, kata kuncinya, sabar dan tutup mulut adalah kunci di dalam pusaran gosip. (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 07 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 7 Agustus 2014 (Penculikan)

Kang Maman Penculikan

Dari tadi kita becanda, tapi penculikan di Indonesia itu udah serius sekali.

Menurut Komnas Perlindungan Anak, tahun 2011 itu ada 137 anak diculik. 2012, naik menjadi 143. Alhamdulillah, 123 selamat, tapi 19 belum ditemukan, dan 1 orang tewas. Jadi, ini bukan masalah kecil.

Tapi, mungkin saya akan minta dibantu oleh Komeng sebagai ahli hukum. Ini karena Pasal 328 KUHP-nya jelek; tidak menakutkan buat penculik. Kita baca satu-satu ....

Pasal 328 mengatakan, “Barang siapa membawa pergi seseorang ... ” Artinya, Meng?

(Komeng:) “Nah, ini satu kelemahan: ‘Barang siapa membawa pergi seseorang’. Kalau dia menculik lebih dari satu orang?Bukan penculikan. Satu.

“... dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya sementara ... ”

(Komeng:) Itu lagi kelemahan, Pak: tempat tinggalnya. Kalau dia diculiknya di sekolah? Bukan penculikan juga. Lemah lagi ni pasal.

“... dengan maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum ... ”

(Komeng:) Nah: melawan hukum. Kalau dia melawan Cak Lontong? Bukan penculikan juga.

“... dan menempatkannya di dalam keadaan sengsara ... ”

(Komeng:) “Oh, kalau diajak pesta, diculiknya pada saat keadaan bersenang-senang?”

Dan satu lagi, Meng, “... diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.”

(Komeng:) “Bisa dihukum itu orang sehari,” karena cuma membicarakan ‘paling lama’, tidak bicara tentang hukuman minimal.

Ini yang mungkin harus direvisi sekarang di RUU KUHP.

Dan yang kedua, ternyata, tahun '73, kriminolog menemukan stockholm syndrome, terjadinya di Swedia. Penculikan; menculik orang di bank, dan justru yang diculik jatuh cinta sama penculiknya, sampai nikah. Christina itu sampai memutuskan pacarnya; padahal sudah mau nikah, lalu pacaran dengan penculiknya. Dan ternyata, ini yang sering terjadi proses rekayasa.

Di Indonesia lebih sakti lagi, yang menculiknya ama yang diculik sekarang satu partai politik.

Karena itu, kesimpulan kita cuma satu: Penculikan bukan cara untuk cari popularitas, apalagi cara untuk cari jodoh atau teman separtai, tetapi penculikan adalah perbuatan pidana. Dan pemerintah, jangan berhenti tuntaskan kasus penculikan! (Maman Suherman)
Share:

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 6 Agustus 2014 (Pro Kontra Rokok di Masyarakat)

Kang Maman Pro Kontra Rokok di Masyarakat

Dari awal, kata kuncinya ada di Kang Denny. Ini menyangkut masalah Poleksosbud [politik, ekonomi, sosial, dan budaya], jadi, butuh political will pemerintah.

Akbar bilang tadi, “Pajak dari industri rokok tinggi. Betul, 70 triliun. Tapi sekadar koreksi dari Ronal, Negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan terhadap penyakit yang diakibatkan oleh rokok saat ini nilainya sudah 250 triliun per tahun. Jadi, lebih berat bebannya. Ditambah lagi tadi Hesti udah kasih data, “Sudah seberat itu pun, masih ada 500 orang setiap hari meninggal karena rokok.

Yang kedua, katanya, ini menyangkut petani tembakau kita akan dirugikan. Coba kita lihat, ya, lebih tinggi mana, ekspor atau impor?

Tahun 2004, impor rokok Indonesia itu 44.000 ton, $167 juta. 2007, sudah 81.000 ton atau $313 juta. Produksi rokok lokal kita itu sebenarnya cuma 2,7 ribu ton. Jadi, sebenarnya, yang berkepentingan: luar negeri daripada Indonesia.

Soal PHK [pemutusan hak kerja] buruh rokok. Buruh rokok pemakai tangan, dalam waktu tidak lama lagi akan juga menjadi ter-PHK karena sekarang sudah terganti posisinya oleh mesin.

Kemudian yang ketiga tadi, Badan POM sudah beri peraturan: “Dilarang menjual rokok kepada ibu hamil dan anak kecil.” Data membuktikan, di Indonesia, anak umur 15-19 tahun 43,3% merokok dan memulai rokok di usia 10-14 tahun, 17,5%.

Pembatasan pelarangan iklan rokok bukan cuma di Indonesia. Di dunia, 24 negara sudah melarang iklan rokok secara komprehensif. Dan, 144 negara sudah melarang iklan rokok di radio dan televisi.

Jadi, konklusinya, saya cuma ngasih bocoran: 5 bintang iklan rokok putih yang pakai topi koboi naik kuda itu, 5 orang, meninggal karena penyakit paru-paru. Karenanya, mereka kemudian bikin iklan parodi tentang iklan rokok yang pernah mereka perankan.

Konklusinya, satire Ronal bilang, “Merokoklah, silakan, jangan rugikan orang lain, tapi dengan cara isaplah.” Karena, merokok bagi sebagian orang didengungkan sebagai hak, tapi mendapatkan udara bersih yang bebas dari tar, karbon monoksida dan nikotin dan penyebab kanker jauh di atas, itu hak asasi.

Jadi, kalau tak ingin cepat embuskan napas, pikirkanlah untuk menghentikan sekarang juga mengembuskan asap rokok! (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 05 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 5 Agustus 2014 (Gelar Pendidikan)

Kang Maman Gelar Pendidikan

Ini kesimpulan dari 4 orang pembicara tadi: Nycna Gita [Nycta Gina], Fitca Tropiri [Fitri Tropica], Cong Lontak [Cak Lontong], dan Kemong [Komeng]. Gelar-gelar kita terbalik-balik. Amanat kemerdekaan apa? Mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi lihat pasalnya: Pasal Pendidikan BAB XVI menyebut ‘pendidikan’, tapi Pasal 31 bilang, “Setiap orang berhak mendapat pengajaran”. ini aja udah terbolak-balik.

‘Pendidikan’ kata dasarnya apa? ‘Didik’. ‘Pengajaran’? ‘Ajar’. Kalau orang kurang pendidikan? ‘Kurang didik’. Kalau orang kurang pengajaran? ‘Kurang ajar’ ....

Angka putus sekolah di Indonesia itu 260.000 tahun 2011. Dan, menurut Anies Baswedan, tiap tahun, anak SD [Sekolah Dasar] lulus 4,6 juta, tapi yang lulus SMA cuma 1,7. Artinya, ada 3 orang yang menganggur setiap tahun. Kita mau bilang mereka kurang ajar? ... Itu yang pertama.

Yang kedua, ada 8,3 juta orang buta aksara di Indonesia. Dan katanya, kita baru bebas buta aksara tahun 2045; satu abad setelah kemerdekaan. Berarti, kita akan memelihara orang “kurang ajar” selama 1 abad.

Kesimpulannya cuma satu, berkaitan dengan gelar: Pendidikan itu memerdekakan, dan tidak mengerdilkan sebatas gelar. Dan, seperti kata Fitri Tropica tadi, “Gelar tidak berarti sudah kelar, dan dengan gelar semestinya orang semakin benar.” (Maman Suherman)
Share:

Senin, 04 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 4 Agustus 2014 (Habis Lebaran Datanglah Masalah)

Kang Maman Habis Lebaran Datanglah Masalah

Satu jam kita tertawa-tawa, tapi sebenarnya ada satu pesan dan satu harapan, dan dua doa terselip di dalamnya. Selama puasa, kita dilarang makan dan minum, dan berhubungan seksual dengan istri atau suami kita. Padahal, makanan dan minuman itu halal, suami atau istri pun juga halal. Ternyata dengan tekad dan kemauan yang besar, kita bisa.

Nah, bila untuk menjauhi yang halal saja kita bisa, mestinya dengan tekad yang sama, semua perkara yang haram pun lebih bisa lagi kita tinggalkan setelah Ramadan.

Doa yang pertama yang muncul ketika Pak Jarwo bicara: Allahu Rabb, hilal kian beranjak, sabit berganti separuh bulan, lalu bergeser menjadi purnama, dan sampai pada ijtimak Allah, Ramadan-Mu berlalu pergi. Ampuni hamba, tetapkan pahala dan rida untuk hamba. Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anna; Engkau maha pemaaf, maka sudilah Engkau memaafkan kami. Dan, terima kasih atas nikmat Ramadan yang telah Engkau beri kepada kami.

Selepas Ramadan ini, perkenankanlah kiranya Kau jadikan kami bagian dari hamba-Mu yang menyelesaikan buku kehidupannya dengan baik, yang senantiasa menjaga sikap khauf dan rajaa (sikap takut dan penuh harap) hanya kepada-Mu, yang senantiasa menjadi hamba rabbaniyun yang bijak, yang paham ajaran agama dan bertakwa, dan tidak cuma menjadi hamba Ramadhaniyyun yang hanya baik amalnya pada bulan Ramadan.

Jadi, kutitipkan kepada-Mu ya Allah setangkup doa bersama air mata yang menitik perlahan: Dengan segala kerendahan hati, pertemukan kami kembali dengan Ramadan-Mu yang agung di tahun mendatang, aamiin yaa Rabbal alamin. (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 01 Agustus 2014

Menjenguk Singkil, Daerah Terpencil

Maaf, konten ini sudah tidak lagi tersedia.. :(
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter