Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Selasa, 29 September 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 29 September 2015 (Friend Zone)

Kang Maman Friend Zone

Rupanya, ada enam tanda friend zone yang wajib kamu waspadai. Pertama, perhatiannya semu, hanya karena tidak enak dengan perhatian yang telah engkau berikan. Yang kedua, dia menghubungimu hanya kalau butuh. Ketiga, sering curhat ke kamu (Jangan GeeR [gede rasa], karena kalau dia betul-betul suka padamu, dia nggak akan curhat soal lawan jenisnya kepadamu). Keempat, ngajak keluar, tetapi begitu sampai “TKP”, ternyata perginya bareng-bareng dengan yang lain—nggak cuma berdua. [5] Tetapi sebaliknya, pas kamu ngajak keluar berdua, pasti ada saja alasannya untuk menolak. Dan yang keenam, kalau diajak ngomong tentang status hubungan kalian, dia pasti langsung alihkan perhatian.

Kalau ini terjadi padamu, mari sejenak heningkan cipta untuk nasib cintamu yang mengenaskan. Namun jika hatimu tetap kuat ketika yang kamu cintai cuma menganggapmu teman, lantunkanlah rasa syukur; daripada dianggap hantu yang ditakuti atau maling yang dilaporkan, lebih baik seperti sekarang. Toh masih bisa friend with benefits, sambil menggantungkan harapan di gemintang yang berkerlap-kerlip di langit malam.

Bukankah teman masih bisa jadi temanten di depan penghulu? Bukankah sahabat masih bisa berjabat dan berakad? Dan cinta yang tak diungkapkan masih bisa tersingkapkan?

Bila pun tetap tidak jadian, jadilah jantung buatnya, yang terus berdetak membuatnya hidup, tanpa pernah berharap balas, tanpa pernah pamerkan wujud. Tetapi karena cinta, tak perlu alasan; sebab cinta adalah alasan itu sendiri sekaligus tujuan. Tetapi jika tak sanggup menghadapinya, segera putar haluan, dan berlabuhlah di pelabuhan yang menyambutmu sepenuh kasih dan sayang.

Terakhir, buat yang terjebak di friend zone:

“Yang ingin dipacari boleh berganti, tetapi sahabat tetap di hati.” (Maman Suherman)
Share:

Senin, 28 September 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 28 September 2015 (Iba Dibalas Dusta)

Kang Maman Iba Dibalas Dusta

Daripada pamer keburukan, masih lebih baik pamer kebaikan. Tak usah berpraduga, toh kita tidak bisa menerobos relung hati seseorang. Mungkin saja mereka memang ingin mengajak dan menebar
“virus” kebaikan dengan tulus.

‘Pamer’ mungkin dekat dengan ‘pamrih’, tetapi tidak semua kebaikan cukup dengan bahasa kalbu. Apakah kita ingin mengatakan, saat nabi-nabi bersabda dan mengajak kepada kebaikan di hadapan publik, itu juga pamer? Tentu tidak.

Jadi, sekali lagi, jual beli kebaikan lebih baik daripada jual beli keburukan. Jual beli ‘iba’ lebih baik daripada jual beli ‘aib’. Tapi, peduli jauh lebih utama. Dan sebaliknya, dusta dengan menjual iba, sungguh teramat nista.

Dan ingat satu: Jangan lukai orang lain dengan pamermu yang menjurus ria dan berlebihan, tapi niatkanlah untuk apa yang disebut Bang Komeng tadi, tahadduts bin ni’mah (untuk memuji dan mensyukuri nikmat-Nya), dan semacam fastabiqul khairat (mengajak orang-orang berlomba melakukan kebaikan).

*

Dan malam ini, kita sekaligus mengenang satu sosok manusia yang berlimpah kebaikan; yang menebar “virus” senyum dan tawa, menghibur dan membahagiakan orang selama hampir setengah abad.

Dia seorang komedian legendaris serbabisa. Lelaki kelahiran Kemayoran, 5 Maret 1939, yang namanya tak pernah terhapus dalam peta sejarah dunia hiburan; dalam peta sejarah dunia seni, khususnya seni komedi Indonesia.

Dan kami, keluarga besar Indonesia Lawak Klub dan anggota Persatuan Seniman Komedi Indonesia, bangga memilikinya, mewarisi kariernya, dan menjadi penerusnya. Dan dia teramat layak dianugerahi penghargaan INDONESIA LAWAK KLUB di Hari Komedi, 27 September tahun ini.

Bagi kami, jejak yang ditinggal lelaki yang pernah menjadi kondektur bus PPD jurusan Lapangan Banteng–Pasar Rumput ini, sesuai inisial namanya: BS; baik sekali bagi komedi negeri ini, seperti sahabatnya, Bing Slamet.

Inilah sosok yang kami maksud, sang pemeran peraih 2 Piala Citra, sutradara, produser, penyanyi, dan komedian serbabisa Indonesia: [Benyamin Sueb]. (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 23 September 2015

Selamat Hari Raya Iduladha 1436 H

“Daging-daging kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-Hajj : 37)

Selamat hari raya Iduladha 1436 H/2015 M, mudah-mudahan kita menjadi hamba yang senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, aamiin ya Rabbal alamin.. :)

#semoga
Share:

Selasa, 22 September 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 22 September 2015 (Jerat Rentenir)

Kang Maman Jerat Rentenir

“Jika tak ingin terjerat rentenir,” kata Cak Lontong, “jerat terlebih dahulu nafsu berfoya-foyamu; nafsu mengutamakan keinginan daripada kebutuhan.” Dan bila karena suatu hal mendesak tak bisa menghindar dari berurusan dengan rentenir, secepat mungkin upayakan lepas dari jerat mereka, atau Anda tak bisa lepas dari “rantai” yang mereka jeratkan untuk selamanya.

Karena meminjam kepada rentenir prosesnya bisa sangat cepat, seperti membalik telapak tangan, tetapi ia juga bisa mencabut nyawa dengan sekali hentak. Penarik rente bak sosok nirhati (tanpa hati), yang melilitkan rantai besi teramat berat ke leher orang lain yang justru sedang susah bernapas. Tetapi sosok Pak Bopak, mewakili para rentenir mengatakan, “Saya kan menolong.”

Dalam agama tegas disebutkan, utang piutang adalah tolong menolong dan perbuatan yang baik. Namun, jika dipersyaratkan ada tambahan dalam pengembalian, itu sudah keluar dari tujuan mengutangi. Terminologi ‘menolong’ kan artinya ‘tidak menyengsarakan’?

Karenanya, agama betul-betul mengingatkan, “Transaksi riba lebih besar dosanya daripada berbuat zina 36 kali.”

‘Riba’ tak cuma bikin ‘iba’, tapi juga penyebab ‘aib’! (Maman Suherman)
Share:

Senin, 21 September 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 21 September 2015 (Indonesia Kekinian)

Kang Maman Indonesia Kekinian

Tema malam ini sungguh beragam, persis rasa permen manis-asam-asin rame rasanya. Demikianlah hidup dan kehidupan ini, berwarna-warni.

Di segmen awal, Setya Novanto, Fadli Zon, dan Donald Trump. Betul kata Pak Jarwo, ada jargon satire, “Politik tidak boleh salah, tapi boleh berbohong.” Namun, rakyat yang masih punya mata hati dan tidak “terbeli”, hanya inginkan satu hal: Wakilnya tidak boleh berbohong.

Dalam politik, sejumlah alasan bisa jadi mainan kata penutup kebohongan. Tapi kalau terbiasa menabur kebohongan, bersiaplah menuai balasan kehancuran.

***

Tentang batasan pacaran. Bukankah di dalam kata ‘pacaran’ ada kata ‘acar’?
Pacaran bukan hal utama, hanya cacahan kecil mentimun dan bawang di tepi piring kehidupan. Ada atau tidak, bukan menu utama dan tidak bisa menjadi pengganti menu utama. Jadi, benar kata Kang Denny, “Menu utama pelajar: belajar, bukan berpacaran.”

***

Tentang kereta cepat. Yang utama bukan soal cepatnya, tapi tepatnya keputusan yang diambil.

***

Dan tentang perkuliahan. Kalau bisa cepat, mengapa ditunda-tunda? Kan kursinya bisa dipakai oleh adik-adik kita yang lulus SMA, yang juga ingin merasakan bangku kuliah?

***

Kesimpulan terakhir:
Terhadap siapa pun—pelajar, mahasiswa, apalagi jika sudah menjadi pejabat publik atau wakil rakyat yang wajib memegang amanah seperti Fadli Zon atau Setya Novanto—jadilah 4 kartu as dalam 52 minggu kartu kehidupan tahun demi tahun, yaitu: Jadilah orang-orang yang tidak cuma bekerja keras, tetapi juga bekerja cerdas, bekerja ikhlas, dan bekerja tuntas, agar hidupmu menjadi berkualitas! (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 15 September 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 15 September 2015 (Lagu Cinta, Antara Benci tapi Suka)

Kang Maman Lagu Cinta, Antara Benci tapi Suka

Cinta adalah jawaban bagi kebutuhan manusia, untuk mengatasi keterpisahan dan meninggalkan “penjara kesepian”. Dan penyatuan dalam cinta melebihi suatu simbiosis, karena cinta yang dewasa adalah peyatuan di dalam kondisi di mana tetap memelihara integritas seseorang, individualitas seseorang.

Cinta menyatukan aku dan kamu menjadi kami, tanpa mematikan aku dan juga kamu. Dan di era kapitalisme, cinta pun mewujud menjadi barang dagangan, menjadi komoditas. Berjuta kisah cinta diumbar dalam lagu dan juga sinetron. Dan saking banyaknya berakibat kata dan makna cinta serta praktiknya dalam hubungan sosial mengalami degradasi.

Tetapi yang pasti, cinta tetaplah cinta. Karl Marx bahkan berkata, “Cinta hanya dapat ditukar dengan cinta.” Dan di tengah perdebatan tadi kita merasakan, cinta yang benar tidak pernah meminta; cinta senantiasa memberi. Dan di mana ada cinta, di situ ada kehidupan. Sebaliknya, di mana ada kebencian, di situ ada kemusnahan.

Dan cinta mengajarkan: Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu merasa sanggup. Dan jangan sesekali mengatakan tidak mencintainya lagi bilamana kamu masih belum dapat melupakannya.

Bukan laut namanya jika air tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Dan bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu serta cemburu.

Dan semua itu tadi tertuang dalam lirik-lirik cinta yang “kacangan” maupun yang dewasa. Itulah cinta. Tidak pernah berpikir benar atau salah, tertuang dalam lrik lagu “kacangan”, melankolis, mendayu, atau berkualitas. Karena cinta bisa tumbuh begitu saja dan di mana saja, seperti biji tetumbuhan yang diterbangkan perasaan, dan ditunaskan oleh hujan air mata, lalu berlabuh pada tempat dan hati yang diinginkan-Nya.

Dan terakhir, ada atau tidak cinta itu dalam lirik lagu, cinta yang diridhoi-Nya akan tumbuh menjadi ibadah, cinta yang tak diridhoi-Nya akan bertunas menjadi musibah. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 14 September 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 14 September 2015 (Satu Bahasa, Bahasa Indonesia)

Kang Maman Satu Bahasa, Bahasa Indonesia

Tenaga Kerja Asing wajib menghormati bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa ini jika ingin bekerja di sini. Juga, itu sekaligus sebagai hambatan teknis untuk melindungi pekerja-pekerja lokal Indonesia. Itulah yang mendasari pihak yang kontra terhadap penghapusan kewajiban bisa berbahasa Indonesia bagi TKA.

Di pihak yang pro, penghapusan ini bertujuan agar investasi ke Indonesia tidak terhambat. Lagi pula, masih banyak persyaratan lain yang harus dipenuhi Tenaga Kerja Asing, seperti syarat kompetensi, syarat pengalaman kerja, syarat jabatan—di mana hanya jabatan tertentu yang boleh diduduki oleh tenaga kerja asying asing :), syarat pendampingan oleh Tenaga Kerja Indonesia untuk ahli teknologi, syarat perluasan kerja dalam bentuk: 1 Tenaga Kerja Asing harus dibarengi 10 Tenaga Kerja Indonesia. Jadi, tidak semudah yang dibayangkan.

Yang menarik dalam diskusi ini tersirat sesuatu yang menggelitik. Jika Tenaga Kerja Asing saja diharapkan bisa berbahasa Indonesia, kenapa, misalnya, pejabat publik kita di eksekutif atau di legislatif, tidak dipersyaratkan harus lulus tes bahasa Indonesia? Mengingat banyak di antara mereka yang bahasa Indonesianya pun kurang baik; tidak terstruktur dengan benar, bahkan cenderung mengikuti pola “Vickynisasi”, yang malah makin membingungkan. Padahal, merekalah yang akan berhadapan dengan orang asing dan menjelaskan tentang negeri ini, dan menjadi penyalur suara hati rakyat.

Juga dikatakan Kang Denny tadi, betapa banyaknya di antara kita yang bangga jika saat berbicara menyelipkan kata-kata asing—bahkan kata asingnya lebih banyak, dan bahasa Indonesia hanya menjadi selipan. Dan betapa tidak sedikit, dengan alasan menyiapkan anak menghadapi persaingan di era globalisasi, anak “dicekoki” penguasaan bahasa asing tanpa diimbangi bahasa ibu (bahasa Indonesia).

Pernahkan terbayangkan, kelak, Tenaga Kerja Asing lebih baik bahasa Indonesianya daripada kita sendiri?

Karenanya, cintai bahasa Indonesia, jaga dan rawat 746 bahasa daerah yang tersebar di 17.000 pulau kita, yang selama ini ikut memperkuat budaya dan memperkaya bahasa Indonesia.

Ingat, bahasa menunjukkan bangsa. Benar dan baiklah dalam berbahasa jika kamu cinta Indonesia. (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 08 September 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 8 September 2015 (Indonesia Lawan Korupsi)

Kang Maman Indonesia Lawan Korupsi

Panelis rupanya sepakat, sosok yang paling pantas menjadi pemimpin KPK adalah seperti Manusia Setengah Dewa dalam lirik lagu Iwan Fals:

“Walau hidup (rakyat) adalah permainan
Walau hidup (rakyat) adalah hiburan
Tetapi (rakyat) tak mau dipermainkan
Dan (rakyat) juga bukan hiburan”

Rakyat ingin orang yang bermoral, berakhlak, dan orang yang mampu tegakkan hukum setegak-tegaknya, adil dan tegas, tak pandang bulu.

Juga diingatkan panelis, yang menyelamatkan pemimpin dan kepemimpinan itu adalah keadilannya, dan yang menjurumuskannya adalah kezalimannya. Dan yang kerap dilupakan, pemimpin adalah khadimul ummah; pelayan umat, bukan sosok yang minta dilayani.

Juga ditegaskan tadi, kepemimpinan di KPK bersifat kolektif kolegial. Dan KPK itu ibarat sebuah orkestrasi, bukan penampilan solo pimpinan-pimpinan semata. Jadi, jangan berpikir untuk jalan sendiri dan menonjol sendiri.

Kuncinya: Jika kamu cuma ingin berjalan cepat namun singkat, maka berjalanlah sendirian. Tetapi jika kamu ingin berjalan jauh, berjalanlah bergandengan tangan bersama-sama.

Ingat, KPK: Kolektif Pasti Kuat; Kerja sendiri-sendiri Pasti Keropos.

Dan terakhir, jangan pernah lupakan satu segmen acara malam ini, yang jadi inti pesan semua panelis: “Sampai kapan pun, ILK: INDONESIA LAWAN KORUPSI!” (Maman Suherman)
Share:

Senin, 07 September 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 7 September 2015 (Dolar Makin Melar)

Kang Maman Dolar Makin Melar

Kodrat kurs mata uang itu cuma tiga; mengalami penaikan, stabil, atau penurunan. “Jadi, kenapa mesti ditakuti?” Begitu yang tersirat maupun tersurat dari pernyataan para panelis. Kalaupun ada yang perlu ditakuti atau memang harus (sangat) ditakuti, tersirat dari pernyataan Cak Lontong dan diperkuat oleh Ronal, “Adalah jika mental kita sebagai bangsa yang tidak stabil—bahkan melemah, menukik ke titik terendah, tidak punya semangat untuk bangkit, tidak berdaulat secara politik, tidak berdikari secara ekonomi, dan tidak punya kepribadian sebagai bangsa.”

Dan untuk itu, kita perlu memahami makna filosofis dari mata uang kita sendiri, rupiah. Mengapa seribu rupiah bergambar Pattimura memegang alat dan senjata berbentuk golok? Agar jika yang baru kita bisa raih cuma sekumpulan uang seribuan, itu berarti kita masih harus terus bekerja keras, menggunakan segala daya dan alat yang ada agar penghasilan meningkat dan tidak boros, berupaya keras, dan tetap bersabar.

Tetapi bagi mereka yang sudah mengumpulkan gepokan ratusan ribuan, lihat gambarnya: dua proklamator yang mengajarkan kita untuk berdikari, menggunakan kopiah dan peci; simbol orang yang pergi beribadah, pergi ke tempat sosial.

Jika kamu sudah berpunya, perbanyak syukur dan perbanyak sedekah dan tidak menghamburkannya di tempat-tempat yang tidak perlu untuk sesuatu yang tidak perlu. Dan jangan dibalik. Ketika ke tempat ibadah hanya rela memasukkan donasi seribu rupiah—itu pun dengan berat hati—tapi kalau ke pasar, malah rela berboros-boros mengumbar ratusan ribuan hanya untuk berbangga membeli produk luar negeri.

Jika itu terjadi, persis kekhawatiran Bung Karno, “Akan membuatmu kehilangan kepribadian, dan terancam untuk tidak berdaulat dan berdikari.” Tetapi jika tidak salah tempat, seribuan di pasar, seratusan ribuan di tempat ibadah, maka negeri ini akan lebih makmur dan terberkati, tidak terjerat pada situasi dan kondisi “dolar bikin modar, dan rupiah cuma bikin resah.”

Negeri ini terlalu kaya hanya untuk memproduksi keluh, tetapi lupa untuk memproduksi peluh bagi kemakmuran negeri sendiri. (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 01 September 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 1 September 2015 (Masa Depan Anak di Tangan Orang Tua?)

Kang Maman Masa Depan Anak di Tangan Orang Tua?

Anak-anak mempelajari hal yang mereka hayati dalam hidup. Dan sosok yang paling berpengaruh dalam hidupnya adalah orang tuanya.

[1] Kalau seorang anak hidup dengan penuh kritik dari orang tuanya, dia akan belajar mengecam;
[2] Kalau seorang anak hidup dengan kebencian, dia akan belajar berkelahi;
[3] Kalau seorang anak hidup dengan ejekan, dia akan belajar menjadi pemalu;
[4] Kalau seorang anak hidup dengan rasa malu, dia akan belajar merasa bersalah;
[5] Kalau seorang anak hidup dengan toleransi, dia akan belajar sabar;
[6] Kalau seorang anak hidup dengan dorongan, dia akan belajar memiliki keyakinan;
[7] Kalau seorang anak hidup dengan pujian dari orang tua, dia akan belajar menghargai;
[8] Kalau seorang anak hidup dengan kejujuran, dia akan belajar adil; dan
[9] Kalau seorang anak hidup dengan rasa aman, dia akan belajar mempunyai iman;
[10] Kalau seorang anak hidup dengan persetujuan bukan dengan penolakan, dia akan belajar menyukai dirinya sendiri; dan
[11] Kalau seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, dia akan belajar menemukan cinta di dunia.

Karenanya, panelis di sini mengusulkan satu hal yang menarik untuk direnungkan; paduan 4M dari Ronal dan Cinta menjadi 5I. Orang tua terhadap anak sebaiknya: kenali, ketahui, gali potensi, fasilitasi, dan cintai.

Jika itu terwujudkan, anak-anak akan memberikan jawaban: Peluk cium untukmu selalu, ibu dan bapak, namamu tak akan pernah hilang dalam doa-doa kami. (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter