Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Minggu, 30 Juli 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 30 Juli 2017 (Sunda Nite) [2]

Kang Maman – Sunda Nite [2]

Budayawan sekaligus filsuf kelahiran Delft, Belanda, Martinus Antonius Weselinus Brouwer, memang pernah mengatakan seperti yang dikatakan Kang Denny tadi, “Bumi Pasundan lahir saat Tuhan sedang tersenyum.”

Dan dari permainan angklung, kita dapatkan sejumlah filosofi kebajikan dan kearifan Sunda. Perhatikan tabung angklung yang selalu dipasang sehadapan; tabung kecil terletak di depan tabung besar. Dan saat kita mainkan tadi, angklung pada sisi tabung lebih besar yang digetarkan dan mendorong suara dari tabung kecil. Persis seperti kehidupan harmonis yang didambakan: seorang yang dituakan hanya boleh mendahului melangkah selangkah saja, dan bersamaan dengan itu ikut maju bersama yang muda. Bahkan yang satu tidak boleh berlari lebih kencang dari yang lain.

Angklung mengajarkan tentang harmonisasi kehidupan. Tak ada yang merasa paling hebat dan menyelinap di luar pakemnya. Kita hanya satu nada, memegang satu nada dari rangkaian nada-nada yang ada. Kita bukan manusia super, tapi ada karena ada orang lain.

Melalui angklung kita disadarkan, dalam kehidupan bermasyarakat, memainkan peran dan fungsi masing-masing dalam suasana yang harmonis adalah sebuah keharusan jika ingin mengawal bangsa ini tetap utuh. Tak perlu menonjolkan diri.

Jadi, angklung mengajarkan bersatu dalam harmoni, harmoni dalam persatuan.

Dan kuncinya, sekaligus ciri khas paling menonjol dalam kehidupan masyarakat Sunda: E galiter sejajar. [segmen 3]

***

Salah satu karakter orang Sunda tergambar dalam reog, sosok Kabayan atau sosok Cepot yang bodor, yang lebih dikedepankan ketimbang Gatot Kaca atau sosok serius lain dalam pertunjukan wayang golek Sunda. “Full bodor,” kata Ronal, “Sunda (suka bercanda).”

Heuheuy deudeuh,” biasanya dilontarkan saat menyaksikan atau mengalami kebahagiaan atau kesenangan. Makanya ada ungkapan, “Hirup mah heuheuy jeung deudeuh! Mun keur seuri cape seuri, mun keur ceurik cape ceurik.” Dalam bahasa gaul, filosofi “heuheuy deudeuh itu adalah: nikmati hidupmu, enjoy aja!

Dan kata ‘Sunda’, berasal dan bermakna: bagus, baik, putih, bersih, cemerlang. Segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Orang Sunda diyakini memiliki etos, watak (karakter) ka-Sunda-an sebagai jalan menuju hidup yang utama, yakni 7-r: cageur (sehat jasmani-rohani), bageur (baik dalam tekad, ucap, dan tindakan), bener (menurut diri, menurut masyarakat, menurut hukum), singer (terampil), motekar (kreatif), pinter (cerdas intelektual-emosional-spiritual), dan basajan jeng handap asor (sederhana dan rendah hati).

Terakhir, orang Sunda pasti hafal dan insya Allah mengamalkan pesan ini: saling mengasihi, saling memperbaiki diri, saling melindungi—silih asih, silih asah, silih asuh. (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 29 Juli 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 29 Juli 2017 (ILKSiana)

Kang Maman – ILK-siana

Selalu merinding dan nurani tergores setiap melihat video orang-orang yang dengan sadisnya–kata Cak Lontong—menyakiti dan melecehkan orang lain seperti tanpa perasaan sama sekali.

Adakah alasan pembenar untuk mengatakan bullying dengan “memelonco” orang lain dengan menggunakan kekerasan fisik yang sangat melukai dan melecehkan bisa membangun kesehatian dan persahabatan abadi? Atau malah sebaliknya, kebencian, dendam abadi, dan lahirnya upaya balas dendam dari korban kepada pelaku atau kepada orang lain supaya bisa merasakan apa yang pernah dia rasakan? Seperti tadi disitir oleh Kang Denny, “Empati adalah kunci.” Kata Melissa, “Tabur cinta,” bukan tebar nista dan derita.

Dan kepada korban bully, masa depan masih ada di genggamanmu. Teringat seorang kutu buku yang senang menyendiri dan menyukai hal-hal yang berbau fiksi sains, kelahiran Pretoria, Afrika Selatan, 46 tahun lalu.

Ia jadi bulan-bulanan di sekolahnya, kadang dihajar sampai pingsan, terluka karena dijatuhkan dari tangga ke lantai, bahkan sampai harus masuk rumah sakit berulang-ulang kali. Dan hari ini, majalah Forbes menaksir harta kekayaan korban bully tersebut sekitar Rp231 triliun.

Dia adalah pendiri perusahaan SpaceX yang berbisnis pesawat luar angkasa sampai Tesla, yang melahirkan mobil listrik canggih, dan sedang merintis jalan untuk membawa manusia menjadi penghuni planet Mars. Namanya seperti yang ada di layar tadi, sang Iron Man, Elon Musk.

Apa kunci sukses Elon Musk?

Dia sangat percaya, masa depan milik orang yang mampu menaklukkan rasa sakit bahkan melebihi orang-orang yang telah pernah membuatnya sakit.

Orang yang tahu nikmatnya bangkit adalah orang yang pernah merasakan perihnya terjatuh dan terluka. [segmen 2]

***

“Profesi sebagai penghibur atau artis, bukan profesi kekal abadi,” kata Melissa. Ada masa populer bermandikan taburan bintang dan cahaya lampu, ada masa redup bak panggung pertunjukan yang berakhir—layar diturunkan, lampu pun dimatikan. Sehingga tak salah untuk merambah aktivitas produktif lainnya.

Bukankah tak baik untuk menaruh semua telur di dalam satu keranjang, yang jika tertumpah akan pecah semua?

Tentang bisnis para selebriti, daripada menyinyirinya, lebih baik mensyukuri upaya siapa pun yang membuka lapangan usaha dan kerja. Kata Kang Denny, “Karena itu berarti membuka peluang kerja kepada orang di sekelilingnya.” “Apa lagi,” kata Gigi, “halal.”

Dan yang penting, berbuat untuk diri sendiri itu namanya semata kesenangan. Tetapi berbuat (berbagi lapangan kerja) untuk orang lain, itulah kebahagiaan. [segmen 3]

***

Betul kata Cak Lontong, menurut data BNN ada 5,9 juta penyalahguna narkoba di Indonesia, dan rata-rata tewas 33 sampai 40 orang sehari. Dan rata-rata, penyalahguna narkoba itu menggunakan 0,2 gram sekali pakai, atau satu gram digunakan oleh lima sampai enam orang.

Jadi kalau ada pasokan satu ton sabu yang kemarin berhasil digagalkan, satu ton itu identik dengan satu juta gram. Kalau 5,9 juta orang itu memakai sabu bersama-sama dalam waktu bersamaan, satu ton itu identik dengan setiap orang hanya mendapatkan jatah 0,2 gram untuk sekali pemakaian.

Artinya apa, seperti kata Kang Denny, begitu besar pasar narkoba di negeri ini, dan Indonesia betul-betul menjadi tujuan potensial perdagangan narkoba. Sehingga masuk akal kalau menurut BNN, ada 250 ton sabu masuk ke Indonesia sepanjang 2016.

Sungguh negeri ini masuk dalam kondisi gawat darurat narkoba. Karenanya tak boleh semata mengandalkan aparat dalam memeranginya, kata Kang Denny dan Cak Lontong. Tapi seluruh warga harus meminjam penggal puisi Wiji Thukul, “Hanya satu kata: LAWAN!”

Dan kepada pengguna, mari berikan rehabilitasi medis dan sosial (baik sukarela maupun proses penegakan hukum) dengan menjalani pengobatan, perawatan, pemulihan, sesuai Undang-Undang [Nomor] 35 [Tahun] 2009 tentang Narkotika, seperti diungkapkan Melissa dan Pak Sulis tadi.

Dan kepada para bandar dan pengedar, jatuhkan hukuman yang seberat-beratnya, yang menurut Undang-Undang minimal empat (4) tahun dan hukuman mati maksimal untuk mereka yang memproduksi, mengimpor, dan mengekspor atau menyalurkan narkotika golongan satu.

Terakhir, tadi ada silogisme menarik dari Cak Lontong. Itu mengingatkan saya pada kampanye ibu negara Amerika Serikat tahun '80-an, Nancy Reagan. Untuk mencegah keterlibatan anak dan remaja dalam penyalahgunaan narkoba, cukup tiga kata: “JUST SAY NO!” (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 23 Juli 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 23 Juli 2017 (Magic vs Magis)

Kang Maman – Magic vs Magis

Untuk belajar sulap, ternyata mudah. Kita hanya butuh pendamping dan seorang pembimbing. Untuk bermain sulap, juga mudah. Kita hanya perlu trik serta memiliki peralatan yang dibutuhkan. Namun untuk menjadi seorang pesulap, bukan hal yang gampang—dan kita menjadi saksi terhadap hal itu malam ini.

Pesulap sejati bukan menghabiskan waktu dengan belajar tentang kecepatan. Melainkan tentang bagaimana tentang manusia berpikir, merespons, beropini, dan berasumsi.

Dan selama manusia masih lebih suka menggunakan asumsi, selama itu pula pesulap bisa hidup dan menghasilkan uang. Kenapa? Semoga kita akan dapat jawabannya di dua segmen berikutnya. Tapi yang sudah pasti dan kita lihat tadi, hal yang paling menyenangkan dari seorang pesulap, adalah di saat melihat kita heran dan terheran-heran.

Itulah sulap. Jangan pernah biarkan diri kita berpikir terlalu jauh bahwa pesulap itu memiliki kekuatan sihir. Karena kata Ki Prana jujur tadi, “Unsur magisnya, hanya terletak pada performance-nya.” Atau kita memang senang berilusi, tertipu atau menipu diri—seperti kata Ronal tadi.

Dan dari penampilan Cak Tarno, saya teringat pada apa yang pernah dia katakan sendiri:
Yang penting itu membuat orang lain tersenyum, dan itu lebih menyenangkan daripada membuat orang lain menangis.” [segmen 3]

***

Apa yang kita saksikan sepanjang lima segmen, mengingatkan saya pada apa yang pernah ditulis seorang Gobind Vashdev, “Kita membenarkan dan menyalahkan bukan karena objeknya, melainkan karena apa yang ter-install di benak (semata asumsi dan opini).”

Para pesulap dan yang mengerti sulap, pasti sering tersenyum melihat begitu banyak opini tercetus yang diyakini sebagai kenyataan. Misalnya, ada kekuatan lain, menggunakan jasa jin, atau memakai jimat tertentu ketika membicarakan David Copperfield yang bisa menghilangkan Patung Liberty atau menembus Tembok Cina.

Yang paling menarik, walaupun banyak orang sudah menjelaskan bahwa itu semua trik—seperti kata Aiko tadi—bahkan dibocorkan link videonya, di mana mereka melihat rahasianya secara langsung, tetap saja banyak yang tidak percaya.

Melekat pada ilusi, memang nyaman. Kebenaran adalah ibarat bangun dari tempat tidur yang empuk, dan bangun itu tentu tidak enak.

Tidak berlebihan bila Nietzhie pernah mengatakan, “Kadang-kadang orang-orang enggan mendengar kebenaran karena mereka tak ingin ilusi mereka hancur berantakan.

Dan, sekali lagi, ada kutipan yang menarik dari the magician:
Pesulap yang sejati, tak pernah membiarkan orang berpikir terlalu jauh bahwa pesulap itu memiliki kekuatan sihir.

Jadi, nikmatilah sulap, dan ingatkan pada diri:
Di saat orang lain menanggapku berilmu tinggi, kutegur diriku dan kukatakan, “Bahwa sesungguhnya, semata ketidaktahuanmulah yang membuatmu sepertinya tinggi; selebihnya, ilusi.”

Di dunia nyata, untuk Habil dan semua teman-teman:
Bangunlah dari tidur, bangkitlah dari ilusi, selamat berkarya! (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 22 Juli 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 22 Juli 2017 (KPK vs DPR)

Kang Maman – KPK vs DPR

Pro kontra hak angket terus mengalir. Yang tidak setuju, disuarakan Tsamara tadi, uji dong KPK di pengadilan, bukan lewat hak angket.

Sementara yang setuju alasannya: Tetap sejutu berantas korupsi, tapi juga benahi dan perbaiki KPK dan orang-orangnya. Dan menggunakan hak angket gedorannya pasti lebih keras, kata Prilly.

Di balik itu, harapan kita rupanya tetap sama, sama-sama setuju: upaya pemberantasan korupsi tidak boleh berhenti!

Poin kedua, kita tetap harus mengakui dengan sejujur-jujurnya, negeri ini sangat belum bebas dari korupsi. Jangan ditutup-tutupi. Lebih baik ditampar kejujuran daripada dikecup kebohongan, lebih baik mengakui saja bahwa sejak KPK berdiri, ada 124 anggota DPR (belum termasuk SN yang pada jam 7 malam, tanggal 7 bulan 7 2017 dijadikan tersangka); ada 17 gubernur, ada 58 wali kota dan bupati yang ditangkap KPK. Juga sejumlah tokoh yang dianggap seharusnya menegakkan dan menjadi penjaga pintu gerbang keadilan, ikut dicokok KPK.

Artinya, benar seperti yang pernah dikatakan jurnalis senior, Budiarto Shambazy, bahwa kita bukan lagi menganut trias politika tapi Trias Corruptica, yang isisinya adalah: legislaTHIEVES, execuTHIEVES, judicaTHIEVES—tempat para maling. Maling-maling penggerogot uang rakyat ada di semua lini, di legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Lalu harus dibiarkan? Tegas: tidak! Teman-teman tadi tegas mengatakan, kawal upaya pemberantasan korupsi.

Jujur itu hebat, berlaku untuk semua (tidak terkecuali anggota KPK itu sendiri). [segmen 4]

***

Membaca indeks korupsi negara-negara di dunia tadi, kemudian pro kontra yang muncul sejak segmen satu, saya jadi teringat satu penggal puisi Gus Mus (K.H. Mustofa Bisri) dalam pusinya “Ada Apa dengan Kalian?”:

Bila karena merusak kesehatan, rokok kalian benci
Mengapa kalian diamkan korupsi yang merusak nurani?

Bila karena memabookan, alkohol kalian perangi
Mengapa kalian biarkan korupsi yang kadar memabokkannya jauh lebih tinggi?

Bila karena najis, babi kalian musuhi
Mengapa kalian abaikan korupsi yang lebih menjijikkan
ketimbang kotoran seribu babi?

Ada apa dengan Indonesia?

Dan karena Awwe tadi menyebut Cina, teringat Zhu Rongji saat menjadi Perdana Menteri Tiongkok dan berujar dalam pidatonya, “Sediakan 100 peti mati; 99 untuk mereka yang melakukan korupsi, satu untukku jika aku juga korupsi.”

Jadi ternyata negeri ini, butuh pemimpin teladan, bukan pemimpin yang suka telan uang rakyat!

Terakhir, sedikit mengulang notulensi lalu:
Harus kita yakini, KTP-E itu kepanjangannya bukan Korupsi Triliunan Rupiah, Edan! (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 16 Juli 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 16 Juli 2017 (Pilih Mana? Part 2)

Kang Maman – Pilih Mana? Part 2

Didahapkan pada dua pilihan salah dan harus memilih salah satu, memang serba salah karena tak serba benar.

Yang menarik, nyinyir di medsos bukan cuma bisa dipenjara—seperti kata Mas Jarwo. MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai penggunaan medsos. Dan ada sejumlah poin yang diharamkan untuk dilakukan di medsos, di antaranya: setiap muslim yang bersosialisasi melalui medsos, diharamkan melakukan gibah, fitnah, adu domba, dan penyebaran permusuhan. Aksi bullying, ujaran kebencian serta permusuhan atas dasar SARA, juga diharamkan, terlebih mengenai penyebaran hoax serta informasi bohong.

Karenanya, jari-jemarimu harimaumu, jangan lumuri dengan keharaman.

Sungguh karenanya, pikir sebelum diukir, saring sebelum di-sharing! [segmen 1]

***

Dari pantun-pantun tadi kita bisa lihat bahwa kata orang, pasangan itu harus pas. Kalau tidak ada pas-nya, ya tinggal angan.

Pasangan itu untuk menyempurnakan, bukan untuk saling menyakitkan. Bukankah lebih baik saling meninggikan daripada saling merendahkan? Saling menguatkan daripada saling melemahkan. Saling menggenapkan daripada saling mengganjilkan.

Artinya, yang paling utama, sebenarnya, bukan berharap orang lain menjadi pasangan terbaik untuk kita, tetapi berupaya menjadikan diri kita terbaik buat pasangan kita.

Dan kepada pasangan kita, siapa pun dia, apa dan bagaimana pun dia, katakan dua kalimat ini:
Sesungguhnya, akulah rindu yang selalu hujan di hatimu.
Rumah yang kuangankan hanya pelukanmu,
damai yang kuinginkan abadi di pelukanmu,
dan tempat terindah buatku: hatimu. [segmen 2]

***

Saya coba merumuskan kalimat Mas Ronal.

Orang memberikan hanya apa yang dia miliki. Jika dia hanya punya sampah, dia hanya bisa memberikan sampah. Jika dia bergelimang hinaan, dia hanya bisa memberikan hinaan.

Nasihat bijak dari Kang Ronal:
Terhadap pemberi sampah dan hinaan, diamkan. Karena jika seseorang memberimu sesuatu tapi kamu mendiamkannya (tidak menerimanya), itu artinya pemberian tersebut kembali kepada pemberi sampah dan hinaan itu.

Nasihat bijak pun muncul:
Bila terlalu sulit mengasihi, jangan membenci. Bila tak bisa menghibur, jangan membuatnya sedih. Bila tak bisa memuji, jangan menghujat. Dan bila tak bisa menghargai, jangan menghina.

Pakai hati, bukan belati. [segmen 3]

***

Pilih punya pacar atau punya teman? Jawabannya, pilih punya hati.

Kalau punya hati, kita pasti akan punya teman, entah itu teman baik atau teman sehati. Kalau tidak punya hati, jangan berharap bisa punya keduanya. Karena orang lain pasti mencari hal yang sama: manusia yang masih punya hati.

Dan ingat, sebagaimana mantan pacar dan pacar, beri pujian bernilai 10 (ten) pada temanmu. Maka teman pun bisa mengubah jadi temanTEN, mengubah ulat menjadi kupu-kupu.

Modalnya satu, dan sering berulang disampaikan: akadakan dan halalkan atau lupakan dan tinggalkan. [segmen 4]

***

Mudik atau tetap kerja? Berbeda dengan segmen 1 yang pilihannya serba salah, kali ini pilhannya serba benar. Jadi jawabannya pun menjadi mudah.

Hidup ini adalah serangkaian skala prioritas, pilih berdasarkan urutan prioritasnya. Utamakan memenuhi kebutuhan daripada memuaskan keinginan.

Kata Kang Denny, prioritaskan keluarga daripada harta dan kerja. Karena harta yang paling berharga adalah keluarga.

Dan di atas segalanya, doa indah layak rasanya untuk kita lantunkan jika berada di persimpangan pilihan-pilihan:
Wahai, Sang Mahacinta, jauhkan kami dari pemberian yang menggelapkan mata,dari pembiaran yang membutakan hati, aamiin. (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 15 Juli 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 15 Juli 2017 (Emak-Emak Senggol Bacok)

Kang Maman – Emak-Emak Senggol Bacok

Tenggang rasa telah berubah menjadi tegaan rasa. Orang tak lagi peduli pada sesama dan bahkan berebut peran menjadi raja atau ratu tega.

Sebagaimana sikap toleran yang kini sering kali berubah menjadi teleran; menjadi pendekar mabuk yang mudah amuk, beringas, ganas, dan kehilangan rasa dan nilai kemanusiaan. Mereka sebenarnya tahu pentingnya sabar dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Tapi di situasi yang—kata Rizky Inggar—ganas dan panas, otak dibiarkan ikut panas, fisik dibiarkan jadi beringas karena tak ada yang mau mengalah.

Sabar pun berubah jadi barbar. Di situasi seperti itu, sabar—kata Mas Jarwo; punya rasa malu—kata Ronal; dan mau mengalah—kata Kiky, menjadi kunci klasik yang kembali harus jadi pegangan.

Dengan punya rasa malu, takkan ada yang bisa mempermalukanmu. Dengan mengalah, tak seorang pun bisa mengalahkanmu lagi—sebagaimana nasihat: merendahlah hingga tak seorang pun merendahkanmu lagi.

Dan kalau membantu, bantulah orang supaya mereka bukan untuk membalas budi kepada kita, tapi supaya mereka dapat membantu orang lain lagi. [segmen 2]

***

Dalam transaksi dan tawar-menawar—apalagi kepada orang kecil, jangan berusaha mengotori langit dengan meludahinya. Karena ludah itu akan jatuh mengotori wajah kita sendiri.

“Jadilah seperti bunga,” kata Ali bin Abi Thalib, “yang terus memberikan harumnya, bahkan kepada tangan yang menghancurkannya.”

Apa sih ruginya memberi lebih kepada orang kecil? Memberi secercah bahagia kepadanya?

Dan di sebuah dunia, di mana kamu bisa jadi apa saja terhadap siapa pun—termasuk terhadap pedagang kecil, pilihlah menjadi orang baik. [segmen 4]

***

Menulis notula dari segmen 1 hingga 5, pikiran saya terantuk pada cerita seorang istri;

Di tengah perjalanan, ada seorang perempuan muda meminta suamiku untuk memberikan tempat duduknya.  Suamiku segera berdiri dan memberikan tempat duduknya. Ketika kuperhatikan, ternyata kakinya cacat. Barulah aku tahu kenapa suamiku memberikan tempat duduknya.

Suamiku terus berdiri sepanjang perjalanan. Setelah perempuan itu turun sekalipun, ia tetap berdiri dan membiarkan orang duduk di tempatnya.

Setelah turun dari bus, aku berkata pada suamiku, “Memberikan tempat duduk pada orang yang butuh memang baik, namun pertengahan perjalanan, kan kamu boleh memintanya berdiri agar gantian kamu yang duduk?”

Suamiku menjawab, “Orang lain mungkin saja sudah tidak nyaman seumur hidupnya, aku hanya kurang nyaman selama dua jam.”

Kalau pola pikir kita dapat diubah seperti itu, dunia akan jauh lebih indah.

Dalam hidup, kita memang kerap dihadapkan pada pilihan, antara memaksakan hak dan kewajiban. Namun saat kita melepaskan hak dan lebih memilih memberi, di situlah kebahagiaan akan muncul.

Hidup bukan tentang siapa yang terbaik, tetapi siapa yang berbuat baik.

Jadi, teruslah berbuat baik. Jika beruntung, kamu akan menemukan orang baik. Jika tidak, kamu akan ditemukan oleh orang baik. (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 09 Juli 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 9 Juli 2017 (Musikku Laguku)


Kang Maman – Musikku Laguku

Selain menarik karena membebaskan personelnya mengeksplorasi diri di luar GIGI, kata Ronal tadi, juga menarik menyimak lirik-lirik lagu dari grup yang resmi dibentuk 22 Maret 1994 ini, karena kita akan temukan konsistensi perasaan hati. Padukan lagu “Hinakah” dan “Hasrat”, misalnya. Dalam “Hinakah”:

Kadang ku merasa lelah dan jemu ada di sisimu
Kadang ku merasa lepas tanpamu ada di sisiku
Hanya kadang ku merindu desahmu merangkup kalbu
Sepertinya bosan, tapi hanya kau yang kuingat selamanya

Dan di penutup “Hasrat”:
Biarlah semua ini berlalu dengan pasti
Cinta tak mudah 'tuk dimengerti

Begitulah cinta, ada pasang surut. Rindu dan bosan menjadi dua sisi dari satu mata uang cinta. Cinta tak mudah untuk dimengerti, karena sekali lagi, cinta bukan kata kerja, bukan kata benda yang bisa tertakar dan terukur, tapi kata hati.

Lalu bagaimana harus menghadapi persoalan cinta?

Jawabannya ada di lirik terakhir lalu “Janji”:
O janjiku takkan pernah kulepas selamanya
O janjiku kuikuti kata hatiku

Dalam mencinta, GIGI mengingatkan ikuti kata hati, bukan yang lain. Dan hatimu pasti tak akan beralih dari seseorang yang padanya dunia indah, dunia terciptabegitu digambarkan GIGI di lirik terakhir lagu “Angan”.

Terakhir, dengan cinta apa yang sebenarnya dicari manusia? Jawabannya masih pada judul lagu yang dinyanyikan GIGI: dengan cinta, kita mencari pintu sorga. Karena dengan dukungan keluarga, cinta memuliakan, bukan menghinakan. (Maman Suherman)

Share:

Sabtu, 08 Juli 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 8 Juli 2017 (Libur Telah Tiba)

Kang Maman – Libur Telah Tiba

Sepanjang 2016, pulau yang berhasil diverifikasi pemerintah Indonesia mencapai 14.572 pulau, dan yang sudah ditetapkan oleh PBB 13.466 pulau. Kalau saja kita mau berwisata ke pulau-pulau di Indonesia saja, dan setiap pulau cukup dikunjungi lima hari, perlu waktu 199,6 tahun untuk mengunjungi semuanya. Dengan rata-rata usia harapan hidup perempuan Indonesia 72,7 tahun, dan prianya 68,4 tahun, kita perlu hidup-wafat-hidup-wafat, dan hidup lagi untuk menjelajahi seluruh pulau di negeri tercinta ini.

Tapi jika juga ingin berlibur ke luar negeri, seperti yang disampaikan anak-anak tadi, tidak jadi mengapa. Toh setiap orang punya hak pilih untuk menentukan tujuan beriburnya. Yang penting, berlibur itu menemukan kenyamanan; jika tidak nyaman, bukan berlibur namanya.

Bukankah terminologi libur adalah hari di mana kita dapat menentukan apa yang kita lakukan tanpa ada tekanan dan tanpa keterpaksaan?

Dan terakhir, ada yang mengatakan, “Di mana pun Anda berada sekarang, selalu ada tempat unik dalam radius 10 kilometer untuk dijadikan tempat libur yang sederhana.”

Jadi, sekali lagi, libur bukan persoalan tempat, tapi persoalan nyaman, membahagiakan, dan menyenangkan. Dan tergambar dari isi tas anak-anak kita tadi yang sangat beragam: yang berisi mainan-mainan yang menyenangkan dan membahagiakan mereka. [segmen 2]

***

Betul Mandalika di Lombok dan Morotai di Maluku Utara.

Mau liburan tipe ketenangan yang kontemplatif ke tempat yang tenang, atau tipe petualangan penuh stimulus ke tempat yang penuh gelora ombak, menggunakan biro jasa perjalanan atau tidak, silakan. Yang penting—sekali lagi—liburan itu membebaskan dan membuat happy atau menyenangkan. Yang indikatornya, kata Kang Denny, terlihat selepas liburan.

Sejalan dengan frasa “liburan dan produktivitas adalah dua hal yang saling mendukung”, dan juga sejalan dengan penelitian: prestasi orang yang sering berlibur lebih cemerlang daripada orang yang menyiksa dirinya dengan bekerja terus menerus.

Karena dunia kerja, adalah penjara menyeramkan jika di dalamnya tidak terdapat liburan. [segmen 4]

***

Kalau menyimak dengan saksama pembicaraan tadi, bertabur mutiara kebijaksanaan tentang berlibur.

Satu, “Pengalaman itu tak ternilai,” kata Tasya. Berlibur mungkin mahal, tapi memberikan kebahagiaan yang jauh lebih mahal dan berharga.

Kedua, bekerja tanpa liburan adalah perjalanan sukses yang panjang, membosankan, dan penuh penderitaan.

Ketiga, liburan menegaskan dan membuat kita semakin yakin kalau kita adalah orang yang bebas dan merdeka.

Poin terakhir tadi dari Ronal dan Kang Denny:
Berlibur bukan soal tempat, tapi soal dengan siapa (soal sosok).

Saya jadi teringat satu ayat dalam Al-Qur’an—kira-kira tafsirannya seperti ini:
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina, kemudian kami letakkan dia di dalam tempat yang kokoh—[(yang kita sebut rahim)]—sampai waktu yang ditentukan. Lalu Kami tentukan bentuknya, maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.

Rahim digambarkan sebagai sebuah tempat yang sungguh sangat luar biasa, kokoh dan aman. Menyediakan ruangan isolasi terhadap gangguan yang berasal dari luar, dan terutama melindungi bayi dari shock dan tekanan.

Nah, libur terindah, adalah pulang kembali ke pemilik tempat yang paling kokoh, aman dan nyaman. Pemilik tempat itu, tempat di mana pertama kali kita tumbuh dan merasa sangat aman, sang pemilik rahim: ibu.

Jadi, selamat berlibur, selamat kembali ke dalam pelukan pemilik rahim, yang aman, nyaman, hangat, dan membebaskan. (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter