Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Selasa, 30 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 30 September 2014 (Single Parent)

Kang Maman Single Parent

Menurut data tahun 2011, di Indonesia ada 7 juta perempuan menjadi orang tua tunggal. Dan data tahun 2002 membuktikan, dibanding laki-laki dengan perempuan, kalau 1 laki-laki menjadi orang tua tunggal, ada 5 perempuan jadi orang tua tunggal: 469 berbanding 100.

Penyebabnya sudah kita sebutkan tadi: perceraian, kematian pasangan, hamil di luar nikah, atau tidak menikah tapi mengadopsi anak. Juga ada yang disebut semi single parent; orang tua lengkap, tapi terpisah jauh karena berbagai hal.

Di balik semua itu, di balik segala peristiwa penyebab seseorang menjadi single parent, percayalah, orang tua tunggal adalah manusia pilihan. Karena hanya orang pilihan yang diberi ujian, dan diberikan kemampuan untuk menjalankan dua peran dalam satu waktu. Dan anak-anak orang tua tunggal, juga adalah anak pilihan karena diberi ujian, punya orang tua yang tidak lengkap atau terpisah, dan diberi kesempatan untuk membuktikan bahwa mitos broken home itu tidak benar.

Terakhir, di malam ini, cobalah anak-anak dari orang tua tunggal mendatangi, mengetuk pintu kamar, atau menelepon ibu-bapaknya yang telah lama hidup sendiri. Beri kecupan di kening, lantunkan doa untuknya yang begitu hebat, dan percayalah, di dalam setiap doanya, ada namamu disebut; dan itulah kunci pembuka pintu surga.

Dan sebaliknya, ibu-bapak, kecuplah kening anak Anda karena di dalam doanya, namamu pun pasti disebut.

Dan, doa anak baik tak pernah terputus meski orang tua telah meninggal.

Ketika cinta dan kasih anak dan orang tua terpadu, di sana Tuhan tersenyum, dan hadir dengan curahan kasih sayang-Nya. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 29 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 29 September 2014 (Pemilihan Langsung atau Diwakilkan)

Kang Maman Pemilihan Langsung atau Diwakilkan

Ada 2 pilihan menyeruak dalam pembicaraan ini:

Kelompok pertama memilih untuk pemilihan tidak langsung karena berprinsip pada asas perwakilan. “Toh, rakyat sudah memberikan suaranya untuk diwakili.” “Dan juga bisa hemat anggaran dibanding kalau memilih langsung,” tadi beberapa suara itu muncul. Tetapi, kata kuncinya kata Kirun, “Jangan sampai salah pilih dalam pemilihan umum; dalam memilih wakil kita.”

Kemudian kelompok kedua—diwakili oleh Mas Jarwo [dan] Mas Ronal—memilih secara langsung. Itu adalah pilihan karena berprinsip atau berasaskan pada daulat rakyat. Kedaulatan di tangan rakyat, jangan dikebiri.

Jika memang akhirnya harus pemilihan tidak langsung, adakah mekanisme yang memungkinkan rakyat untuk bisa mengganti wakilnya di tengah masa pemerintahan kalau merasa wakilnya koruptif dan tidak lagi mewakili dirinya? Misalnya, seperti kata Ronal tadi, “Adakah mekanisme pemilihan sela atau pemilihan antara?”

Yang kedua, semua sistem politik pasti ada titik lemahnya. Dan, “jebakan” demokrasi yang paling berbahaya adalah muncul ketika kualitas wakil rakyat tidak bagus dan tidak bisa memegang amanah.

Di sistem mana pun, kalau tidak amanah, akan menghasilkan pemimpin yang koruptif, dan mengkhianati rakyat yang dipilihnya. Dan di atas mantra demokrasi, perihal keadilan, keadaban, dan kesejahteraan, tak kalah substansial dan tidak kalah pentingnya.

Jadi, kata kuncinya, di sistem apa pun yang kelak berlaku, ketuk nuranimu, jangan pernah curangi dan jangan pernah khianati rakyat! (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 26 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 26 September 2014 (Hari Komedi Nasional)

Kang Maman Hari Komedi Nasional

Seni komedi Indonesia punya beragam genre—sebanyak istilah tentang pelawak itu sendiri. Dari istilah alan-alan, badut, bebodoran, bodor, hamlak, komedian, orang jegela, pembanyol, pendagel, penggeli hati, pelipur, pengocok perut, hingga seniman komedi.

Dan, bagaimana dengan sosoknya?

Sosok satu ini seperti ditakdirkan untuk mengabdi lewat seni—sejak masih belasan tahun, hingga akhir hayatnya. Sebagai penyanyi, ia serba bisa, juara bintang radio, piawai menulis lagu dan menyanyikan beragam warna musik, juga terampil memainkan alat musik. 27 album rekaman “ditelurkannya”.

Lelaki kelahiran Cilegon, Banten, ini juga bermain teater dan film layar lebar. 20 tahun, 23 film. Dari film Solo di Waktu Malam (di tahun 1952), Amor dan Humor, Ambisi, Kisah Pelawak, sampai yang menggunakan namanya, seperti: Bing Slamet Tukang Becak, Bing Slamet Merantau, Bing Slamet Setan Djalanan, Bing Slamet Dukun Palsu, Bing Slamet Sibuk, dan terakhir menjelang hayatnya: Bing Slamet Koboi Cengeng.

Di balik semua itu, hampir semua penampilan berkeseniannya diawali dan diwarnai dengan kepiawaiannya sebagai seniman komedi. Ia bernyanyi dengan nuansa komedi lewat kemampuannya mengubah suaranya; dari suara perempuan, sampai suara anak-anak.

Di era '50-an hingga '70-an, ia membentuk grup lawak Trio Los Gilos. 20 tahun, muncul lewat corong RRI [Radio Republik Indonesia] bersama Mang Udel dan Cepot yang diperankan oleh Harjo Dipuro. Ia juga membentuk trio lawak SAE [Trio SAE] dan EBI, dan terakhir: Kwarted Jaya bersama Ateng, Iskak, dan Eddy Sud.

Di usia jelang 40 tahun, Tuhan memanggilnya saat berada di puncak kepopuleran.

Tanda-tanda kematian sudah tampak ketika ia muncul bulan April 1974 saat sedang melakukan pertunjukan di Tegal, Jawa Tengah. Dia sedang sakit. Eddy Sud melarangnya tampil, tetapi dia tidak mau membuat penonton dan panitia kecewa.

Saat pertunjukan, dia tetap berdiri di belakang electone dengan tubuh telah payah dan wajah menahan sakit. Ia berusaha tegak berdiri, tetapi tiba-tiba tubuhnya roboh. Penonton tertawa, mengira itu bagian dari lawakan. Penonton baru kaget ketika teman-temannya melarikannya ke rumah sakit. Itulah penampilan terakhir sosok satu ini.

Dan kemudian, ia berpulang 17 September 1974; 10 hari sebelum genap berusia 47 tahun. Saat penguburan, media menggambarkan karangan bunga menumpuk sangat banyak, dan barisan pengiring jenazah menuju Karet Bivak, 4 kilometer panjangnya.

Dan, Titiek Puspa menggambarkan duka mendalam itu lewat lirik:

“...
Berita menggelegar aku terima
kekasih berpulang untuk selamanya
Hancur luluh rasa jiwa dan raga
tak percaya tapi nyata

Ku bersimpuh di sisi jasad membeku
doa tulus dan air mata
Segala dosa ku mohonkan ampunannya
seakan terjawab dan Kau terima

Dan tiada.. tiada Bing lagi
...”

Ia meninggalkan nama baik; sosok besar yang oleh teman-temannya disebut ‘sosok yang lebih banyak memberi daripada menerima’. Ia bisa ajak seniman-seniman yang sudah “tidak laku” manggung bersamanya, dan membayarkannya dengan honornya. Benyamin menyebutnya ‘sosok yang membuat saya bisa menjadi seniman yang terkenal’.

Jasad Bing Slamet boleh terkubur, tapi jiwanya tetap hidup di batin kami, seniman komedi Indonesia.

Satu jam lagi, 27 September 2014, adalah hari ulang tahun ke-87 Bing Slamet. Ia tidak pernah mati. Karenanya, kami, keluarga besar Indonesia Lawak Klub, mengusulkan hari lahir Bing Slamet sebagai Hari Komedi Indonesia, sekaligus ungkapan rasa cinta kami kepada semua komedian yang telah membuat Indonesia tersenyum dan tertawa. Dan mengingatkannya untuk terus menjaga negeri ini, seperti lirik lagu yang diwariskan Bing dalam Belaian Sayang:

“...
Ibu berdoa, ayah menjaga
agar kelak kau, jujur melangkah

Jangan pernah engkau lupa
tanah pusaka
tanah tumpah darah
Indonesia”

Kepada keluarga besar Bing Slamet, terimalah penghargaan Legend Award dari kami untuk maestro dunia lawak Indonesia: Bing Slamet, “Bapak Komedi Indonesia”. (Maman Suherman) 

***

“Komedi yang cerdas selalu membawa pesan kebaikan dan semangat kehidupan.” Kang Denny (Denny Chandra)
Share:

Kamis, 25 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 25 September 2014 (Cinta Lokasi)

Kang Maman Cinta Lokasi

Cinta lokasi [disingkat: cinlok] paling tidak punya 4 risiko:

Yang pertama: Cinta sesaat, “semata euforia bertemu orang baru,” kata Oline.

Yang kedua: Pondasinya lemah karena cuma PeDeKaTe [pendekatan] dalam waktu singkat.

Yang ketiga: Apa yang dibilang Cici Panda tadi, “Unfinished relationship.” Cintanya tiba-tiba, satu sama lain tidak tahu apakah masih berstatus single atau sudah punya pasangan.

Dan status yang keempat: Statusnya menggantung.

Tetapi apakah bisa berlanjut atau tidak, “tergantung pilihan jalanmu tentang cinta,” kata Astrid Tiar. Apakah memilih cinta yang hedonistik; semata cinta yang erotis; vulgar untuk pemuasan tubuh semata; atau sebuah perwujudan cinta tanpa penaklukan—persahabatan dua hati tanpa dorongan nafsu—di mana keduanya saling menghormati.

Dan yang pasti harus diingat, cinlok atau bukan, jangan mencintai karena kita menyukai rasa cemas, serta kebutaan ketika sedang jatuh cinta.

Cintailah seseorang dengan jernih. Jangan jatuh cinta ketika mencintai, tetapi berdirilah. Percayalah, standing in love lebih menarik daripada falling in love. (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 24 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 24 September 2014 (Flora dan Fauna)

Kang Maman Flora dan Fauna

Profesor Hidesaburō Ueno yang sudah tua, hidup sendiri di Shibuya. Ia hanya ditemani seekor anjing. Setiap hari ke mana pun pergi, anjing itu selalu menemani—termasuk ketika dia pergi mengajar dan berhenti di stasiun kereta, anjingnya selalu mengantar setiap pagi, dan setiap pukul 3 sore langsung menjemputnya. Begitu setiap hari.

Sampai pada satu hari, Profesor tidak pernah lagi pulang. Ternyata dia meninggal karena jantung, dan dimakamkan di kota lain. Tapi anjing itu tidak pernah pergi dari stasiun, dan menunggunya selama 9 tahun.

Hingga pada satu hari, anjing itu ditemukan oleh penduduk Shibuya dalam keadaan sudah meninggal, dan untuk penghormatan atas kesetiaannya, dibuatkanlah patung perunggu anjing di kota Shibuya—yang sekarang tamannya dijadikan sebagai tempat untuk janji bertemu untuk satu kesetiaan. Itu anjing yang disebut Hachikō, dan difilmkan di Hachiko: A Dog’s Tale.

Juga, seekor kucing bernama Karim, yang menyeberang dari Uzbekistan ke Rusia 3.218 kilometer selama 2 tahun untuk menemui tuannya.

Jadi, benar kata teman-teman panelis tadi, “Pohon, hewan, itu makhluk hidup. Mereka tahu arti kata setia.” Karena agama pun mengajarkan: hewan, pepohonan, bahkan gunung, tak henti bertasbih dengan setia memuji Sang Pencipta.

Jadi, mari sayangi lingkungan dan makhluk seisinya, maka mereka akan menyayangimu.

Kesetiaan akan berbalas kesetiaan, cinta akan berbalas cinta. (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 23 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 23 September 2014 (Selebritis Berbisnis)

Kang Maman Selebritis Berbisnis

“Jangan letakkan telur-telurmu dalam satu tempat (Don't put all your egs in one basket).” Itu pepatah klasik yang lebih baik kita dengar mumpung kita lagi mampu (tentu dengan prinsip kehati-hatian) daripada kita hanya mendengar cerita seniman yang terpuruk dalam penderitaan karena kemiskinan akibat berfoya-foya, dan membuang percuma rezeki yang didapatkannya saat sukses.

Meletakkan telur pada beberapa keranjang, berinvestasi pada beberapa bidang usaha, juga makin bermanfaat jika itu bisa membantu orang lain mendapatkan pekerjaan. Karena harta bukan dilihat dari jumlahnya, tapi dari seberapa banyak ia juga bermanfaat untuk orang lain.

Dan, tadi diingatkan oleh Cak Lontong secara tersirat untuk, “menjalani hari demi hari dan hargai waktu.” Jadi, manfaatkan olehmu 5 perkara sebelum datangnya 5 perkara: Masa mudamu sebelum tuamu; masa sehatmu sebelum sakitmu; masa kayamu sebelum fakirmu; masa luangmu sebelum masa sibukmu; dan, hidupmu sebelum matimu.

Jadi, konklusinya, manfaatkan masa kayamu sebelum miskinmu; berusaha selagi berpunya agar saat tak lagi berjaya, tidak jatuh terjungkal dan menderita. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 22 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 22 September 2014 (Fenomena Ingin Lebih)

Kang Maman Fenomena Ingin Lebih

Tentu kita pernah melihat ular piton raksasa ratusan kilo beratnya, yang sungguh menakutkan, tapi gampang sekali ditangkap. Mengapa? Karena dia baru saja menelan secara berlebihan sapi, babi, atau hewan besar lainnya. Karenanya, manusia juga diingatkan:

Makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” Itu di Al-A’raaf ayat 31.

Karena, makan terlalu berlebihan akan berakibat perut akan menekan seluruh sistem pencernaan. Makanan akan terganggu, dan proses pencernaan akan terganggu. Makanan yang dicerna tidak sempurna akan membentuk sampah dan membusuk di dalam tubuh, [dan] puncaknya adalah melemahkan seluruh sistem.

Begitu juga dalam ambisi. Ambisi boleh, tapi jika berlebihan, tidak pernah terasa cukup, akan membuat sampah menumpuk dan membusuk menutupi mata hati. “Berbohong pun,” kata Cak Lontong, “menjadi hal biasa,” karena tak pernah puas, rakus, dan akhirnya berjiwa korup.

Rasul juga mengingatkan sekali lagi:

“Tuhan (bahkan) pernah menawarkan kepada saya untuk mengubah bukit di Mekah menjadi emas, tetapi aku menengadahkan tangan kepadaNya sambil berkata, ‘Ya Allah, saya lebih suka sehari kenyang, dan lapar pada hari berikutnya agar saya dapat mengingatMu apabila saya kenyang.’”

Jadi, kata kuncinya: cukup. Tidak kurang, juga tidak menuntut lebih adalah kekayaan yang sebenarnya. Dan selalu ingin berlebih, mudah membuat jiwa menjadi tersembelih. (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 19 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 19 September 2014 (Kebiasaan yang Membudaya)

Kang Maman Kebiasaan yang Membudaya

Ada 5 kesesatan berpikir yang terungkap dari pembicaraan malam ini:

Satu: Kita terbiasa sudah dikaruniai akal pikiran, tapi masih malas digunakan. Lalu melemparkan segalanya sebagai kehendak Tuhan, bukan mencari akar permasalahannya.

Yang kedua: Malas sekali menempuh proses. Suka jalan pintas walau itu dilakukan dengan cara-cara yang bersifat koruptif—seperti kata Cak Lontong dan Pak Jarwo.

Yang ketiga: Banyak tindakan dilakukan bukan atas dasar kesadaran diri, melainkan atas dasar apa kata orang dan paksaan kelompok. Ketika diminta berpikir sendiri dan membentuk pendapat pribadi, cenderung bingung, malah jadi kepo nggak jelas. Ada kecelakaan bukannya bantu, tapi rame-rame nonton karena kepo bersama.

Keempat: Sulit sekali patuh pada peraturan dan perjanjian. Lihat potret jalan raya kita.

Dan yang kelima: Segala dilakukan dengan setengah hati; bekerja tidak sungguh-sungguh.

Nah, mengetahui kesesatan berpikir adalah cara terbijak untuk meluruskannya. Mencintai negeri ini adalah dengan menjadi bagian dari orang-orang baik yang tidak ikut-ikutan memelihara dan membudayakan kesesatan berpikir itu.

Percaya saja, hanya dengan satu hal: disiplin—baik disiplin di jalan maupun disiplin anggaran—Indonesia pasti lebih siap bersaing, lebih siap maju, dan lebih baik. (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 18 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 18 September 2014 (Cara Instan Jadi Beken)

Kang Maman Cara Instan Jadi Beken

Jujur saja, banyak yang mau sukses secara instan. Buktinya, buku-buku petunjuk meraih sukses, jadi best seller di mana-mana. Kursus secara cepat untuk menguasai sesuatu di berbagai bidang, dipenuhi banyak siswa—seolah-olah berlomba ingin meruntuhkan apa yang pernah diucapkan Einstein, “Tidak ada yang dapat melebihi kecepatan cahaya.”

Jadi, kita sebenarnya saat ini ada di era produk instan, berpikir instan, berkelakuan instan, berkebudayaan instan, dan karya cipta instan. Yang pasti, yang sifatnya instan dalam jangka pendek kelihatannya baik-baik saja, namun kata teman-teman tadi, “segala hal yang dibangun dengan cepat dan instan selalu rapuh; mudah hancur ketika diterpa berbagai masalah.” Easy come, easy go. Sukses melejit, kesiapan mental jalan di tempat.

Jadi, sukses itu bisa diraih lebih cepat ketika kita berusaha, bukan ketika kita mengambil jalan pintas. Menjadi beken bisa instan, tapi mempertahankan kebekenan teramat butuh kesungguhan dan perjuangan.

Buat teman-teman, khususnya Bang Norman:

Nasi sudah jadi bubur, tetapi yakinlah, bubur pun bisa dijual—Norman membuktikan. Yang penting: halalan thayyiban, jangan menyerah! (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 17 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 17 September 2014 (Fobia)

Kang Maman Fobia

Ada sekitar 504 jenis fobia. Dari takut angka 4, sampai takut kepada orang berkepala botak (Peladophobia). Dari takut angka 13, sampai takut mampus. Bahkan ada orang yang takut bercinta, dan takut berhubungan seksual. Juga ada orang yang takut sekolah, dan—tadi disinggung Cipan [Cici Panda]—takut pulang ke rumah (Nostophobia).

Dan terakhir, mari kita doakan bersama semoga pejabat negeri ini tidak fobia sama KPK [Komisi Pemberantasan Korupsi], lalu berlomba-lomba hendak membubarkan KPK. Tapi sebaliknya, seperti kata Cici Panda dan Kang Denny, “semoga semua pejabat negeri ini fobia terhadap korupsi, dan fobia khianati rakyat.”

Kalau bergunjing saja diibaratkan memakan bangkai saudara sendiri, apalagi korupsi dan mengkhianati rakyat! (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 16 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 16 September 2014 (Pekerjaan Malam Hari)

Kang MamanPekerjaan Malam Hari

Di tengah nostalgia Kang Denny tadi, terselip cerita-cerita tentang perempuan bekerja malam, mengingatkan kita pada puisi Perempuan-Perempuan Perkasa – Hartoyo Andangjaya:

“Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka
ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
sebelum peluit kereta pagi terjaga
sebelum hari bermula dalam pesta kerja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, ke manakah mereka
di atas roda-roda baja mereka berkendara
mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
merebut hidup di pasar-pasar kota

Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapa mereka
mereka ialah ibu-ibu kita yang berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa”

Jadi, bersyukurlah yang mendapat kerja di siang hari, dan bersyukurlah masih ada orang-orang yang mau bekerja di malam hari.

Keringat pagi, keringat malam, nilainya sama; sama-sama membasahi bumi agar denyut kehidupan tetap berdetak. Dan mereka, juga bagian dari rakyat negeri ini. Rakyat ialah kita, darah di tubuh bangsa, debar sepanjang masa.

Terima kasih, pekerja malam. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 15 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 15 September 2014 (Yuk Kita Nikah)

Kang Maman Yuk Kita Nikah

Tuhan memberi dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dan dua telinga untuk mendengar, juga dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Dia hanya menganugerahkan sekeping hati? Karena Dia telah berikan sekeping hati lainnnya pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah yang dinamakan cinta.

Dan agar sutra bisa terjalin, ulat sutra pun mati. Pepatah lama pun tetap abadi: “Di mana ada cinta, pasti ada rasa sakit hati.” Tapi jangan pernah lari, cinta tidak pernah mengajarkan kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan; tak mengajarkan kita menghinakan diri, tetapi mengembuskan kegagahan; dan bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.

Untuk Fitrop [Fitri Tropica]: Sekarang kamu sudah berdua, tidak sendiri lagi. Jangan kau tinggalkan bila kekasih “mengetuk pintu”; jangan lupa kalau sudah berpisah jarak, rajin-rajinlah telepati (telepon pakai hati).

Dan kepada yang hendak menikah: Menikahlah untuk mendapat rida Allah. (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 12 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 12 September 2014 (Cerita tentang Film Indonesia)

Kang Maman Cerita tentang Film Indonesia

Film adalah jembatan penghubung untuk mendistribusikan beragam ide. Dari ide pemalsuan kehebatan Amerika di Vietnam, seolah-olah cukup dengan satu Rambo saja bisa taklukkan Vietnam, padahal sebaliknya; Arab yang kerap digambarkan selalu penuh dengan teroris, padahal tidak; sampai film yang memotret kisah nyata tentang perenungan kemanusiaan dan kehidupan. Seperti kisah aktivis lingkungan, Erin Brockovich, melawan perusahaan pencemar air minum yang diperankan Julia Roberts. Atau Sokola Rimba yang diperankan Butet, tentang Butet Manurung yang mengajarkan calistung [membaca, menulis, dan menghitung] kepada anak-anak Suku Anak Dalam di hutan Bukit Duabelas. Atau Soe Hok Gie dalam film GIE yang kalimat-kalimat hebatnya kita dengar, diantaranya, “Kita hidup bebas seperti ini karena melawan kesewenang-wenangan. Pemimpin yang tak tahan kritik, boleh masuk keranjang sampah. Dan saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan. Dan, lebih baik diasingkan daripada menyerah kepada kemunafikan!” Sampai-sampai Joni yang diperankan Nicholas Saputra dalam film Janji Joni berujar dalam filmnya, “Film adalah anugerah seni terbesar yang pernah dimiliki manusia.”

Dan film serta bioskop adalah potret bergerak kehidupan manusia itu sendiri, yang punya filosofi indah seperti kata tokoh Pak Ucok dalam Janji Joni, “Hidup ini macam bioskop saja. Kalau kau terlambat, film akan dimulai tanpa kau. Bioskop tak pernah menunggu kau.”

Dan film yang baik, dibuat tidak asal-asalan, dengan persiapan matang, dan riset super serius karena harus menemukan frekuensi yang sama dengan frekuensi batin penontonnya. Persis seperti kalimat dalam Habibie dan Ainun, “Mau ganteng atau tidak, tapi kalau hatinya tidak satu frekuensi, percuma.”

Jadi, ayo cintai film Indonesia, dan jadikan film Indonesia sebagai tuan rumah di negerinya sendiri. (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 11 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 11 September 2014 (Hari Radio Nasional)

Kang Maman Hari Radio Nasional

Ada yang ingat nggak Orasi 9 November 1945 ini?

“Kita toendjoekkan bahwa kita adalah orang jang ingin benar-benar merdeka.
Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.
Sembojan kita tetap: MERDEKA atau MATI.

Toehan akan melindungi kita sekalian

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA!!!”

Itulah orasi fenomenal Bung Tomo di sebuah radio di Surabaya yang menggambarkan radio sebagai alat perjuangan untuk membakar semangat rakyat.

Dan di alam merdeka, radio tetap jadi bagian perjalanan sejarah; teman setia dalam perjalanan. Kata KLa Project dalam lirik lagu Radio, “Karena radio, beban kerja yang menunggu t'lah terlupa 'tuk sesaat. Lalu lintas menjemukan, tak kugubris tertutup oleh hingar bingarmu.” Endank Soekamti menggambarkan, “Rock-rock radio, nada-nadamu keras menghentak, kata-katamu yang memberontak, kau membuat jantungku berdetak, kau membuatku ingin teriak, kau ada 'tuk membakar semangatku.”

Radio, kau ada 'tuk membakar semangatku!

Selamat ulang tahun, Radio Republik Indonesia, selamat Hari Radio Nasional, “Sekali di Udara, Tetap di Udara.” (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 10 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 10 September 2014 (Susah Move On)

Kang Maman Susah Move On

“Saat merasakan kehilangan, kita akan tahu pentingnya arti seseorang,” kata Katy Perry dalam Thinking Of You. Dalam hal seperti ini, kata Jason Mraz dalam I Won't Give Up, “Cara terbaik untuk move on adalah balikan.” Jadi, muter balik pun adalah bagian dari move on. Dan, tidak perlu malu karena alasannya cuma satu, seperti kata Hoobastank, “And the reason is you.”

Justru sebaliknya, kata Cici Panda, “Jangan terlalu mudah move on, juga jangan asal move on kalau sebenarnya kamu masih cinta,” karena yang kamu lihat dari jauh belum tentu lebih baik dari yang ada di sisimu saat ini.

Jadi, jika hati masih bisa bertaut satu, setia itu indah, membagi cinta itu hanya bikin resah. Dan bila sudah telanjur “keluar rumah” ke hati yang lain tapi pintu maaf masih terbuka lebar, move on-lah, kembali masuk ke dalamnya, kecuali kalau kamu memang sudah bukan segala baginya, maka, “Hapuslah jejaknya,” kata Ariel ‘Noah’. Dan setelah itu, “Tetap buka hatimu untuk cinta,” kata Jarwo Kwat, rangkullah bila cinta kembali menjemputmu.

Dan untuk kamu. Ya, kamu, yang di depan TV:
Di ruang rindu kita bertemu. (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 09 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 9 September 2014 (Hari Olahraga Nasional)

Kang Maman – Hari Olahraga Nasional

Olahraga mengajarkan kita hal-hal baik: Fair play, kejujuran, sportivitas, siap menang, dan siap kalah secara terhormat.

Berkaitan dengan olahraga prestasi, kita punya sejarah emas olimpiade dari bulu tangkis. Tapi yang menyedihkan, sejak orde reformasi '98, kita tidak pernah lagi menjadi juara umum Sea Games kecuali saat jadi tuan rumah. Dan tradisi emas olimpiade, berakhir di tahun 2008. Beruntung setelah 2001, Angelique Wijaya menjadi juara tenis Junior Wimbledon. Baru saja (2014) di ganda putri, Tami Grende berpasangan dengan atlet Cina, kita menjadi juara ganda putri Wimbledon Junior.

Karenanya, untuk para pengurus, ingat kata Ronal dan Taufik Hidayat, “Bicara prestasi, benahi organisasi, perbaiki nasib atlet!” Dan buat seluruh atlet Indonesia, kami bersama Anda, tetaplah menjadi garuda-garuda perkasa yang terus terbang tinggi untuk meraih prestasi tertinggi.

Kami masih ingin menangis dengan terharu dan penuh bangga, menyaksikan Merah Putih berkibar di tiang tertinggi, dan bersama-sama menyanyikan Indonesia Raya seperti ketika Alan, Susi, Ricky, Rexy, Tony Gunawan, Candra Wijaya, Hendra Setiawan, Markis Kido, dan Taufik Hidayat meraih emas olimpiade. AYO, GARUDA DI DADAKU! (Maman Suherman)
Share:

Senin, 08 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 8 September 2014 (Inspirasi di Balik Lagu)

Kang Maman Inspirasi di Balik Lagu

Untuk menyempurnakan 5 lagu tadi, mari simak 5 lagu lagi: Camelia 1 sampai Camelia 4 dari Ebiet G. Ade yang ditutup dengan lagu Untuk Sebuah Nama. Maka, kita akan dapatkan runtunan cerita seperti ini:

Di Camelia 1, Ebiet mengatakan, “Camelia selalu hadir dalam mimpiku.” Tapi di Camelia 2, Ebiet ingatkan, “Tak perlu kau berlari mengejar mimpi yang tak pasti.” Kenapa? Karena di Camelia 3 terungkap, “Camelia telah pergi.” Dan karenanya, Ebiet pun bertutur, “Kusimpan gambarmu dekat dengan tidurku dan mimpimu.” Ke mana Camelia? Ebiet menggambarkannya dengan penuh kesedihan, “Batu hitam di atas tanah merah, di sini akan kutumpahkan rindu, kugenggam lalu kutaburkan kembang, berlutut dan berdoa, syurgalah di tanganmu, Tuhanlah di sisimu, kematian hanyalah tidur panjang, maka mimpi indahlah engkau, Camelia.” Dan lagu Untuk Sebuah Nama menguncinya, “Kata orang cinta memang mesti berkorban, sebab cinta bukan mesti bersatu, jadi biar kucumbui bayanganmu dan kusandarkan harapanku.”

Lagu ini Ebiet banget dan hanya Ebiet yang tahu Camelia itu khayalan atau nyata. Tapi bagi orang yang mendengarnya dengan penuh dan pernah merasakan lara ditinggal cinta, pasti akan merasa terwakili dan bilang, “Gue banget. Sakitnya itu di sini, di dada.”

Nama, fakta, atau fiksi adalah perjalanan hidup dan lagu. Dan lagu, adalah sebuah catatan sejarah yang bernada, berirama, berjiwa, yang tertuang dari jiwa, dan tertanam dalam jiwa.

Jadi, lagu adalah prasasti tentang cinta dan kehidupan. (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 05 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 5 September 2014 (Tulus atau Modus)

Kang Maman Tulus atau Modus

Mari sama-sama kita ingat ini satu menit saja ....

Sosok yang tahu 85% persalinan akan alami robekan jalan lahir, pendarahan. 228 ibu meninggal setiap 100.000 persalinan. Tapi, dia tetap berjuang melahirkanmu tanpa pernah meminta kepadamu untuk mengembalikan tubuhnya seperti semula; tak pernah menuntut setetes darah pun yang tumpah saat melahirkanmu untuk diganti olehmu. Juga, sosok lelaki bernama ayah, yang sampai terbungkuk menanggung beban di pundaknya untuk menghidupimu, tapi tak pernah meminta tulangnya diluruskan kembali.

Mungkin sosok-sosok itu masih ada dan terpisah dari rumah, atau mungkin dia sudah berpulang, tapi tak pernah pergi dari hati.

Juga, pernah nggak mengingat teman seperjalanan dalam hidup; teman sekerja yang tidak pernah membiarkanmu sulit sendiri; rela membantumu [dan] berada di sisimu di saat yang baik, juga di saat yang buruk; orang yang bersikap for good times and bad times, i’ll be on your side forever more?

Mengapa kita tak bisa melupakan mereka itu? Karena mereka tulus. Tulus adalah bahasa hati yang selalu membekas di hati.

Dari pembicaraan kita bisa dapatkan:

Modus itu bahasa lidah; mudah dilepeh. Tulus itu bahasa kalbu; selalu dirindu. Modus itu menengadahkan tangan, tetapi tulus itu mengulurkan tangan. (Maman Suherman)

***

“Dalam kata modus itu tidak ada yang namanya rasa tulus. Dalam kata modus hanya ada rasa rakus. Segala sesuatu yang dilakukan dengan tulus akan membuat jiwa kita semakin halus, dan membuat hidup kita berjalan dengan mulus.” Kang Denny (Denny Chandra)
Share:

Kamis, 04 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 4 September 2014 (Hari Pelanggan Nasional)

Kang Maman Hari Pelanggan Nasional

Suatu waktu, datang pengemis ke satu toko di Jepang, masuk ke toko mewah itu untuk membeli manju (itu kue kacang hijau dan berisi selai). Pelayan terkejut dan berusaha untuk segera membungkus pesanan supaya orang-orang kaya yang beli di situ tidak malu untuk untuk membeli di tempat itu dan tidak takut gengsi. Dia takut tokonya jatuh gengsi karena yang membeli pengemis. Tiba-tiba pemilik toko itu datang dan langsung mengatakan, ”Biar saya yang menyerahkan.” Ketika diserahkan, dengan sangat hormat dan dibayar, sang pemilik toko malah memberikan kehormatan yang sangat tinggi dengan membungkuk sedalam-dalamnya—khas orang Jepang.

Ketika pengemis itu pergi, pelayan bertanya, “Kok, Tuan menyerahkan sendiri, padahal tidak pernah terjadi?” Sang pemilik mengatakan, “Kita mesti bergembira dan bersyukur atas kedatangan pelanggan yang istimewa.” “Kok istimewa?” “Ya, karena hampir semua yang datang ke sini orang kaya, yang sudah biasa membeli kue dan tidak perlu mengeluarkan usaha untuk mendapatkannya. Sementara orang tadi, pasti sangat suka dengan kue kita dan berjuang untuk mendapatkannya dengan cara menabung. Dia adalah pembeli istimewa, dan dia telah menjadikan toko kita istimewa.”

Konosuke Matsushita, pemilik Matsushita Electric yang terkemuka itu menutup cerita tadi dengan satu renungan:

“Setiap pelanggan berhak mendapatkan penghargaan yang sama. Nilai seorang pelanggan bukan ditentukan oleh prestise pribadinya, atau besarnya pesanan yang dilakukan.”

Jadi, pesan moral yang kita titipkan di Harpelnas [Hari Pelanggan Nasional] ini:

“Seorang usahawan sejati harus jujur, dan dengan suka cita melayani dengan hati.” (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter