Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Jumat, 31 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 31 Oktober 2014 (Nama-Nama Unik)

Kang Maman Nama-Nama Unik

Orang-orang kerap mengutip kalimat Shakespeare, “Apalah arti sebuah nama?” Sayangnya, orang tidak menuntaskan kalimat selanjutnya. Karena utuhnya adalah, “Apalah arti sebuah nama andai kata kamu memberikan nama lain untuk mawar, ia tetap akan memberi semerbak wangi?”

Jadi sebenarnya, Shakespeare pun tidak pernah merendahkan arti sebuah nama, justru mengajak kita untuk merenungkan esensi atau hakikat dari sebuah materi. Dan, teman-teman di sini pun meyakinitadi juga dikatakan oleh Mas Jarwo, “Nama tak sekadar identitas, tapi sekaligus doa dan pengharapan.”

Karenanya, Nabi menganjurkan dan memerintahkan umatnya supaya memberikan nama anaknya dengan nama-nama yang baik dan mulia. “Sesungguhnya,” sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian, dan nama bapak-bapak kalian. Maka, baguskanlah nama-nama kalian.”

Jadi ketika nama adalah doa, berikanlah nama kepada anak keturunan kita dengan nama-nama yang indah, juga panggillah saudara-saudara kita dengan nama terbaiknya, bukan sebaliknya: dengan panggilan yang menghina, atau mengejek kekurangan fisik, misalnya.

Dan, jangan pupuskan harapan atau doa atas penghargaan yang tersirat di balik nama. Karena di dalam namamu, ada orang tuamu, ada doanya. Dan di dalam nama temanmu, ada doa dan pengharapan orang tuanya.

Jadi, saling memanggillah dengan nama yang terbaik, dan saling memanggillah dalam kebaikan! (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 30 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 30 Oktober 2014 (Jangan Adili Buku Hanya dari Halaman Satu)

Kang Maman Jangan Adili Buku Hanya dari Halaman Satu

(Kang Maman:) “Saya mau minta bantuan semua panelis untuk menjawab pertanyaan ini:

Jika ada 3 calon untuk menjadi pemimpin kita, siapa yang akan kalian pilih?

Calon A: dihubung-hubungkan dengan politisi jahat, sering berkonsultasi dengan astrologi, punya 2 istri muda, dia juga seorang perokok berat dan minum 810 botol minuman keras setiap hari.
Calon B: dipecat 2 kali dari kantor, selalu bangun sore, pernah menggunakan narkoba waktu kuliah, dan minum wiski setiap sore. Dan,
Calon C: dianggap pahlawan perang, vegetarian, tidak merokok, hanya sesekali minum, tidak pernah berselingkuh di luar perkawinannya.

Siapa yang akan kaliah pilih, A, B, atau C?”

(Para panelis menjawab:) “C.”

(Kang Maman:) “Oke, calon A tadi adalah Franklin Delano Roosevelt; calon B: Winston Churchill; dan calon C yang Anda pilih: Adolf Hitler.”

(Kang Maman:) “Baik, sekarang pertanyaan terakhir. Ini untuk perempuan, untuk Bianca dan Karput [Kartika Putri]:

Jika ada seorang wanita hamil sudah punya 8 anak; 3 di antaranya tuli, 2 buta, 1 mengalami gangguan mental, dan perempuan itu sendiri mengidap penyakit kelamin, apakah Anda akan menyarankan dia untuk menggugurkan kandungannya saat dia hamil lagi?”

(Bianca Liza menjawab:) “Ya, digugurkan.”

(Kang Maman:) “Jika jawabannya iya, maka Anda baru saja membunuh satu komponis masyhur dunia. Karena anak yang dikandung oleh sang ibu tersebut adalah Ludwig Van Beethoven.

Sekali lagi, apa artinya kita menilai orang ketika orang itu sendiri sudah mengatakan, “Tuhan belum selesai dengan saya; saya pun belum melangkah. Sungguh, alangkah tidak eloknya kalian sudah menilai apalagi menghina berlebihantermasuk memuji berlebihan.”

Jadi, biarkan semuanya menulis dan tertulis terlebih dahulu. Mana bisa guru tahu berapa kita salah, berapa kita benar kalau kita sendiri belum menuliskan jawaban di atas pertanyaan selembar kertas putih itu?

Jadi, betul: “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” Tetapi sekali lagi, sejarah mengajarkan: “Tidak boleh mudah untuk menilai orang dari penampilannya.” (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 29 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 29 Oktober 2014 (Listrik oh Listrik)

Kang Maman Listrik oh Listrik

Karena rindu dengan terang yang abadi, teman-teman di sini merayakan Hari Listrik Nasional, yang jatuh 27 Oktober, dan menyampaikan harapannya pada pemangku tugas penyedia jasa layanan listrik: PLN.

Semua juga tahu, PLN itu bukan ‘Perusahaan Lilin Negara’, juga bukan ‘Perusahaan Listrik Nyusahin’, tapi ‘Perusahaan Listrik Negara’.

Jadi, dengan segala jasa dan pelayanan yang sudah diberikannya, dengan karyawannya yang kami percaya punya loyalitas tanpa batas, masih juga banyak keluhan.

Listrik, disentuh menyengat. Telat bayar, menyengat. Biarpet keseringan, juga menyengat. Lalu kapan engkau menyentuh dan menyengat hati kami dengan pelayanan yang makin meningkat? Tanpa biarpet dan tegangan naik mendadak yang merusak peralatan elektronik rakyat?

Karenanya, untuk PLN, seperti kata Fitri Tropica, “ABG aja kalau cinta berani terus terang.” Nah, PLN, kalau cinta rakyat dan ingin dicintai, juga harus berani terus-terang.

Dan, untuk warga masyarakat konsumen listrik, nyalakan yang penting, matikan yang nggak penting; nyalakan secukupnya, matikan selebihnya.

Dan meski terang dibutuhkan, jangan cari terang dengan “mengajak perang”, alias mencuri terang. Jadilah pelanggan, jangan disuruh bayar enggan! (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 28 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 28 Oktober 2014 (Narasi Sumpah Pemuda)

Kang Maman Narasi Sumpah Pemuda

“Tuhan menciptakan pelangi 'tuk mewarnai angkasa, dan menciptakan pemuda 'tuk mewarnai dunia,” kata Jarwo Kwat. Karenanya, persis seperti kata Omesh dan Fitri Tropica tadi, “Jadilah pemuda yang mencintai dan bersumpah setia untuk negeri tercinta ini: Indonesia, sepenggal surga yang dijatuhkan Tuhan ke muka bumi.” Wajib rela, bukan sekadar sukarela untuk negara.

Pemuda Indonesia, jangan mau tergerus arus, jadilah arus! Dan sebagai pemuda, jadilah tulang punggung bangsa, bukan memunggungi dan membebani bangsa. Caranya? Sederhana, seperti tersirat dalam pernyataan teman-teman tadi:

Daripada jadi tukang bully, lebih baik jadi pemuda-pemudi yang berbudi.
Daripada tebar tawuran, jauh lebih mulia taburkan persaudaraan dan cinta kepada sesama insan.
Daripada disumpahin rakyat, lebih baik bersumpah setia untuk terus mengawal keberagaman di negeri ini.

Keberagaman itu indah, bukan untuk diseragamkan. Karena, ingat: Dalam Sumpah Pemuda, mengaku bertumpah darah yang satu; berbangsa yang satu; dan menjunjung bahasa persatuan: Indonesia, adalah komitmen untuk memegang erat nilai-nilai BHINNEKA TUNGGAL IKA. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 27 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 27 Oktober 2014 (Bintangku-Bintangmu)

Kang Maman Bintangku-Bintangmu

Semua orang ingin masa depannya baik. Karenanya, banyak cara dipakai untuk meneropongnya. Sejak abad ke-16, orang sudah mengenal ramalan kartu tarot. Lalu, ada yang meneropong berdasarkan bulan kelahiran yang disebut horoskop, ramalan yang menggunakan zodiak atau rasi bintang; di mana para astrolog temukan 12 rasi yang dalam bahasa Yunani disebut zodiacos cyclos atau lingkaran hewan. 

Tapi, Mbak Mike sendiri mengakui, “Hati dan cinta tak bisa dibatasi oleh zodiak; tak bisa dikurung oleh lingkaran hewan.”

Dan yang pasti, apa pun bintangmu: Jika kamu tidak belajar mencintai diri sendiri penuh dan tulus, kamu pun tidak akan dicintai.

Cinta adalah alasan. Cinta adalah tujuan tak berlabel, dan tak berdefinisi. Cinta adalah cinta, apa adanya, murni, dan sederhana. Tetapi meski sederhana, harus diingat: Agar sutra bisa terjalin, ulat sutra harus mati. Pepatah lama pun abadi: “Di mana ada cinta, pasti akan ada sakit hati,” apa pun bintangmu, apa pun bintang pasanganmu.

Seorang bidan paham betul: Ketika tiada rasa sakit, jalan bagi sang bayi tak dapat terbuka, dan sang ibu tak dapat melahirkan. Demikian juga agar diri baru dapat lahir, rintangan itu perlu—apa pun bintangmu. Sama halnya seperti tanah liat, harus melalui panas hebat untuk menjadi kuat.

Cinta hanya dapat disempurnakan melalui rasa sakit—apa pun bintangmu.

Tetapi ingat: Sebelum sampai ke sana, sebelum tiba di penyatuan hati dan jiwa, tanamkan di kuping dan hatimu apa yang diucapkan Fitrop [Fitri Tropica]:

“Apa pun bintangmu, perjalanan cinta harus sampai pada satu tantangan. Perjalanan cinta harus ditanyakan kepada diri sendiri dan pasangan: halalkan, atau tinggalkan?” (Maman Suherman) 

***

Selamat ulang tahun untuk ILK (Indonesia Lawak Klub) yang ke-1 ...
Semoga panjang umur, dan tetaplah menjadi acara yang menghibur sekaligus memberikan manfaat bagi seluruh rakyat INDONESIA, dari Sabang sampai Merauke..!! :)
Share:

Sabtu, 25 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) Weekend 25 Oktober 2014 (Ilfeel bikin Cinta Jadi Secuil)

Kang Maman Ilfeel bikin Cinta Jadi Secuil

Perasaan muak atau kerap disebut ‘ilfeel’, bisa saja muncul dan terjadi, serta dialami oleh siapa pun. Karena, betul kata kunci dari Cak Lontong, “Tidak ada manusia yang sempurna, baik yang ilfeel, maupun yang di-ilfeeli.” Dan biasanya, ketidaksempurnaan itu semakin jelas terlihat jika hubungan semakin dekat. 

Ilang feeling, bisa karena hal-hal sederhana. Dan justru, yang paling nikmat di dunia, seperti: Ngupil sambil merem melek, ngupil sembarangansampe ketombean, bau badan, mulut bau kaki, hingga “benturan kebudayaan atau kebiasaan,” kata Cak Lontong, juga perilaku jayus, hanya peduli diri sendiri, hingga kebiasaan buruk: suka berbohong tiada henti.

Karena itu, ajakan yang tersirat dari teman-teman panelis di sini adalah:

“Berhentilah untuk sedikit-sedikit ilang rasa pada orang lain, dan berupayalah untuk menghilangkan sisi jorok dan buruk yang membuat orang ilang rasa kepada kita.”

Orang yang terlalu sering ilfeel atau sering di-ilfeeli, seperti kata Fitrop [Fitri Tropica], “Ibarat salah masukin kode; tiga kali saja, maka kartu langsung ter-block. Yang bisa berakibat kita menderita penyakit ‘sendi akut’, alias ‘sendirian dan berstatus waiting list berkepanjangan’.”

Jadi, mari menjadi manusia yang tidak sedikit-sedikit ilang rasa, cobalah berempati pada titik tertentu, berani untuk terus terang, saling mengingatkan mengenai sebab-musabab hilangnya rasa kepada pasangan.

Jika cinta; jika sayang, berterus teranglah agar hilang rasa tak berubah menjadi hilang harga diri! (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 24 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 24 Oktober 2014 (Sadar Umur)

Kang Maman Sadar Umur

Kalau kita menyimak pernyataan Cak Lontong dan Fitrop [Fitri Tropica], kita akan dapatkan poin ini:

“Umur bukan semata persoalan angka, juga bukan nomor urut antrean; di mana yang lebih duluan hadir ke muka bumi akan lebih duluan juga dipanggil, dan masuk ke dalam bumi untuk selamanya. Karena: yang berusia muda karena takdirnya bisa saja dipanggil lebih dahulu dari yang sudah renta sekalipun.”

Demikian pula dalam penampilan dan kelakuan. Yang tua bisa tak sadar usia dan selalu ingin kelihatan muda, dan yang muda sebaliknya, justru ingin secepatnya kelihatan dewasa.

“Tua muda,” kata Cak Lontong, “adalah semata ukuran umur. Dewasalah yang menjadi ukuran cara berpikir.”

Jadi, esensi sadar umur sebenarnya adalah menyadari mengenai apa yang sudah diperbuat sepanjang hidupnya, untuk bekal kehidupan di kemudian hari.

Ini persis seperti bunyi hadis yang diriwayatkan oleh At-Tarmidzi:

“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabb-nya sehingga ditanya tentang 5 hal: Tentang umurnya dalam hal apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam hal apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia peroleh, dan ke mana [hartanya tersebut] kemudian ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari ilmu yang ia ketahui.”

Jadi, kesimpulannya: Sadar usia adalah sadar untuk mengisinya sebaik mungkin sebelum kelak tak lagi sadar dan tutup usia untuk selama-lamanya. Ingat kata Fitrop, “Sebaiknya, semakin kita dewasa, berubahlah dari playboy (banyak main) menjadi prayboy (banyak berdoa dan banyak amin). (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 23 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 23 Oktober 2014 (Momongan oh Momongan)

Kang Maman Momongan, oh Momongan

Demi mendapatkan momongan, ibu rela bertaruh nyawa. Ibu bagai akar pepohonan; memberi dalam hening, rela terpijak dan terbenam agar pepohonan hidup subur.

Ketika daun makin subur, bunga kian mekar, dan buah kian ranum, akar hanya tersenyum mengendap—dalam senyap.

“Anak baik yang dijadikan tamu istimewa oleh orang tuanya,” kata Pak Jarwo. “Momongan yang tak cuma dibesarkan dengan omongan,” kata Cici Panda, yang terlahir dalam keridaan dan di jalan yang di ridai-Nya, insya Allah tahu berbalas budi karena sadar: Tanpa akar, pohon akan kering dan meranggas.

Teringat kisah Robby, anak usia 11 tahun, yang didaftar ibunya untuk ikut les piano di Iowa. Ketika ditanya mengapa mau kursus, jawabannya sederhana, “Karena ibu selalu ingin mendengarku bermain piano.”

Semula tak terlihat bakat yang hebat dari Robby, dan selama latihan ia cuma biasa-biasa saja. Yang diingat oleh guru hanya ketika anak itu diantar dan pulang, selalu dari jauh ibunya melambaikan tangan, memberikan senyum manisnya.

Dan pada satu saat, Robby tak muncul-muncul lagi, dan gurunya bukannya sedih tapi senang karena tahu Robby tidak terlalu mampu bermain musik. Tetapi ketika hari-H pertunjukan, Robby tiba-tiba muncul dan memaksa untuk bermain. Tak ingin menyakiti hati Robby, sang guru membolehkannya tampil terakhir agar sang guru bisa mengoreksi kesalahannya. Apa yang terjadi?

Robby sangat lincah dan mampu memainkan jemarinya di atas tuts piano, memainkan Mozart’s Concerto #21 dalam C Mayor yang sangat menakjubkan! Sang guru langsung memeluk dengan air mata bangga. “Bagaimana kamu bisa bermain sehebat itu?”

Melalui pengeras suara, Robby berujar, “Ibu masih ingat kan, saya pernah bilang ibu saya sakit? Sebenarnya dia kanker, dan meninggal pagi tadi. Dan sebenarnya, ibu saya selalu mengatakan ingin mendengar saya bermain piano, padahal ibu saya tuli sejak lahir. Jadi hari ini, saya bermain piano, dan inilah hari pertama saya percaya ibu saya mendengar saya bermain piano dari surga di atas sana.”

***

Cinta ibu yang diridai-Nya akan berbalas cinta momongan. Cinta suci di dalam jalan suci akan berbalas dan akan terbalas dengan cinta yang suci.

Untuk Jupe [Julia Perez] dan perempuan-perempuan lain:

“Tak mesti menjadi ibu biologis, tetapi tetap bisa menjadi ibu mulia dengan menjadi ibu yang sosiologis. Hanya orang kuat yang diberi cobaan Yang Maha Kuasa.”

Dan untuk kita semua, sudahkah kita menyenandungkan doa dan “lagu cinta” di telinga ibu kita tercinta, malam ini? (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 22 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 22 Oktober 2014 (Jualan Privasi, Siapa Mau Beli?)

Kang Maman Jualan Privasi, Siapa Mau Beli?

Pernikahan itu diumumkan untuk menghindari fitnah,” kata Ust. Wijayanto. Dan, pernikahan itu pada intinya, penyatuan dua hati dalam sebuah sumpah suci yang menggetarkkan arasy Allah. Dan itu berbeda dibanding ruang pamer, atau tempat pameran.

Dan, jangan jadikan ruang suci itu hanya untuk tempat makan orang-orang kenyang.

Adalah hak setiap orang untuk menutup rapat-rapat rumahnya, atau memilih membuka lebar-lebar pintu rumahnya, dengan catatan: harus siap menerima risiko atas putusannya itu.

Berkaitan dengan selebriti, sering ada dalil yang rada-rada aneh bahwa, “Selebriti adalah dunia tanpa privasi.” Mereka berdalih, selebriti itu ibarat buku terbuka; semua orang berhak tahu dan bebas membukanya selembar demi selembar. Dan tidak jarang, ada seleb yang ikut menikmatinya, apalagi kalau lembar demi lembar halaman itu ada advertensi atau iklannya—yang tadi disindir Pak Jarwo sebagai ‘simbiosis mutualistis’.

Kalau percaya dengan dalil itu silakan saja, tapi percayalah, pada hakikatnya ruang privasi dan ruang publik adalah dua dunia yang terpisah. Dan bagi banyak orang, bagi banyak institusi, wajib dipisahkan meski saling memengaruhi satu sama lain.

Dalam agama Islam, misalnya, seperti disebutkan oleh Ust. Wijayanto:

Dari Asma' binti Yazid dikatakan, dalam satu majelis Rasulullah [shallallahu alaihi wa sallam] sementara kaum laki-laki dan wanita duduk di situ. Rasulullah berkata, Barangkali seorang laki-laki menceritakan hubungan intim yang dilakukannya bersama istrinya? Atau sebaliknya, wanita menceritakan hubungan intim yang dilakukan bersama suaminya?

Orang-orang diam saja. Kemudian berkata, Demi Allah, benar wahai Rasulullah. Sesungguhnya kaum wanita melakukan hal itu, demikian juga kaum pria.

Rasulullah pun bersabda, Jangan lakukan! Sesungguhnya hal itu seperti setan laki-laki yang bertemu dengan setan perempuan di jalan, lalu keduanya bersetubuh sementara orang-orang melihatnya.

Terakhir, kalau kita ingat segmen pertama tadi, ada teriakan Pak Komeng, “Remote, remote, remote.” Itu mengingatkan kita kepada para pemirsa yang matang dan tidak lagi berlaku pepatah, “Elu jual, gua beli,” tapi yang ada: “Elu jual, gua pilah, di tangan gue ada remote.” (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 21 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 21 Oktober 2014 (Pemerintahan Baru, Harapan Baru)

Kang Maman Pemerintahan Baru, Harapan Baru

Tokoh bangsa kita, Kasman Singodimedjo, pernah berujar kepada Haji Agus Salim, “Jalan pemimpin bukan jalan yang mudah. Memimpin adalah menderita.” Itu harus disadari betul oleh Pak Joko Widodo dan Pak Jusuf Kalla dan jajarannya.

Bayangkan saja, belum apa-apa, belum bekerja, menurut media, pemerintah sudah harus mewariskan utang Rp108 triliun yang jatuh tempo dan harus dibayar tahun depan.

Jadi, wujudkan kata ‘BEKERJA’, ‘AYO BEKERJA’, seperti yang sering Bapak dengungkan selama ini, dan diucapkan oleh teman-teman malam ini.

Kami juga berharap, Bapak mendengar kata Fitrop [Fitri Tropica] tadi, “Rumah adalah tempat di mana hati berada.” Jadi, selalulah berumah di hati rakyat, berpihak pada rakyat, demi dan untuk rakyat, dan mau bekerja keras mewujudkan harapan rakyat. “Karena pemimpin”, kata Pak Hamdi Muluk, “bukan hanya banyak bicara atau sekadar pencitraan.” Agar kelak di akhir masa jabatanmu, kami melepaskan kamu dengan penuh penghormatan. Dan, supaya kita tidak menjadi apa yang dikatakan Kahlil Gibran:

“...
Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya
dengan trompet kehormatan
namun melepasnya dengan cacian
hanya untuk menyambut penguasa baru lain
dengan trompet lagi
...”

Selamat bekerja dan bekerja keras, dan ingat kata Cak Lontong, “Presiden yang baik itu yang menjalankan amanah dengan pas, jangan pas-pasan.” Kalau kerjanya cuma pas-pasan, kata Fitrop, “Anda akan bikin rakyat gondok.” Juga ingat lirik Bimbo, “Pemimpin yang layak diberi selamat itu adalah pemimpin yang rakyatnya makmur terjamin, bukan pemimpin yang memperkaya diri sendiri, keluarga, atau kelompoknya semata.”

Jadi, bekerja dan bersihlah! (Maman Suherman)
Share:

Senin, 20 Oktober 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 20 Oktober 2014 (Hansip, ke Mana Dikau?)

Kang Maman Hansip, ke Mana Dikau?

Hansip sudah ada sejak Hindia Belanda. Membantu tugas pertahanan sipil, yang terkait pengamanan negara untuk pertahanan. Misalnya, untuk mobilisasi rakyat untuk kegiatan pertahanan negara. Dan, pembinaannya tahun '72 sudah dialihkan dari ABRI ke Mendagri. Namun dalam perkembangannya, malah berfungsi membantu masyarakat dalam kegiatan sosial seperti saat kematian, hajatan, dapur umum, dan lain-lain.

Karenanya, sejak tahun 2002, sebenarnya tidak ada lagi Hansip, tapi Linmas. Coba lihat di dada Pak Hasan, yang ada tulisan ‘LINMAS’. Tapi tetap saja terjadi ketidaksesuaian karena aturannya masih memakai Keppres Hansip. Karena itu, dilakukanlah pencabutan Keppres Nomor 55 [Tahun 19]72, yang menurut Dirjen Pemerintahan Umum Kemendagri, Pak Agus Mulyana, “Hansip bukan dibubarkan, tapi landasan hukumnya yang diubah dan diperbaiki.” Jadi, aturannya akan lebih jelas.

Jadi, personil Hansip yang jumlahnya 1,2 juta, atau 10 orang setiap satu desa, akan tetap bertugas dengan aturan yang baru. Dan seperti ditekankan oleh Pak Ronal tadi, “Dengan aturan yang baru, kelembagaannya akan ditata, SDM-nya akan diatur. Masa hansip saat ini, umur 70 tahun pun masih bertugas, bukannya beristirahat?” Juga akan ada pola rekrutmen, tupoksi [tugas, pokok dan fungsi] jelas, ada pendidikan dan pelatihan, aturan mutasi, reward dan punishment, serta anggarannya menjadi jelas. Sehingga, Hansip tidak lagi cuma bernasib tidak sip, justru diharapkan makin profesional dan makin sip.

Dan, semoga seperti kata Cak Lontong tadi, “Sebenarnya, bukan Hansip kok yang harus dihapus. Justru yang harus ditiadakan itu koruptor.” Karena, meski Hansip itu cuma bersenjata pentungan dan kentongan, ia jauh lebih mulia daripada koruptor perampok uang rakyat! (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter