Kang Maman – Kuliner
Ke mana pun kaki melangkah, ke sudut dunia mana pun kita terbang dan berlayar, bisa dipastikan—seperti kata Pak Jarwo Kwat—kita akan selalu rindu dan berharap
segera kembali ke negeri tempat lahir beta, tempat dibuai dibesarkan bunda,
tempat di mana nyiur di pantai seperti tak henti melambai memanggil kita
kembali ke negeri yang elok: Indonesia.
Mengapa? Karena Indonesia adalah sepotong surga yang “dijatuhkan” Tuhan ke bumi. Negeri yang bukti kebinekaannya
tidak cuma suku dan bahasanya, tapi juga masakan daerah-daerahnya. Dunia
mengakui, tidak ada negara yang memiliki ragam kuliner sekaya kita. Keragaman
ini memiliki sejarah yang panjang terkait budaya, politik, agama, perdagangan,
hingga penaklukan di masa silam.
Indonesia sejak lama adalah negara
rempah. Dengan beragam bumbu dan rempah yang melimpah-ruah, kita selalu
didatangi oleh bangsa-bangsa asing sejak abad ke-14 untuk dibeli
rempah-rempahnya. Coba sedikit bertanya ke dalam hati: Cita rasa apa yang
tidak ada di bumi Indonesia?
Makanan di Jawa, tercirikan rasa manis. Di Solo, kuat pengaruh Belanda.
Sementara kuliner di Kalimantan, justru tak terpengaruh budaya luar sama sekali.
Minahasa, kuat dengan pedasnya. Dan di Indonesia
bagian timur, orang memakai bumbu tak terlalu banyak; padahal sejak dulu,
Maluku dikenal teramat kaya rempah. Negeri yang kata Dinasti Ming, Cina, adalah
negeri di mana ada gunung dupa, tetapi dirahasiakan untuk dibeli selalu oleh
masyarakat Cina.
Sementara di
Sumatra, rempahnya sedikit; di Aceh, orang hanya menanam satu saja: lada,
tetapi seperti kata Bianca tadi, “Ada satu masakan, isinya 27 jenis rempah yang
disatukan ke dalam kuali.”
Kita
sekarang di atas lautan. Kuliner berbahan ikan jangan ditanya kayanya. Negeri
kita teramat empuk pencurian ikan. Menurut FAO [Food and Agriculture
Organization], setiap tahun, 50 triliun kekayaan laut kita dicuri. Menurut Menteri
Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, bahkan lebih dari itu: 3.000 triliun per tahun
dicuri—lebih dari APBN 2015 yang “hanya” Rp2.039 triliun.
Jadi, mari mensyukuri dan menikmati keberagaman negeri ini, pelangi
indah karena berwarna-warni.
Terakhir: Jika ada hal yang tak ingin dilihat, tinggal menutup kedua mata. Jika ada hal
yang tak ingin didengar, cukup menutup kedua telinga. Tetapi jika sudah
menyangkut rasa dan urusan lapar, perut dan lidah tak kuasa menutup diri,
berbohong, atau berbantah. Aroma rempah yang melimpah dari beragam kuliner nusantara, akan selalu memanggilmu untuk kembali ke tanah tumpah darah
tercinta, ibu pertiwi, yang cuma menyediakan dua jenis masakan: ‘LEZAT dan LEZAT SEKALI’ atau ‘ENAK dan ENAK SEKALI’.
Itulah seni kuliner Indonesia! (Maman Suherman)
Itulah seni kuliner Indonesia! (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar