Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Minggu, 31 Juli 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 31 Juli 2016 (Kejar Pokemon, Kau Kutangkap)

Kang Maman Kejar Pokemon, Kau Kutangkap

Yang sangat berhati-hati bertanya, “Apa hukum Pokémon GO?”

Seorang teman menjawab, “Sebagaimana catur dan permainan lainnya; selama ia menjadikan lalai pada kewajiban dan menimbulkan mafsadat (kerusakan atau kerugian—seperti yang dicontohkan Mas Jarwo), haram hukumnya.”

Dan sebelumnya, mari kita tepuk tangan sekeras-kerasnya untuk semua komedian kita hari ini. Betapa tidak, tersurat dan tersirat, meski seperti bercanda, teman-teman memahami betul apa yang sudah terjadi saat ini. Ia memperlihatkan bahwa Pokémon GO seperti yang sudah pernah diramal oleh futuris ternama puluhan tahun yang lalu, Alvin Toffler, bahwa kelak (dan terwujud saat ini), kita akan menjadi “masyarakat yang hilang”. Teknologi mengambil peranan lebih besar dibanding keberadaan manusia. Manusia menjadi budak teknologi itu sendiri.

Masyarakat cyber adalah “masyarakat yang hilang”. Ditandai dengan ruang-ruang publik yang telah dialihkan fungsinya. Tempat bermain anak-anak telah digantikan Computer Station, adalah salah satu wujudnya. Media komunikasi tidak lagi tatap muka tapi dengan peralatan canggih, memungkinkan orang tidak lagi harus hadir pada saat itu juga. Termasuk bertemu sosok-sosok pengguncang timeline tanpa harus tanpa tatap muka, tanpa perlu verifikasi, tanpa pernah tahu ia manusia nyata, anonim, atau monster.

Pertanyaannya, akankah kita dan kemanusiaan terlindas? Jawabannya: Ya, jika smartphone semakin pintar, tetapi sebaliknya, manusia semakin bodoh dan mudah ditaklukkan.

Jika kita merasa punya jutaan teman karena punya banyak followers di medsos, merasa hebat kalau dapat like dan love, tetapi ternyata kita tetap kesepian karena tidak satu pun yang benar-benar kita kenal, tidak satu pun lawan bicara kita yang kita tatap matanya dan dia tatap mata kita.

Dan di “masyarakat yang hilang”, menunduk bukan lagi ilmu padi, tapi karena dijajah teknologi. Dan secara sadar, kita memilih mengejar monster yang entah di mana, dan meninggalkan orang-orang tercinta yang ada di rumah sendiri.

Teman-teman tadi mengingatkan, jika kita dijajah oleh dunia digital—di mana kita berbicara tidak lagi pakai mulut tetapi pakai tangan, dan mengobrol dengan membaca bukan lagi tatap muka—maka cepat atau lambat, kita juga akan kehilangan hati; tak lagi mengejar monster tetapi menjadi monster itu sendiri.

Percayalah, satu sahabat nyata yang bisa memberimu cinta sejati yang nyata, lebih baik dari sejuta followers yang memberi like tapi maya dan tidak nyata.

Dan ada satu titipan dari Cherly di awal dan Pak Komeng di akhir untuk yang jomblo:

Pokemon: pokoknya move on.
Jual HP-mu, beli cincin, lamar kekasihmu.

Cinta itu nyata
Kalau kamu biarkan, dia akan go selamanya
Dan kamu akan terus mengejar monster yang entah berada di mana. (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 30 Juli 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 30 Juli 2016 (Asing Cinta Indonesia)

Kang MamanAsing Cinta Indonesia

Indonesia adalah keping-keping al-jannah, suargaloka, alam bahagia yang sengaja diturunkan Ilahi ke muka bumi. Tak aneh bila berbagai insan dari serangkaian sudut-sudut bumi lainnya, berlomba-lomba datang ke sini dan menyatakan kecintaannya; Senk Lotta, Sahil, Tyson Lynch, mengakuinya.

Untaian zamrud khatulistiwa ini, menurut kajian citra satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, pada tahun 2002 saja, jumlah pulaunya mencapai 18.306 buah. Jika setiap pulaunya kita kunjungi tiga hari saja, butuh waktu 150 tahun untuk menjelajahinya—atau lebih dari dua kali lipat usia harapan hidup orang Indonesia. Jadi, kita saja perlu hidup dua kali untuk bisa menikmati seluruh keindahan surga yang bernama Indonesia.

Dan di atas tanah surga ini, Indonesia punya 1.342 suku bangsa. Yang diakui oleh Senk Lotta, Sahil, dan Tyson ini, tak ada keeksotisan di muka bumi yang tak dimiliki Indonesia, yang tak dimiliki tanah, air, makanan, dan juga orang-orangnya.

Karenanya, kalau saja orang asing mencintai negeri yang terbujur dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote ini, apalagi kita, yang putih tulangnya, merah darahnya, berselimutkan Sang Saka Merah Putih, dan desah napasnya menyatu dalam udara Indonesia Raya.

Sekali lagi, karenanya, rawat dan cinta terus negeri ini. Dengan mencintainya, engkau akan temui tiga butir mutiara terindah yang ikut diturunkan ke muka bumi: kebaikan, kebenaran, dan keindahan yang sejati. Dan ketiga hal itu, terangkum satu dalam keberagaman negeri ini. Cintai keberagaman negeri ini dan tegaskan: “Keberagaman bukan untuk diseragamkan.”

Jadi, mari terus ikrarkan: “Aku mencintaimu, Indonesia.” Teruslah mencintai Indonesia, dan satu: Tidak bhinneka, bukan Indonesia. (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 24 Juli 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 24 Juli 2016 (Hewanku Sayang Hewanku Malang)

Kang Maman Hewanku Sayang Hewanku Malang

Bahkan pencinta binatang pun wajib memahami animal welfare seperti diucapkan Jo dari Garda Satwa, dan five of freedom diucapkan Cak Lontong, sebagai keharusan dasar memperlakukan hewan. 

Animal welfare atau kesejahteraan hewan adalah upaya yang timbul dari kepedulian manusia untuk memberikan lingkungan yang sesuai untuk binatang agar dapat meningkatkan kualitas hidup hewan peliharaan, khususnya yang terikat dan terkurung. Bahkan untuk semua jenis binatang, termasuk yang hidup di alam liar.

Dalam animal welfare dikenal lima kebebasan yang harus dimiliki hewan peliharaan untuk dapat hidup layak dan normal. [1] Bebas dari lapar dan haus, [2] bebas dari panas dan rasa tidak nyaman secara fisik, [3] bebas dari luka penyakit dan sakit, [4] bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami yang dilakukan dengan penyediaan ruang dan kandang yang memadai dan fasilitas yang sesuai dengan perilaku alami hewan (termasuk mencarikannya pasangan), dan terakhir [5] bebas dari rasa takut dan penderitaan, termasuk stres—seperti konflik dengan spesies lain atau gangguan predator.

Betul kata Gandhi dilansir Ronal tadi, kebesaran sebuah bangsa dan moral bangsa itu bisa dilihat dari caranya memperlakukan hewan, tak cuma memperlakukan manusia. Karena tadi sudah dicontohkan oleh Tya, hewan pun tak ubahnya manusia, bahkan mungkin lebih manusiawi dari sebagian manusia itu sendiri.

Sebagai contoh tambahan, seorang prajurit marinir bernama Jon Tumilson tewas setelah menjalankan tugasnya. Saat penghormatan terakhir sedang dilakukan, anjing peliharaannya terduduk lemas berada di samping peti mati tuannya, seperti memperlihatkan dukanya yang dalam.

Dan beberapa tahun yang lalu, ketika Australia mengalami bencana kebakaran hutan yang luar biasa, terdapat pemandangan yang terekam kamera: seekor koala berjalan teramat lemas; ia ditemukan seorang anggota pemadam kebakaran yang kemudian memberikannya sebotol air minum. Tahukah apa yang dilakukan koala setelah melepas dahaganya? Ia memeluk erat pria tersebut, sebagai wujud rasa terima kasihnya dan tak hendak melepaskannya.

Meskipun binatang tidak dianugerahi kemampuan berpikir seperti manusia, tetapi kisah-kisah tadi telah membuktikan bahwa binatang juga mampu berteman baik dengan manusia.

Lebih dari itu, jika manusia merasa diri makhluk paling sempurna dan mulia, sesekali belajarlah dari hewan. Hewan saja tahu arti cinta, kesetiaan, melindungi dengan tulus, dan tahu berbalas budi. Mengapa sifat-sifat mulia ini kerap kalian lupakan sebagai manusia? Atau, kini, manusia lebih jalang dan lebih binatang dari binatang itu sendiri? (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 23 Juli 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 23 Juli 2016 (Rambutku Mahkotaku)

Kang Maman Rambutku Mahkotaku

Belajarlah dari tukang cukur. Meski diberi kebebasan memegang kepala, merawat mahkota orang lain, mereka tak pernah berniat untuk menguasai dan merebut mahkota itu. Sebaliknya, tetap berusaha semaksimal mungkin membuat orang lain makin cantik, makin ganteng, dan terpuaskan.

Dari tukang cukur kita belajar: kalau diberi amanah, tidak khianat. Dan karena bisa menjaga amanah, orang akan selalu datang dan datang lagi kepadanya untuk minta dirawat, dipotong, dirapikan, dan digayakan bentuk rambutnya.

Segaya apa pun potongan rambutmu, sebagus apa pun bentuk rambutmu, ingat satu pelajaran berharga yang sangat filosofis: Bahagia itu bukan memesona, tapi terpesona.

Terakhir, tema acara kita malam ini adalah “Rambutku Mahkotaku”. Ada pelajaran indah tentang mahkota:
“Jangan kelamaan mengenakan dan mengagung-agungkan mahkota di atas kepalamu karena bisa membuatmu tak bakal mampu dan mau lagi menunduk ke bawah; menjadi sangat angkuh karena selalu takut kalau menunduk ke bawah, mahkota akan jatuh menggelinding dan hilang.”

Jadi, lebih baik taruh mahkotamu di hatimu daripada di kepalamu. Karena bercukur itu baik, bersyukur jauh lebih baik. (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter