Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Minggu, 28 Mei 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 28 Mei 2017 (Pilih Mana?)

Kang Maman – Pilih Mana?

“Nggak punya rumah, bisa kontrak,” kata Cak Lontong. Atau tinggal sementara di “vila mertua indah”, toh halal. Apalagi, kata Mas Jarwo, “Dengan menikah, otomatis kita punya rumah tangga.” Nggak nikah, nggak punya pasangan hidup, memang sih bisa bayar dan beli teman tidur. Tetapi tetap saja yang transaksional itu tak bisa jadi teman hidup—semata teman tidur, dan yang pasti tidak halal.

Ujian sederhana orang tua kita, cinta jangan pernah membuatmu menghinakan diri. Jadi meski belum punya rumah tapi sudah siap menikah, tersirat dari simpulan Kang Denny:
Tekadkan untuk akadkan dan halalkan, atau tinggalkan dan doakan. [segmen 1]

***

Supaya Arafah tidak bingung, Cak Tato tadi menitipkan pesan yang tersirat dan tersurat:
Jangan cari yang luar biasa, nggak bakal ketemu. Tapi percayalah: pasangan yang kelak menikahimu, memang bukan makhluk yang luar biasa. Justru kamulah yang kelak yang menjadikannya luar biasa. Karena pernikahan tak menyatukan dua orang yang sempurna, tapi satu sama lain saling menerima dengan sempurna.

Dan yang terakhir:
Sungguh indah menikahi orang yang kamu cintai, tetapi lebih indah lagi mencintai orang yang kamu nikahi. [segmen 2]

***

Dalam cinta, terkadang kita menemukan orang yang salah sebelum akhirnya mendapatkan orang yang tepat. Jangan lantas memaki kesalahan, karena kerap kesalahan justru mendewasakan. Termasuk jangan memaki mantan. Justru berterima kasihlah, karena mantan adalah guru terbaik yang pernah mengajarkan kita pedihnya tersakiti.

Jadi, haruskah kita memenuhi undangan pernikahan mantan? Bedu dan Cak Lontong memberi pelajaran berharga:
Karena kita tahu tak memenuhi undangan itu bisa menyakiti pengundang, juga memutus silaturahmi, maka jika tak bisa membantu, jangan menyakiti. Hadiri saja. Saat bisa membantu tapi malah disakiti, bersabar hati, jangan balas menyakiti, yang akan mengurangi nilai kebaikan itu sendiri.

Tengoklah kerang; ia beri mutiara dan dibuat terluka, ia tak membalas, bahkan dagingnya ikut diberikannya. Itulah ikhlas, kata Selfi, melepaskan, mendoakan. [segmen 3]

***

Tentu pilihan yang terbaik adalah tidak membohongi diri sendiri. Karena kejujuran mendamaikan, kebohongan menghantui.

Orang bijak selalu mengingatkan:
Lebih baik dihempas tamparan kejujuran, daripada dielus dan dikecup kebohongan.

Stalking? Daripada mengurusi orang lain, lebih baik menggemukkan pahala diri sendiri. [segmen 4]

***

Pernyataan Mas Jarwo dan silogisme Cak Lontong sungguh sangat dalam maknanya kalau kita mau menyimaknya.

“Pilih mana?” itu pertanyaan paling mendasar kita sejak segmen pertama. Tentu saja semua bisa dengan mudah menjawab, “Pilih kebahagiaan.”

Lalu apa itu kebahagiaan? Karena episode kehidupan manusia tak selamanya membagiakan? Betul. Jadi mari ingatkan pada diri:
Kebahagiaan bukan harus memiliki kehidupan yang sempurna, melainkan mampu memaknai air mata sebagai penyiram kebun pengharapan; mampu memaknai kehilangan sebagai pengukuh kesabaran; mampu memaknai kegagalan sebagai landasan ketenangan hati; memaknai penderitaan sebagai fondasi kenikmatan; dan memaknai kesulitan sebagai pembuka jendela kecerdasan.

Dan mari yakini satu:
Dia yang di atas sana tak pernah meninggalkan umat-Nya. Percayalah, jika kita sudah angkat tangan, Dia pasti akan turun tangan dan kebahagiaan pasti akan menjelang. (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 27 Mei 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 27 Mei 2017 (Mengejar Rezeki atau Ibadah?)

Kang Maman – Mengejar Rezeki atau Ibadah?

Ramadan bulan penuh rahmat, ampunan, dan pembebasan dari siksa. Jangan biarkan berlalu percuma. Isi dengan berlomba-lomba berbuat kebajikan, berburu ampunan.

Jika mampu ke Baitullah (berumrah), silakan. Asal kuatkan niat, seperti halnya niatan-niatan saat menjalankan kebaikan dan ibadah-ibadah khas di bulan Ramadan. Sebagaimana sabda Rasul, “Barang siapa berpuasa karena iman, melakukan salat malam karena iman, melakukan salat malam di lailatukadar karena iman dan semata mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Dengan satu catatan: bukan semata puasa bodi, tapi juga puasa budi. Karena puasa Ramadan tak semata bersifat fisik (menahan lapar dan dahaga), tapi upaya penyucian budi (spiritualitas yang suci) agar kembali fitri, takwa, dan bercahaya—minadzhulumati ilan-nur.

Lalu yang kedua, tiba-tiba berhijab saat Ramadan. Tadi teman-teman mengingatkan, mari ber-husnuzan, siapa tahu itu menjadi awal untuk berubah menjadi lebih baik. Urusan niat adalah urusan individu dengan Tuhannya, kita tak punya kuasa untuk menilai dan mengadilinya. Kita hanya wajib meyakini dan mengingatkan pada diri sendiri: Allah memberikan pahala sesuai niatnya. [segmen 3]

*Segmen 1 & 2: Umrah di Bulan Ramadan
*Segmen 3: Hijaber Musiman di Bulan Ramadan

***

Silakan meraup berkah Ramadan, termasuk berbisnis perjalanan umrah, berbisnis hijab, atau bisnis apa pun. Karena kata teman-teman, itu juga ibadah.

Sepanjang dijalankan dengan jujur, tidak curang, tidak mengurangi takaran, tidak berbohong soal kualitas yang dibisniskan, yang bisa merusak nilai ibadah puasa kita, hingga turun pada level semata menahan lapar dan dahaga—semata puasa bodi.

Di sisi lain, terlintas tadi diingatkan kata “menahan lapar”. Dalam Ramadan, semestinya sejalan dengan hemat. Dan itu baik, seperti diucapkan Umar radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya Allah mencintai perbuatan hemat dan membenci perbuatan boros dan mubazir.”

Kesenangan tubuh terletak pada hemat makan; kesenangan jiwa terletak pada hemat kesalahan; kesenangan hati terletak pada hemat kepentingan; dan kesenangan lidah terletak pada hemat bicara yang bukan-bukan.

Poin kedua, khusus tentang hijab. Silakan memodifikasi, tapi mari sadari bersama, pakaian islami itu simpel: tidak transparan menerawang, tidak ketat membentuk lekuk, dan menutup aurat. Dan berhijab, semata karena cinta pada-Nya serta pada Islam yang diyakini kebenarannya.

Dan yang terakhir, saya teringat pada kalimat putri saya, “Pak, berhijab bagiku: I cover my hair, not my brain.” (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 21 Mei 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 21 Mei 2017 (BPJS [Budget Pas-Pasan, Jiwa Sosialita])

Kang Maman – Budget Pas-pasan, Jiwa Sosialita

Menyimak perdebatan tadi, teringat pada pendiri dan CEO Facebook, triliuner Mark Zuckerberg, tak ada yang tak bisa dibelinya. Tapi ia memilih membeli baju kaos bermodel dan berwarna sama: abu-abu. Bukan semata menghemat uang, tapi katanya untuk menghemat waktu saat memilih pakaian. Memilih rumah sederhana untuk tak pamer kekayaan dan tetap rendah hati, sekaligus menghemat biaya pemilikan dan perawatan rumah. Dan yang terpenting baginya, yang penting adalah keamanan lingkungan dan kenyamanan.

Mark juga menggelar pernikahannya di halaman rumah, bukan di tempat yang mewah. Dan meski sanggup membeli jet pribadi, ia ke mana-mana hanya mengendarai mobil Volkswagon ke kantornya atau ke berbagai tempat. Tapi dalam soal kedermawanan—sejalan dengan Cak Lontong tadi—ia justru sangat berfoya-foya. Ia mendirikan organisasi kemanusiaan yang fokus pada pendidikan dan kesehatan dunia. Ia percaya betul: berbuat baik untuk diri semata, itulah kesenangan. Tapi berbuat untuk sesama, itulah senyatanya kebahagiaan.

Dan sejiwa betul dengan kalimat Ronal tadi:
Hidup itu murah, merk yang membuatnya mahal. Hidup itu sederhana, gengsi yang merumitkannya.

Dengan tiga kunci: nyaman, tak merepotkan, dan dermawan, Mark seperti mengajarkan kita untuk mengubah istilah BPJS, dari “Budget Pas-pasan, Jiwa Sosialita” menjadi “Budget Pol-polan, Jiwa tetap Sederhana”. [segmen 2]

***

Kunci klasiknya terungkap: Utamakan kebutuhan di atas keinginan.

Dalam psikologi keuangan, kita menemukan fakta: Makin tinggi penghasilan seseorang, ternyata makin menurunkan peran uang dalam membentuk kebahagiaan—yang tadi mungkin kita kenal sebagai hedonic treadmill. Simpelnya seperti ini: Saat gaji 5 juta, semuanya habis. Saat gaji naik 30 juta bahkan 50 juta per bulan pun, semua habis juga.

Kenapa bisa seperti itu? Karena ekspektasi dan gaya hidup pasti ikut naik, sejalan dengan kenaikan penghasilan. Tadi tersirat dari pernyataan Gilang dan juga Ronal:
Nafsu untuk membeli dan menyicil barang mewah akan terus meningkat, sejalan peningkatan perhasilan. Itulah yang disebut hedonic treadmill. Seperti bejalan di atas treadmill; kebahagiaan tidak maju-maju, sebab nafsu penguasaan materi tidak akan pernah terpuaskan.

Lalu apa yang harus dilakukakan? Tadi tersirat dalam kotak “empat kotak” yang dibuat oleh Ronal. Di sinilah relevan untuk terus mempraktikkan gaya hidup minimalis, bersahaja, atau—isitilahnya—qanaah. Sekeping gaya hidup yang tidak silau dengan gemerlap kemewahan materi. Seperti kalimat Ronal, “Hidup itu sederhana, bersahaja, qanaah. Merek semata yang memahalkannya.”

Kuncinya:
Lingkaran, sekecil apa pun, sepanjang dia bulat utuh, dia sempurna 360 derajat. Tetapi sebaliknya, lingkaran sebesar apa pun kalau tidak sempurna, dia tidak akan bisa mencapai 360 derajat. Dan penyempurna lingkaran kebahagiaan itu adalah: BERSYUKUR. [segmen 4]

***

Yang pertama, mungkin betul tidak etis menagih utang di media sosial. Tetapi yang jauh lebih tidak etis, tidak mau bayar utang namun tetap bergaya sosialita. Dan poin keseluruhan dari diskusi kita tadi, sungguh menarik belajar dari alkitab, yang melihat fenomena selalu berpasang-pasangan. Dalam Al-Qur’an, misalnya, ada ayat seperti ini, “Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis. Dan sesungguhnya Dialah yang mematikan dan menghidupkan. Dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan.” Tetapi, “Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan ….” Ternyata pasangan kekayaan bukan kemiskinan. Tapi Qur’an surah 53 ayat 48 mengatakan, “Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan.” Asal kita tidak BPJS (budget pas-pasan, tapi jiwa sosialita).

Dengan jiwa BPJS seperti itulah, kita sendiri yang melahirkan kemiskinan, bukan takdir. Kita yang membangun pola pikir dan tindak mewujudkan kemiskinan itu sendiri. Buktinya, banyak orang yang hidupnya pas-pasan, tapi tidak pernah mengeluh dan kekurangan atau merasa miskin, bahkan tetap tersenyum dan merasa berkecukupan. Kuncinya berulang: Karena mereka senantiasa bersyukur, membangun rasa keberlimpahan dan berkecukupan di dalam hati dan di dalam pikiran.

Dan terakhir:
Tak peduli seberapa sedikit yang kamu miliki, kamu akan selalu punya sesuatu untuk dibagi. Itulah kebahagiaan. (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 20 Mei 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 20 Mei 2017 (Sayang Anak - Sayang Anak)

Kang Maman – Sayang Anak - Sayang Anak

Dari tanya jawab ibu, bapak, anak, juga dengan Cak Lontong tadi, terbukti anak-anak itu cerdas, bahkan memberi banyak kejutan yang kita sendiri belum tentu bisa menjelaskannya.

Karena mereka cerdas—tersirat dari pemaparan Meisya saat anaknya menanyakan tentang kolom seks di formulir, dari Wendi tentang anaknya yang menanyakan soal anting yang dipakainya, atau dari pertanyaan Alika pada Cipan tentang Pak Ahok—izinkan anak belajar menyelesaikan masalahnya sendiri. Sebagai orang tua, kita jangan memainkan semua peran—seolah kita anggota tim SAR, dan anak selalu dalam situasi SOS dan butuh diselamatkan.

Anak ngeluh sedikit, sini ayah bantu. Anak telat sedikit mengerjakan sesuatu—seperti menutup rapat botol minuman, menyiapkan kotak makanan, memasang tali sepatu, memakai baju seragam, menyisir rambut, atau mengancingi baju—kita bergegas, sini ibu saja yang kerjain. Padahal bisa jadi bukan anak yang bermasalah. Tapi karena orang tua yang ribut dan terbelenggu oleh waktu.

Teringat ada satu jenis kecerdasan yang jauh lebih penting dari IQ untuk menghadapi masalah sehari-hari. Kalau demi anak kita siap menghabiskan waktu, perhatian, dan uang untuk IQ mereka, mari juga habiskan hal yang sama untuk AQ (Adversity Quotient), yang menurut Paul G. Stoltz, “Kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dalam kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.”

Bolehkan anak mengalami kesusahan, bahkan dengan sedikit luka, sedikit tangis, sedikit kecewa, sedikit telat, maupun sedikit kehujanan.

Tahan lidah, tangan, dan hati kita demi mengajarkan mereka cara menghadapi dan menangani frustrasinya sendiri. Tadi tersirat dari kalimat Kang Denny di segmen pertama:
Percayalah, permata baru bersinar cemerlang setelah melewati tekanan dan tahap pemolesan diri dengan sangat baik. [segmen 2]

***

Dalam soal keberagaman, mari sampaikan pada anak-anak kita:
Nak, mengapa lengkung pelangi begitu indah? Karena pelangi berwarna-warni.

Dan:
Nak, Allah menciptakan bumi dan seisinya, juga menciptakan manusia berkelir (berwarna-warni), dan mengasihi semua warna, dan tidak pernah membedakannya satu sama lain. [segmen 4]

***

Sedari awal, melihat anak-anak sahabat saya se… ini, saya jadi teringat putri saya yang sekarang sengaja mengambil cuti kuliah untuk kembali mondok dan menamatkan hafalan Al-Qur’an 30 juznya. (Salam dan doa saya untukmu, Nak)

Cara belajar laki-laki dan perempuan, harus diakui berbeda. Juga cara membesarkannya pun berbeda. Tetapi tidak ada satu yang lebih tinggi dari yang lain. Harus setara. Karena pada anak laki, agama mengajarkan kita untuk menjadikan mereka qawwam (pemimpin) keluarga yang penyayang dan bertanggung jawab. Sedang pada anak perempuan, kita ingin hasilkan sebuah sekolah kehidupan pertama untuk generasi mendatang. Dan hal ini bisa dilakukan, jika ada kerja sama yang baik antara ibu dan ayah.

Juga sedari awal kita diajarkan, ada keterkaitan antara al-haya (malu) dengan al-hayahal-hayah (hidup).

Jadi, sedari dini, mari ajarkan malu pada anak-anak kita, karena rasa malu adalah ciri manusia beriman. Apabila anak sudah dilindungi perisai malu dari rumah, insya Allah akan lebih selamat dari ancaman lingungan yang makin tidak tahu malu—tersirat dari penjelasan Ronal di segmen 3 tadi.
                                                                                     
Ibu dan ayah yang baik, semoga kita selalu diberi kemampuan bersyukur karena telah mendapatkan karunia berupa anak-anak, meski kerap mereka mencoba menguji kesabaran kita—seperti kata Kang Denny. Dan semoga kita semua dipermudah untuk memperbaiki diri, dan bisa menjadi sekolah jiwa paling pertama dan utama bagi anak-anak kita.

Terakhir:
Semoga anak-anak kita tidak ada seorang pun yang bercita-cita menjadi handphone. Karena kita lebih sering menyentuh dan menggenggam HP, daripada mengelus dan memeluk anak-anak kita. (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 14 Mei 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 14 Mei 2017 (Cinta & Komitmen)


Kang Maman – Cinta dan Komitmen

Ada alasan paling klasik tapi masih berlaku dari kaum lajang, yang diwakili oleh Yuanita Christiani:
“Bukan tak mau menikah. Pernikahan itu sakral, jadi tak boleh asal pilih, apalagi diobral-obral.”

Dan, jangan jadikan kesepian sebagai alasan untuk jatuh cinta. Karena teramat banyak yang telah berulang kali jatuh cinta, tapi masih merasa kesepian.

Dan yang pasti, kenapa banyak orang yang melajang? Salah satu sebabnya, dalam bahasa satire Kiky kepada Yuanita tadi soal biter hamen (bibir tersenyum hati menjerit), adalah:
Kerap, ada nama yang tertulis di hati, tapi tak bisa tertulis di buku nikah. [segmen 2]

*Segmen 1 & 2: Tren Hidup Melajang

***

Cinta jangan dibagi, dosa jangan ditambah,” kata Kang Denny.

Dan ada dua poin dalam pembicaraan di segmen 3 dan 4. Pertama, mantan itu—bagi Yuanita—patut dikenang, karena dialah guru terbaik yang telah mengajarkan indah dan perihnya terluka. Yang kedua, lebih baik tidak berkomitmen daripada tergores dan menggores luka. Kalau tidak bisa membuat orang jatuh hati dengan kasih sayang, mengapa harus memaksanya untuk jatuh cinta?

Karenanya, daripada merawat dan membiakkan luka, lebih baik sendiri tapi bahagia.

Jadi, kerap dua orang tidak jadi berkomitmen bukan karena tidak saling cinta, tapi karena tidak mau saling menyakiti. [segmen 4]

***

“Makna komitmen: memegang omongan sendiri,” kata Kiky.

Dan kalimat Ronal tentang komitmen, mengingatkan saya pada puisi W.S. Rendra:
Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata

Percayalah, hasil tidak pernah mengkhianati usaha.

Dan soal komitmen dalam kebersamaan:
Cinta adalah seekor burung cantik, yang meminta untuk ditangkap berulang kali, tapi menolak untuk disakiti berkali-kali.

Dan semesta mengajarkan:
Cinta mesti ditaklukkan, bukan dikorbankan. (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 13 Mei 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 13 Mei 2017 (Mungkin Gak Mungkin)

Kang Maman – Mungkin Gak Mungkin

Teleskop Kepler yang diluncurkan 2009, telah menemukan lebih dari 2.700 planet yang mungkin bisa ditinggali makhluk hidup. Betul kata teman-teman tadi, ada tiga hal penting sebagai kriteria planet bisa dihuni: ada oksigen dan karbon dioksida, ada air, dan planetnya tidak terlalu dingin dan terlalu panas. Dan telah ditemukan planet Kepler 22b yangmemungkinkan makhluk hidup bisa hidup di sana.

Bisakah kita hidup di sana?

Stephen Hawking pernah memprediksi, kehidupan manusia harus segera berpindah. Jika tidak, kita akan hilang dalam 1.000 tahun lagi. Dan karenanya, Hawkings bekerja sama dengan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, dan pengusaha internet, Yuri Milner, membangun Starshot Project—mengirim robot mungil ke sistem bintang Alpha Centauri, yang jaraknya 40 triliun kilometer dari bumi. Konon untuk mencapainya, butuh waktu 30.000 tahun. Tapi dengan Starshot Project, diyakini cukup dalam 20 tahun sudah sampai.

Jadi, apakah kita bisa hidup ke sana? Waktu akan menjawabnya, tunggu 20 tahun lagi. [segmen 2]

***

Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ‘kun fayakun (Jadilah! Maka terjadilah sesuatu itu)’.” Al-Baqarah : 117. Dan kun fayakun bahkan disebutkan delapan kali dalam Al-Qur’an. Jadi, tidak ada yang tidak mungkin di bawah langit ini jika Dia sudah berkehendak.

Jangankan semata pindah ibu kota, negara hilang dari kota saja bisa terjadi— yang semoga tidak terjadi pada negeri tercinta ini. Saat ini, misalnya, kita tidak lagi mengenal Jerman Timur, Cekoslowakia, Yugoslavia, Austro-Hungaria, Vietnam Selatan, United Arab Republic, Kekaisaran Ottoman (yang ada sejak 1299, hilang 1922), negara Sikkim (yang sudah ada sejak abad 8 M, akhirnya bergabung dengan India pada 1975), dan Uni Republik Soviet Sosialis (yang tadi disebut Ronal sudah tidak ada, yang terbelah menjadi setidaknya 15 negara berdaulat), bahkan Tibet (yang sejak '51 dianeksasi pasukan Mao).

Begitu pula dengan perpindahan ibu kota, seperti yang dicontohkan Brazil yang memindahkan ibu kotanya, Rio de Janero, ke kota baru, Brazilia, pada 21 April 1960. Nigeria, dari Lagos ke Abuja, pada 12 Desember '91. Dan Abuja yang baru dibangun '80-an, menjadi kota dengan perkembangan paling pesat di dunia menurut PBB. Juga tadi disebut Ronal, Myanmar, yang pindah ibu kotanya dari Nyangon ke Nay Pyi Taw di provinsi Mandalay. Serta Kazakhstan dan Tanzania, yang proses pindahnya tak selesai-selesai.

Jadi, tak ada yang abadi. Kalaupun ada yang abadi, itu adalah ketidakabadian itu sendiri.

Dan:
Kun fayakun. (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 07 Mei 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 7 Mei 2017 (Fakta atau Gosip?)

Kang maman – Fakta atau Gosip?

Hati-hati bergunjing!” Tegas di awal tadi disinggung oleh Kang Denny. Benar jadi gibah, yang diibaratkan seperti memakan bangkai saudara sendiri. Dan jika salah, jatuhnya fitnah, yang disebutkan oleh Rasul, “Tidak akan masuk surga orang yang suka menebar fitnah.”

Karenanya, kami yakini betul, berhentilah nyinyir, karena berhenti nyinyir adalah bagian dari ibadah dan kesempurnaan iman.

Dan soal cinta, tadi Kang Denny menyitir kalimat persis seperti yang pernah diungkap oleh Buya Hamka: “Cinta bukan mengajar kita lemah, tapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Dan cinta bukan melemahkan, tetapi membangkitkan semangat.” [segmen 2]

***

Ada kalimat menarik untuk menggambarkan kehidupan seniman, termasuk seniman komedi:
“Jika dilihat dari jauh, seperti sebuah komedi; penuh bahagia, penuh canda dan tawa. Namun jika dilihat dari dekat, sungguh penuh dengan tragedi.”

Komedi dan tragedi ibarat dua sisi dari satu mata uang. Tapi mata uang itu bukan cuma milik komedian atau seniman, tetapi milik semua insan. Bahagia tak didominasi satu profesi, duka lara juga tak dikuasai satu posisi.

Bagi komedian seperti Bang Komeng dan yang lain-lain, ada keyakinan:
Jika berbuat baik hanya untuk diri sendiri, itu cuma kesenangan namanya. Tetapi jika mampu berbuat baik dan memberi penghiburan kepada orang lain, itulah sejatinya kebahagiaan.

Dan kata kunci untuk husnulkhatimah, kata Imam Syafi’i, hanya satu: selalu berpraduga baik. [segmen 4]

***

Di satu malam Jumat di tahun 1975, saya tidur dalam pelukan nenek dan terbangun karena darah mewarnai tubuh saya. Ternyata darah sudah keluar dari tubuh nenek saya yang memang terkena kanker serviks. Dan ketika saya hendak menangis, satu kalimatnya yang dia ucapkan, “Nenek sudah pernah mengucapkan ‘siap’. Tolong bantu saja dengan kalimat tauhid laa ilaha illallah.” Dan dia memeluk saya, dan kemudian wafat.

Usia biarlah menjadi semata rahasia-Nya. Bagi manusia, doa dan harapan yang tak boleh henti dilantunkan dan dinyalakan. Ujian dan cobaan adalah cara-Nya untuk membersihkan kita dari segala noda dan dosa. Jika dihadapi dengan keikhlasan, balasannya sungguh sebuah kebaikan di atas kebaikan.

Julia Perez berulang hadir di Indonesia Lawak Klub. Berulang berbagi bahagia dengan sesama, tak jarang ia hadir berurai air mata setiap kisah tentang bapak dan ibu diungkapkan. Dan kami percaya, anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, akan mendapatkan balasan kebaikan dari Tuhannya, akan mendapatkan yang terbaik dari Penciptanya.

Hari ini kita semua melantunkan doa bersama untuknya, semoga Sang Mahapengasih dan Mahapenyayang memberi yang terbaik dan sebaik-baiknya kepada sahabat kami semua, Julia Perez, juga kepada seniman komedi dan siapa pun yang sedang menghadapi cobaan hari ini.

Dan kami percaya pada hadis dan firman-firman-Nya. “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin,” sabda Rasul, “semua urusannya merupakan kebaikan. Jika dia mendapat kegembiaraan, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan itu pun kebaikan baginya.” Bahkan Rasul perna bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki peyakit demam sekalipun. Karena sesungguhnya, Allah sedang menghapuskan dosa-dosa anak Adam, sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi.”

Karenanya kupanjatkan pengharapan kepada-Mu, ya Allah:
Anugerahkanlah kepada sahabat kami, Jupe, keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala cobaan dan musibah di dunia ini. Kami percaya, yang datang dari-Mu pastilah yang terbaik untuk kami.

Buat saudaraku Jupe, tetap semangat! (Maman Suherman)

*Segmen 5: Keep Fight, Jupe!
Share:

Sabtu, 06 Mei 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 6 Mei 2017 (Menang Kalah yang Penting Asyik [Pilkada DKI])

Kang Maman – Menang Kalah yang Penting Asyik (Pilkada DKI)

Dalam politik, tak ada yang bisa menduga 100 persen hasilnya. Dan itu bagus, karena jika semua yang akan terjadi dalam sebuah kontestasi sudah bisa diprediksi hasilnya sedari dini, itu artinya, hasilnya sudah menjadi sejarah jauh sebelum hasil itu sendiri diumumkan. Seperti yang negeri ini pernah rasakan, dan karenanya reformasi diperjuangkan dan diwujudkan—termasuk reformasi birokrasi yang disebutkan Desy Ratnasari.

Dan dalam politik, juga dalam hal apa pun, kalau ada kata-kata yang menyakitimu, begitu Ali bin Abi Thalib mengingatkan, “menunduklah” dan biarkan ia “melewatimu”.

Kemenangan itu ujian, kata Kang Denny. Sandiaga menjawab, “Yang baik di era Pak Ahok, akan diteruskan. Yang belum pas, pasti akan diperbaiki.”—termasuk soal anggaran responsif gender, yang juga diingatkan Desy.

Dan kunci menghadapi ujian, yang Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tentu sudah sangat tahu—dan tadi juga diingatkan Ari dan Desy:
Kepemimpinan itu tindakan, bukan jabatan, bukan semata-mata ucapan. [segmen 3]

***

2018 akan ada pilkada serentak, pencoblosan pada 27 Juni 2018, di 171 daerah; 17 provinsi, 39 kota, 115 kabupaten. Peringatan Desy menarik untuk direnungkan:
Kepada siapa saja, kalau mau maju, harus bukan sekadar maju.

Poin kedua, kegembiraan dan kepedihan seperti halnya kemenangan dan kekalahan, bagai digilir kehadirannya oleh Yang Mahakuasa, agar masing-masing pihak mendapat pengalaman sama: pernah sedih, pernah gembira, pernah menang, pernah kalah. Semoga pengalaman ini memberi sumbangsih pada kematangan dan kedewasaan berpolitik di masing-masing pihak. Agar di masa mendatang, semuanya bisa menjadi lebih bijak dalam bersikap, dan lebih luas serta lapang dalam berempati.

Ajaran sederhana pun menjadi bermakna tidak sederhana—tadi disinggung oleh tokoh asal Perancis yang diperankan Ronal:
Jangan ada yang kelewatan. Jangan kelewatan senang, jangan kelewatan sedih. Karena semua yang kelewatan (segala yang berlebihan), pasti buruk akibatnya—termasuk dalam berpolitik. Apalagi kita tahu semuanya: Politik, bukanlah panglima yang menjadi penentu kebahagiaan hidup.

Terakhir:
Rakyat itu selamanya, pejabat itu sementara. Jabatan itu hak pakai, bukan hak milik. (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter