Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Selasa, 31 Maret 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 31 Maret 2015 (Sekolahku Butuh Apa?)

Kang Maman Sekolahku Butuh Apa?

Menurut Indonesia Corruption Watch, ada 3 kementerian yang paling rawan korupsi: Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Agama. Ini seharusnya jadi early warning system, bukan untuk membuat kita tersinggung, tapi justru alat untuk mengerem kita untuk membuktikan bahwa itu tidak benar.

Prinsip kebijakan publik—tadi disinggungsebenarnya sederhana: Masalah dan solusi harus nyambung. Tidak boleh jaka sembung atau nggak nyambung—kecuali di ILK, di mana masalah diatasi tanpa solusi.

Jadi, apa yang diminta dan dibutuhkan, kemudian disepakati, itulah yang harus diberikan. “Dan dengan prinsip transparansi,” kata Pak Jarwo tadi, “e-Budgeting itu akan bisa dilihat oleh seluruh rakyat di negeri ini.”

Kata kuncinya: Jika terjadi pengadaan barang yang sembarang dan cuma buang-buang uang, apalagi jika terbukti koruptif, maka pelakunya wajib dijebloskan dan dimasukkan ke dalam kerangkeng. Dan kepada siapa pun (pembuat dan penentu kebijakan): Jangan menggores arang di kening hanya karena pengadaan barang yang sembarang, yang bisa membuat rakyat berang bukan kepalang.

Ingat kata Cak Lontong dan Fitrop [Fitri Tropica], “Di sekolah, kita membina akhlak.” Jangan rusak dengan memberi contoh ulah bobrok, yang merusak watak dan akhlak! (Maman Suherman)
Share:

Senin, 30 Maret 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 30 Maret 2015 (Pro Kontra 1 Triliun Parpol)

Kang Maman Pro Kontra 1 Triliun Parpol

Pendanaan Parpol dengan menggunakan anggaran negara bukan hal baru di muka bumi. Di Amerika Latin dan Eropa, terutama Jerman dan Skandinavia, itu sudah diterapkan. Masalahnya jika diterapkan di Indonesia, akankah itu menghentikan politik transaksional antara Parpol dengan pengusaha gelap, misalnya? Dan selama kita belum berani transparan, masih gelap-gelapan, maka penggelapan dana itu masih terbuka lebar. Itu yang pertama.

Yang kedua, yang tidak kalah pentingnya, selama Parpol dikelola seperti perusahaan pribadi, seperti milik keluarga, alangkah lucunya kalau negara ikut membiayai. Itu yang kedua.

Kemudian yang ketiga—satu lagi, selama aturan undang-undangnya belum dibenahi, jangan lagi misalnya ada wakil rakyat yang Pemilu dipilih oleh rakyat. Tapi kalau partai sudah tidak suka, lalu ada pergantian antar-waktu dan diganti oleh Parpol itu atau oleh pemilik Parpol itu, alangkah lucunya kalau orang-orang melihat pilihan rakyat yang sangat demokrasi fundamental diganti oleh pilihan pribadi.

Dan dalam hal yang terakhir tadi, Cak Lontong sudah memberikan kode. Dalam soal uang, kita mesti hati-hati. Karena, uang bisa membuat nurani terbUANG kalau kita tidak takwa. (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 28 Maret 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 23 Maret 2015 (Cara Cepat Menjadi Kaya)

Kang Maman Cara Cepat Menjadi Kaya

Seperti halnya jalan pintas di jalanan yang kita sebut jalan tikus, sekalinya lancar dia sangat lancar, tetapi sekalinya macet dia akan sangat macet sama sekali; maju tidak bisa, mundur tidak bisa karena saking sempitnya. Demikian pula tadi disimpulkan oleh teman-teman tentang ‘jalan pintas menjadi kaya’ karena dia bisa berubah menjadi jalan pintas menuju penjara. Itu poin yang pertama. Karenanya, mesti diresapi juga: Kaya tidak identik dengan bahagia. Jadi, untuk apa jalan pintas?

Jalan yang terbaik untuk bahagia adalah dengan tidak menjadikan uang sebagai tujuan, sebagai sesembahan, apalagi mempertuhankan uang. Dan orang kaya, bukan orang yang paling banyak hartanya, tapi yang paling sedikit keinginannya. Sementara orang miskin—tadi juga disimpulkan—bukan yang paling sedikit hartanya, tapi justru yang paling tidak pernah berhenti mengejar kekayaan.

Terakhir, saya mau tanya ke teman-teman ini karena kata kuncinya dari Cak Lontong. Apakah sering mendengar orang yang banyak uang, tapi juga banyak utang?

Banyak, banyak uang sekaligus banyak utang. Satu lagi kata kunci bahwa: Uang tidak identik dengan bahagia. (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 17 Maret 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 17 Maret 2015 (Bisnis Multi Level Marketing)

Kang Maman Bisnis MLM (Multi Level Marketing)

Ada beberapa catatan. “MLM,” kata Cak Lontong, “hanya salah satu alternatif sistem dalam berbisnis.” Kemudian ada beberapa titik yang dikritisi teman-teman di sini soal MLM. Yang pertama, soal etika. Dalam merekrut downline, kerap terkesan sangat memaksa dan melupakan etika. Itu poin pertama. Yang kedua, saking semangatnya merekrut downline, kadang-kadang rekrutnya emosional, tapi begitu sudah jalan jadi downline, tidak diberi dukungan. Itu yang suka bikin marah orang. Lalu yang ketiga, kadang-kadang orang ikut, tapi tidak cinta, tidak tahu dan tidak kenal produknya. Tidak lagi bisa membedakan ini MLM atau money game. Akibat dari ketiga itu kadang-kadang pertemanan dan kekeluargaan jadi hancur.

Direct selling MLM, bisnis dari mulut ke mulut dalam merekrut downline memang punya godaan mendasar. Ucapan yang terlontar lewat mulut selalu lebih cepat dari tindakan dan dari bukti tindakan. Sehingga Cak Lontong mengingatkan, “Hati-hati, yang masalah selalu oknumnya.”

Dan bagi yang mau ikut MLM, Kang Denny sudah mengingatkan, “Jangan mudah tergiur sama iming-iming super dahsyat karena tidak ada hujan uang.” Tetap harus butuh kerja keras dan kerja cerdas. Dan di balik semua itu, teringat kalimat Dalai Lama, “Dalam bisnis apa pun, tujuan manusia hidup adalah saling tolong menolong. Kalau tidak mampu menolong, jangan menyakiti, jangan menipu!” (Maman Suherman)
Share:

Senin, 16 Maret 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 16 Maret 2015 (Handphone-ku Hidupku)

Kang Maman Handphone-ku Hidupku

Seorang pengamat spiritual bilang seperti ini, dan disinggung dengan bagus oleh Fitri Tropica tadi, “Tanpa disadari, gadget yang memancarkan radiasi elektromagnetik di rumah kita, akan menyedot semua prana (energi kehidupan) kita.” Dan kalau kita terlalu banyak berhubungan dengan benda-benda yang membawa energi elektromagnetik tersebut, maka energi keilahian dalam diri kita akan habis. Makanya orang-orang jadi mudah marah, mudah jahat, dan energi negatifnya akan keluar. Jagung saja bisa meledak menjadi popcorn. Itu poin yang pertama.

Jadi, lepaskan diri dari kecanduan gadget. Kata Elly Risman, seorang psikolog, yang tadi dikutip oleh Cak Lontong dengan tepat, “Hanya orang yang punya self control (pengendalian diri), akan bisa mengatur diri untuk menggunakan gadget seperlunya saja.”

Jadi, diet gadget adalah satu keharusan karena apa pun, kata Cak Lontong lagi, “Meski gadget berembel-embel kata ‘smart’, tetap dia tidak punya hati dan tetap benda mati.” Jika kehidupan selalu tergantung pada benda mati, hatimu pun—cepat atau lambat—akan mati.

Poin terakhir, dari semua teman-teman tadi: Daripada tergantung gila-gilaan pada telepon di genggaman, lebih baik genggam tangan dan hati orang tersayang, dan lebih baik tengadahkan tangan dan bergantung hanya kepada Tuhan. Daripada kehilangan Tuhan, lebih baik kehilangan handphone. (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 11 Maret 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 10 Maret 2015 (Rock 90's Bukan untuk Dikenang)

Kang Maman Rock 90's Bukan untuk Dikenang

Rock adalah produk dialog antar-budaya. Musik kaum putih antara Amerika, berpadu dengan musik Afro-Amerika, dan ditambah dengan musik pengiring tarian rakyat Irlandia yang sangat melodius. Dan asal kita ketahui saja bahwa di tahun 1950-an, di Eropa (khususnya di Belanda), dikenal istilah ‘Indorock’ (Indonesia rock). Dan itu, yang membawakannya adalah Tielman Brothers; empat orang bersaudara: Andy [Tielman], Reggy [Tielman], Ponthon [Tielman], dan Loulou [Tielman], yang ayahnya Herman Tielman adalah orang Kupang dari Indonesia. Dan dia dianggap grup rock yang jauh lebih dahulu dibanding The Beatles sekalipun.

Dan Andy [Tielman], adalah orang pertama yang memainkan gitar dengan menggunakan gigi, dengan memainkan gitar di belakang kepala atau di belakang badan, jauh sebelum Jimmy Hendrix, Jimmy Page, dan Ritchie Blackmore. Jadi, rock bukan barang asing di Indonesia. Jika dibuka ruang dialog, rock akan kembali jaya di Indonesia.

Keberagaman itu indah, selera beragam itu indah, jangan paksakan untuk seragam jika kita masih ingin melihat indahnya pelangi; warna-warni pelangi musik Indonesia. Jadi, let’s rock, teruslah menggelinding! (Maman Suherman)
Share:

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 9 Maret 2015 (Madu Racun Sepak Bola Indonesia)

Kang Maman Madu Racun Sepak Bola Indonesia

Ada 2 kunci yang digaungkan dan diagungkan betul dalam dunia sport, yang tadi diungkap sejak segmen awal: Sportivitas dan Fair Play. Dua kunci ini seharusnya tidak cuma ada di dalam diri pemain, tetapi juga penonton, dan tak boleh kalah pentingnya adalah tangan pengurus. Pengurus harus sportif dalam menjalankan, menaati, dan menegakkan peraturan. Itu kata kunci yang pertama. Dan kita yakin, PSSI semestinya bisa, BOPI bisa, Kemenpora bisa. Itu yang pertama.

Yang kedua, jika pemain nasional kita bertanding dengan meneriakkan ‘GARUDA DI DADA’, semestinya itu juga berlaku buat para pengurus, ‘GARUDA DI DADA’. Bukan cuma memikirkan lembar-lembar gambar pahlawan di saku baju.

Jadi, pengurus pun harus jujur dan taat aturan sejak masih dalam pikiran. Karena kami, rakyat Indonesia, rindu sepak bola negeri ini berprestasi tinggi, tidak cuma mendengar mereka berkelahi. Dan yang terakhir, terbang tinggilah garudaku! (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 03 Maret 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 3 Maret 2015 (Awas, Makanan Berbahaya!)

Kang Maman Awas, Makanan Berbahaya!

Ada 2 poin pembicaraan hari ini. Kamu adalah apa yang kamu konsumsi. Jadi, hati-hati dengan apa yang kamu konsumsi karena bisa membuatmu tinggal nama. Kenali ciri-ciri produk yang berbahaya—tadi sudah dipaparkan Okky Lukman dan juga dr. Reisa Broto Asmoro. Misalnya, tempe atau pisang yang digoreng jika menggunakan minyak campur plastik, diuji dengan korek api saja dia bisa terbakar; kalau tidak, dia akan langsung gosong. Atau menggunakan kertas berkunyit untuk menentukan makanan yang kita hadapi itu mengandung boraks atau formalin, atau tidak sama sekali. Juga, ingat filosofi yang diucapkan Cak Lontong, “Makanan yang nikmat terkadang memiliki efek mematikan daripada sayur-sayuran yang kurang enak.” Itu yang pertama.

Yang kedua, makanan oplosan seperti bakso sapi oplosan celeng, saus sambal dioplos bahan kimia kosmetik atau menggunakan boraks dan formalin, kulit sapi busuk untuk kikil, apel berbakteri, juga minuman keras oplosan, telah banyak merenggut nyawa orang. Dan buat pembuatnya, ingat, Anda menciptakan petaka, Anda juga akan terkena petaka. Undang-Undang Nomor 8 [Tahun] '99 tentang Perlindungan Konsumen, Anda diancam hukuman 5 tahun penjara, atau Rp2.000.000.000,00 denda. Dan, Pasal 100 dan 144 Undang-Undang [Nomor] 18 [Tahun] 2012 tentang Undang-Undang Pangan, pidana 3 tahun, atau denda maksimal 6.000.000.000,00.

Jadi, sekali lagi, you are what you eat. Dan, siapa yang menyalakan lampu untuk orang, akan ikut mendapatkan terang; dan siapa yang mematikan lampu untuk orang lain, akan ikut merasakan gelapnya. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 02 Maret 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 2 Maret 2015 (Impor Barang Bekas)

Kang Maman Impor Barang Bekas

Ada beberapa poin yang menarik. Negeri ini punya banyak peraturan baik, aturan-aturan yang baik, tapi penegakannya yang sangat buruk. Contoh yang paling jelas, SK Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 28 Tahun 1982, jelas-jelas berisi larangan impor pakaian bekas. Tapi 33 tahun kemudian, 2015, kita masih lihat banyak tempat penjualan barang-barang impor, dan kita tidak pernah meributkannya. Justru kita ribut ketika Menteri Perdagangan mengingatkan kembali aturan ini, dan melansir satu uji coba laboratorium yang membuktikan: Dalam satu gram pakaian bekas impor, ditemukan 216.000 koloni bakteri. Dan itu didapatkan pada celana impor yang diduga terkena bekas menstruasi. Jadi, sedemikian jelek kah industri garmen kita sehingga kita harus memakai produk impor?

Diingatkan oleh Okky dan Jarwo Kwat tadi, “Jangan jadikan negeri ini tempat pembuangan sampah dari luar negeri!” Itu poin pertama.

Poin yang kedua, Paris Hilton aja pakai tas rancangan orang Indonesia yang bermerek BAGTERIA, kok kita mau pakai baju bekas yang berisi koloni bakteri?

Tex Saverio, membuat baju yang dipakai dengan bangga oleh Kim Kardashian, Jennifer Lawrence, dan Lady Gaga, kok kita bangga menggunakan busana bekas dari luar negeri?

Dan ada “titipan” dari teman-teman saya di samping, “Barang bekas yang paling menyebalkan itu adalah mantan yang meminta kembali barang-barang yang sudah diberikannya, dan barang-barang itu adalah barang-barang bekas impor.” (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter