Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Minggu, 30 Oktober 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 30 Oktober 2016 (Pilkada, Pilih Aku atau Dia)

Kang Maman – Pilih Aku atau Dia?

Pilkada serentak itu bagus, kata Ronal, karena lebih efisien. Anehnya, sebelum diadakan, (secara serentak) menghabiskan anggaran 5 triliun. Tapi kata berita, pilkada serentak 2015 malah menjadi 6,745 triliun.

Namun apa pun, besar atau kecil, ingat, jangan main-main dengan pilkada. Jangan karena serangan fajar amplop lima ribuan, seratus ribuan, kalian korbankan hati nurani dan asal pilih. Meski pilkada itu proses politik, jangan jadikan prosesnya pol dengan itik, hanya dipenuhi bebek-bebek yang cuma bisa membebek.

Sekali lagi, gunakan hati nurani. Karena lima menit di bilik suara, tentukan nasib wilayahmu untuk lima tahun ke depan.

Terakhir, sentil Ronal:
Meski berbeda, ayo damai, jangan saling maki. Tapi, kamu tidak akan pernah bisa bersalaman kalau tanganmu terus terkepal. [segmen 2]

***

Dua poin. Sebagai orang yang akan memilih, kata Soleh Solihun, jangan gampang terprovokasi. Karena ‘kamu’, ejaannya bukan a-m-u-k: amuk, meski hurufnya sama.

Yang kedua. Kata Kang Denny, jangan karena uang nurani terbuang. (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 29 Oktober 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 29 Oktober 2016 (Dari Kami, oleh Kami, untuk Anda)

Kang Maman – Dari Kami, oleh Kami, untuk Anda

27 Oktober 2013 kami hadir kali pertama
Berbagi tawa yang tak sekadar tawa
Berbagi canda yang tak semata canda

Kami hadir menjadi rumah bagi seluruh komedian
Menyatukan seniman komedi dari berbagai usia dan genre komedi
Mengusung pesan satire:
Mengatasi Masalah Tanpa Solusi

Sentil sana, senggol sini
Dari bahas sampah hingga politisi—
Yang tentu saja bukan sampah
Dari bahas cinta hingga beragam problema sosial di masyarakat

Tak cuma syuting di studio
Tapi berjalan dari satu hotel ke hotel lain
Dari Denpasar, Bali, hingga di atas kapal pesiar
Yang berlayar dari Singapura, ke Langkawi, Malaysia
Hingga ke Phuket, Thailand
Di hadapan penonton yang berasal dari berbagai bangsa di dunia

Malam ini kami lantunkan
Semoga menitiskan harapan
Jadikan ILK bagi kami
Bagi semua pemirsanya
Sebagai tempat kesadaran mendapatkan hiburan yang mencerahkan
Sebagai rumah bagi tawa yang menyehatkan batin
Sebagai tempat di mana rindu akan hiburan yang baik berlabuh
Sebagai sapu tangan paling lembut untuk mengeringkan segala resah, duka, dan sedih
Dan menghadirkan bahagia dalam keluarga

Doakan kami untuk bisa terus hadir
Yang tak sekadar hadir
Tapi hadir memberi dan berarti
Bisa menjadi akar
Sepertinya tak terlihat, tapi menghidupi batang, daun, bunga, dan buah

Apa arti hidup jika tak berarti?
Apa arti meng-ada jika tak berbunga?
Karena kami, keluarga besar ILK, berharap
Kelak bisa terus menjadi sahabat baik
Dan bisa terus menjadi kenangan paling indah yang tak terlupakan

Pemirsa, kami ada untuk Anda
Doakan kami tulus dan ikhlas
Agar bisa terus bersama Anda semua
Berbagi bahagia dan hadiah terindah:
Tawa, canda, dan bahagia
Meski kami hanya mengatasi masalah tanpa solusi

ILK, Indonesia Lawak Klub
ILK, I Love Kalian semua

(Maman Suherman)
Share:

Minggu, 23 Oktober 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 23 Oktober 2016 (Berbulu atau Tidak)

Kang Maman – Berbulu atau Tidak

Kata siapa bulu tidak pernah diteliti secara ilmiah?

Karena saya basisnya kriminologi, saya langsung tertarik dengan pernyataan awal Kang Denny. Kang Denny bilang di awal segmen 1, bentuk fisik dikaitkan dengan tindakan kriminal. Betul. Bapak antropologi kriminal, Cesare Lombroso, mengatakan, ada pohon kriminal; penjahat dilahirkan dengan tipe fisik tertentu, yang diturunkan dari tipe fisik nenek moyangnya.

Juga kalau kita ikut sidangnya Jessica, yang sempat dihadiri Roy Suryo yang kita sebut-sebut tadi, ada saksi ahli yang dihadirkan dan bicara tentang fisiognomi (ilmu yang mempelajari bentuk tubuh dan bentuk muka), juga phrenology (ilmu yang mempelajari kelainan pada tengkorak). De Porte, misalnya. Baptiste della Porte mengatakan, pencuri mempunyai kuping kecil, bulu di kening, jari yang langsing, dan matanya selalu bergerak.

Gall dan Spurzheim mengatakan, berdasarkan bentuk kepala, dapat diketahui apakah seseorang itu pencuri, alkoholisme, orang pitar, atau bodoh. Tapi teori itu kemudian banyak dipatahkan karena penjahat ternyata tidak dilahirkan, bukan juga karena soal berbulu atau tidak berbulu. Buktinya, yang dicokok KPK ada yang berbulu, ada yang mulus plontos, ada yang berkumis, juga ada yang klimis. [segmen 2]

***

(Untuk menetralkan Kang Ronal). Natalie Portman justru menggunduli kepalanya di “V for Vendetta” mendapat Saturn Awards. Dan, Anne Hathaway dalam “Les Miserables” dengan menggundul rambutnya justru dapat Oscar. (Jadi, mengimbangi Kang Ronal aja).

Di dunia, kita mengenal istilah seven deadly sins (tujuh dosa manusia sepanjang masa): kesombongan, keserakahan, nafsu seks, iri hati, kerakusan, kemarahan, kemalasan; tidak ada kata berbulu atau plontos di antaranya.

Jadi, bulu bukan dosa, plontos pun bukan dosa, dan yang pasti: seksi itu berotak, bukan berkumis. [segmen 4]

***

Hidup bukan tentang siapa yang terbaik, tetapi siapa yang berbuat baik. Hidup bukan tentang siapa yang berbulu atau tidak, tetapi siapa yang berbudi luhur. (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 22 Oktober 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 22 Oktober 2016 (Kakak - Adik)

Kang Maman – Kakak Adik

Meski sedarah, saudara harus tetap belajar untuk saling mengalah. Itu tadi kita lihat dari Fauzi dan Fauzan [Rizki dan Ridho]. Dan, saudara itu harus saling memberi ruang dan saling memberi peluang. Tapi hati-hati, tadi Mas Jarwo dan Pak Bolot mengatakan, persaudaraan itu bisa pecah—meski kembar satu telur dan kembar dampit—karena satu setan yang paling iblis di muka bumi, yang ada dalam kata ‘ruang’ dan kata ‘peluang’, yaitu: uang.

Jadi, hati-hati, saudara bisa pecah karena uang, juga bisa pecah karena saling buang. [segmen 2]

***

Kata Kang Denny, pecahnya persaudaraan karena 3-an: warisan, keangkuhan, dan pasangan.

Dan yang terakhir, tadi diributkan:
Anak pertama, jangan jumawa. Anak terakhir, jangan terlena karena merasa bakal banyak yang menolong. [segmen 4]

***

Sulung, tengah, atau bungsu, jangan berjalan sendiri. Genggam erat tangan saudaramu, teruslah ber-silaturahim, karena kalian lahir rahim yang sama (dari kasih sayang yang sama). Dan definisi saudara itu (biologis ataupun sosiologis) adalah: yang kuat menolong yang lemah, yang kaya mengasihani yang miskin, dan yang berdaya membantu yang sudah tidak berdaya; bersikap lemah lembut, berkasih sayang satu terhadap satu yang lain, dan saling setia.

Jadi, bukan saudara kalau satu kekenyangan, satu kelaparan; satu lapang, satu lapar. Saudara itu, tekan Kang Denny, kuncinya adalah: saling. Saling pinjam, tapi bukan saling tikam.

Terakhir, kata Ronal:
Sibling itu: saling sayang, bukan saling serang. (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 16 Oktober 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 16 Oktober 2016 (Kebarat-Beratan)

Kang Maman – Kebarat-Beratan

Berpadunya Timur dan Barat adalah keniscayaan. Pencarian menjadi modern boleh-boleh saja, kata Adinda dan Arie tadi. Asal, kata Debby dan Cak Lontong, tanpa harus menjadi orang Barat dan dunia Barat. Masak mau menjadi copy paste atau salinan yang murahan dari dunia Barat yang tidak patut? Tekanannya dari Cak Lontong: “tidak patut”, karena tidak semua yang dari Barat itu tidak patut, juga ada yang patut.

Jadi, menjadi modern adalah sebuah keniscayaan, asal tetap beradab, jangan biadab. Ronal mengatakan, “Jangan mau jadi korban mode.” Di sisi lain, ada yang lebih celaka dari rok mini, yaitu otak mini. [segmen 2]

***

Mendengar pro kontra tentang mulai seringnya muncul kebiasaan pesta bujang yang berdampak “uhu-uhu dan gila-gilaan”—dalam bahasa Debby, dan juga tentang masih adanya budaya midodareni, juga adat yang mengiringi kelahiran bayi, ini mengingatkan saya pada surat Raden Adjeng Kartini pada tanggal 27 Oktober 1902 kepada Nyonya Abendanon di Barat.

Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah Ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat Ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban?

Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.

Karena yang terpenting, jadilah dirimu sendiri! [segmen 4]

***

Barat dan Timur berbeda, tapi tak ada yang lebih tinggi satu atas yang lain. Jadi, jangan pernah merasa inferior sebagai orang Timur. Karena kita pun—meminjam bahasa Rumi—bukan sekadar tetesan di tengah samudra, tapi kita pun adalah samudra dahsyat di tengah tetesan-Nya. Meski kau di Timur dan dari Timur, kamu juga adalah adalah percikan Tuhan, manusia sempurna yang menjadi “tangan” Tuhan untuk mengubah dunia.

Terakhir, apa sih pangkat tertinggi manusia di Timur dan Barat?

Kembali teringat surat Kartini yang tak pernah merasa inferior pada Barat, kepada Nyonya Abendanon pada tanggal 1 Agustus 1903.

Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, kata Kartini, yaitu Hamba Allah.

Kuat sekali pesannya. Jangan pernah minder, di Timur atau Barat, pangkat tertinggi manusia sama: Hamba Allah. Jadi, tegas Cak Lontong: “Jangan pernah bikin dikotomi.” (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 15 Oktober 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 15 Oktober 2016 (Tetangga kok Gitu?)

Kang Maman – Tetangga kok Gitu?

Dari komentar Oki dan perdebatan dua pihak, sampai mendengar Umi Yuyun tadi, kita bisa simpulkan dua hal yang berhadapan. (Maaf kalau saya mengutip hadis)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman.” Ketika sahabat bertanya, “Siapa yang kamu sebut tidak beriman, Rasul?” Beliau menjawab, “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.”

Itu di sisi yang terlalu kepo. Di sisi lain, sabda juga mengatakan, tiga golongan yang dicintai Tuhan, di antaranya adalah laki-laki yang memiliki tetangga yang menyakitinya, kemudian ia bersabar menghadapi gangguan hingga ajal memisahkannnya.

Dan yang terakhir, kata Cak Lontong, “Pagar teraman adalah tetangga yang baik.” [segmen 2]

***

Melihat Pak Jarwo duduk berdua Pak Bolot menghibur kita, pernah nggak kita berpikir mengapa mereka dipertemukan? Berdampingan rumah dan bertetangga? Jawabnya tentu untuk sebuah alasan. Untuk memberi atau menerima, untuk belajar atau mengajarkan, untuk bercerita atau mendengarkan, entah untuk sesaat atau selamanya, entah akan menjadi bagian terpenting dalam hidup kita atau hanya sekadarnya, semua tidak ada yang sia-sia. Karena Dia yang mempertemukan kita, hidup kita saling mengisi dan mungkin saling bersinggungan.

Bisa jadi, kehadiran kita adalah jawaban atas doa-doa tetangga kita—sebagaimana mereka juga adalah jawaban atas doa-doa kita untuk mendapatkan tetangga yang baik. Saling menguji, saling menguatkan.

Kuncinya, kata Ronal, “Jangan menuntut orang baik duluan, tapi diri kita yang harus baik lebih dahulu.” [segmen 4]

***

Ada ilustrasi yang indah kalau kita dengar dari Cak Lontong tadi. (Maafkan kalau lagi-lagi saya mengingat sebuah hadis)

Rasul pernah bilang, “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Tuhan, terdapat orang-orang yang bukan nabi, bukan syuhada, tapi para nabi dan syuhada cemburu pada mereka di hari kiamat nanti disebabkan kedudukan yang diberikan Allah kepada mereka.” Sahabat bertanya, “Beritahukan kepada kami supaya kami bisa mencintai mereka.” Rasul menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah tanpa ada hubungan keluarga dan nasab sama sekali. Demi Allah, wajah-wajah mereka pada hari itu bersinar bagai cahaya di atas mimbar-mimbar dari cahaya.”

Jadi, teringat kembali apa yang diucapkan Pak Bolot di segmen pertama:
Tetangga, sebagaimana sahabat, adalah saudara yang diberikan Tuhan bukan lewat kelahiran, tapi lewat pertemuan.

Jadi, cintai tetangga, hormati, dan jangan sakiti, maka kamu akan bersinar bagai cahaya. (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 09 Oktober 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 9 Oktober 2016 (Pasangan Idaman)

Kang Maman – Pasangan Idaman

Sedikit meluruskan saja tadi, seks atau jenis kelamin itu bersifat biologis dan terberi, sementara gender itu konstruksi sosial.

Dari kalimat Dery tersimpulkan: Selain cinta, apa lagi yang bisa dilahirkan oleh pencinta?

Diprotes sama teman-teman. Hasil survei, pernyataan Prilly, Rasya, Deddy Corbuzier, teman-teman yang lain, membuktikan: Cinta adalah kombinasi dari perhatian, komitmen, pengetahuan, tanggung jawab, rasa hormat, dan kepercayaan.

Dan Ronal menekankan, “Cinta itu bukan soal mata, tapi soal rasa.” Cinta itu urusan jiwa, bukan semata-mata DNA. Dan cinta itu terdiri dari satu jiwa yang berada dalam dua tubuh berbeda. [segmen 2]

***

Dua kata kunci, hidup bersama yang ideal itu kompromi dan pengorbanan. Give, bukan take (memberi, bukan menerima). Karenanya, katakan kepada pasangan hidupmu: “Hanya kepada orang baik sepertimulah aku tidak cemas menitipkan cinta yang buta ini. Dan di mana pun berada bersamamu, bagiku, di situlah rumah yang sebenar-benarnya. Karena cinta menaklukkan segalanya.” [segmen 4]

***

Ada tiga poin di segmen terakhir. [1] Cinta tidak mencari seseorang untuk hidup bersama, tetapi menemukan dia yang membuatmu tak bisa hidup tanpanya.

Yang kedua, jangan pernah simpan pasanganmu dalam hati, karena hati itu suka bolak-balik sifatnya. Simpanlah dalam doa, karena doa tercatat di langit selamanya.

Dan terakhir, adakah pasangan yang sempurna? Semua menjawab: “Tak ada yang sempurna dalam hidup dan cinta, tapi tidak perlu sempurna untuk bisa menikmati hidup dan cinta. (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 08 Oktober 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 8 Oktober 2016 (Transportasi Massal vs Kendaraan Pribadi)

Kang Maman – Transportasi Massal vs Kendaraan Pribadi

Kalau dalam 1 km dengan lebar 10 meter, bisa menampung kendaraan pribadi itu 952 berderet. Kalau setengahnya berisi dua orang, dan setengahnya lagi berisi lima orang, akan ada 3.332 orang terpindahkan dalam satu kilo.

Bandingkan kalau bus kota. Kalau bus kota dideret yang panjangnya enam meter, itu bisa menampung 498 bus kota. Kalau setengahnya terisi 20, setengahnya terisi 40, akan ada 14.940 orang yang terpindahkan dalam satu kilometer. Artinya satu: Kalau kita semua menggunakan angkutan kota, orang yang terpindahkan lebih banyak 4,48 kali lipat.

Jadi, apakah dan siapakah penyebab macet? Kita tunggu di segmen berikutnya. [segmen 2]

***

Kuncinya, kalau membaca tadi: Mari hilangkan dikotomi, dan ubah “mitos” Malthus, bahwa di satu sisi, transportasi pribadi lebih nyaman, ada privasi, bisa berhenti sekehendak hati, dan lebih cepat sampai tujuan; sementara di sisi lain, transportasi umum tidak nyaman, tidak tepat waktu, kurang aman, tidak ada privasi, dan “hanya” punya satu kelebihan: lebih murah.

Harapan teman-teman tadi, mari jadikan transportasi umum nyaman, aman, jauh dari gangguan peleceh seksual dan pelaku kejahatan, juga tepat waktu, maka orang akan berpindah ke transportasi umum.

Dengan demikian, kata Ronal, jika transportasi umum terbenahi, tidak ada alasan untuk tidak menggunakan kendaraan umum. [segmen 4]

***

Penyumbang kemacetan, tegas Cak Lontong: mental. Karenanya, kepada pemangku kepentingan (stakeholder) transportasi massal, dituntut untuk mengubah mental menjadi lebih bijak dan bajik dalam mengelola transportasi publik agar menjadi semakin lebih nyaman, aman, dan tepat waktu.

Dan pada dasarnya, semua manusia sedang melakukan perjalanan menuju pulang. Digulung waktu detik demi menit, jam, hari, bulan, dan tahun, dunia makin kita tinggalkan dan liang kubur makin kita dekati. Dan karena esok tak ada jaminan menjadi bagian diri, bekali hidup dengan dua hal yang sama: kebajikan dan kebijakan.

Apa pun pilihanmu, menggunakan transportasi publik atau pribadi, bajik, bijak, disiplin, dan tertiblah berkendara. (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 02 Oktober 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 2 Oktober 2016 (Mistis vs Logis)

Kang Maman – Mistis vs Logis

Tadi kata Mas Jarwo bilang, setiap negara atau suku mengenal hal-hal yang berbau magis dan mistis. Ini mengingatkan saya bahwa ada mata kuliah etnologi di antropologi, etnografi kejahatan di kriminologi. Jadi, artinya, yang magis, yang mistis pun dipelajari dan dikaji secara logis (secara keilmuan). Dua-duanya ada.

Secara pribadi saya pernah merasakan. Ayah saya masuk di klinik, di rumah sakit—di tempatnya Kang Ronal—di Cimahi, Rumah Sakit Dustira. Ayah saya seminggu kaki kanannya dagingnnya hancur jatuh-jatuh dan bercampur dengan pecahan beling dan merica, sehingga ibu saya kalau membersihkan tangannya luka. Seminggu kemudian tumbuh lagi, begitu seterusnya, sampai kemudian dokter bilang, “Minta bantuan paranormal.” Artinya, dokter yang logis pun bisa meminta bantuan paranormal untuk hal-hal tertentu.

Jadi, kita bisa lihat bahwa yang logis, yang klinik, adalah niscaya; yang mistik dan klenik pun keniscayaan; keduanya bisa menipu jika disalahgunakan—apalagi kalau sosoknya sudah menuhankan diri.

Jadi, kata Adi tadi, “Jauhi keburukan, jauhi penyimpangan!” [segmen 2]

***

Teringat kembali asal kata ‘mistik’ dari bahasa Yunani ‘mystikos’ yang artinya: rahasia, serbarahasia, tersembunyi, gelap, terselubung dalam kekelaman. Seperti sosok Surti-nya Sarwi (Sarah Wijayanto), hanya dilihat dan dikenal oleh orang-orang tertentu. Materinya abstrak, tidak logis, di luar penalaran orang. Sebagian orang melihat, sebagian tidak. Sekarang dia misalnya duduk di sampingnya Bopak.

Tapi ingat, yang dulu tidak logis bisa jadi logis. Contohnya, manusia, dulu digambarkan tidak mungkin dan tidak logis kalau dia bisa terbang sehingga didongengkan. Kenyataannya, dengan kemampuan teknologi, manusia sekarang bisa benar-benar terbang.

Jadi, artinya, di muka bumi ini tidak ada yang absolut. Semuanya relatif. Dalam ilmu disebut sebagai relativisme budaya. [segmen 4]

***

Ada kata-kata mistis dan magis dari seorang mistikus, Jalaluddin Rumi, yang merupakan paduan logis dan mistis: “Kekuatan dahsyat terletak dalam kelemah-lembutan hati kita. Temukan rasa manis dalam hatimu sendiri, nanti kau 'kan temukan rasa manis di semua hati.”

Menghadapi dunia jangan cuma pakai logika, tapi juga pakai rasa dan pakai hati. Namun terhadap hal yang bersifat mistis, juga yang logis sekalipun, agar kamu tak tertipu, ingat nasihat Rasul, “Ada dua perkara yang membinasakan: cinta yang berlebihan dan benci yang penuh dengkian.”

Terakhir:
Logika bisa saja kalah oleh hal-hal mistis. Buktinya, akal (logika) tak akan berdaya dan pasti bersujud di hadapan cinta yang sifatnya magis.

Jadi, kata Rumi, “Biarkan dirimu diam-diam dihela oleh tarikan ajaib apa yang benar-benar kaucintai.” Dan kalau benar-benar mencintaimu, dia takkan menyesatkanmu. Kalau sampai tersesat dan disesatkan, itu namanya guru spiritual palsu. (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 01 Oktober 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 1 Oktober 2016 (Film dan Sinetron Dulu dan Sekarang)

Kang Maman – Film dan Sinetron Dulu dan Sekarang

Saya coba menyimpulkan. Film, kata Walter Benjamin, adalah sesuatu yang menggambarkan peleburan antara seni dan teknologi. Di Indonesia, film layar lebar pertama yang melibatkan aktor Indonesia adalah Loetoeng Kasaroeng [EYD: Lutung Kasarung] tahun 1926. Menyusul Eulis Atjih [EYD: Eulis Acih] setahun kemudian, Lily van Java, Resia Boroboedoer [EYD: Rahasia Borobudur], Setangan Berloemoer Darah [EYD: Setangan Berlumur Darah], dan—yang paling terkenal—Njai Dasima [EYD: Nyai Dasima].

Kritik Desy (introspeksi Desy) sebagai orang film, sama dengan kritik sejumlah kritikus. Karena terkena hukum industri, diproduksi secepat mungkin berdasarkan rating dan sharing semata, terasa sangat superficial, hanya di permukaan tanpa kedalaman. Cangkang dan wadah lebih didewakan daripada isi. Tubuh lebih dominan di-make up daripada rasio. Ini yang menyebabkan teman-teman tadi mengatakan rindu me-remake film lama yang sangat dalam isinya, seperti kata Ronal tadi: November 1828, Ibunda, Carok, Suci Sang Primadona; atau juga mungkin sinetron: Salah Asuhan – Gusti Randa-Novia Kolopaking, Sengsara Membawa Nikmat – Desy Ratnasari-Sandy Nayoan, Tuanku Tambusai – Ucok Sumbara, atau Pengemis dan Tukang Becak – Neno Warisman.

Jadi, remake adalah keniscayaan, asal jangan lupa dualisme klasik Aristoteles: Jangan cuma mengutamakan format atau bentuk, tapi juga peduli pada materi, isi, dan esensi. [segmen 2]

***

20 Oktober 1930, muncul pertama kali di Chicago, Amerika Serikat, serial berjudul Painted Dreams. Iklannya didominasi oleh iklan sabun dan detergen. Karena itu disebut “soap opera” atau “opera sabun”, yang di Amerika Latin disebut telenovela, dan di Indonesia pertama kali disebut oleh Soemardjono, salah satu pendiri IKJ [Institut Kesenian Jakarta], sebagai sinema elektronik (sinetron).

Opera sabun di mana-mana di seluruh dunia bisa bertahan lama dan beribu-ribu episode, seperti Tukang Bubur [Naik Haji] lebih dari 1.300, Tersanjung tujuh musim (259 episode). Dan lagi-lagi teman tadi seperti merindukan drama seri lama, misalnya: Keluarga Marlia Hardi, ACI [Aku Cinta Indonesia], Losmen, Sayekti [dan] Hanafi, Rumah Masa Depan, Si Doel [Anak Sekolahan], Keluarga Cemara, untuk membuktikan siapa bilang kualitas tidak menjual?

Pesannya satu:
“Kalau cinta keluarga, beri tayangan yang sehat,” kata Desy, karena seperti lagu Keluarga Cemara: Harta yang paling berharga adalah keluarga. Jangan racuni anak dengan tayangan tak bermutu! [segmen 4]

***

“Tampar, Mas! Tampar aku, Mas! Tampar!” Dan nama Adam Jordan tak ada meski dia main di Tersanjung dan Janjiku. Memang betul, dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah.

Jadi, mari bermain drama yang bermutu dalam kisah fiksi, drama, sinetron, atau film layar lebar. Karena bermain drama di dunia fiksi berpeluang mendapatkan penghargaan dan apresiasi. Jangan bermain drama di kisah nonfiksi. Karena siapa yang suka bermain drama, akan menuai karma.

Terakhir:
Ayo terus dukung film dan sinetron Indonesia yang sehat dan berkualitas! (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter