Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Selasa, 26 April 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 26 April 2016 (Duta tapi Dusta)

Kang Maman Duta tapi Dusta

Kita tersinggung karena merasa dasar negara kita sekaligus pandangan hidup, pedoman hidup, jiwa bangsa, kepribadian bangsa, cita-cita bangsa, dan sumber hukum kita (Pancasila) telah dihinakan. Bagus, itu adalah sebuah ketersinggungan yang bagus.

Pertanyaan selanjutnya, apakah kita sendiri tidak pernah menjadi bagian dari orang-orang yang pernah dan sedang ikut mengoyak nilai-nilai Pancasila? Bukannya merajut, malah merusak kebinekaan, misalnya.

Bukannya mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, tapi malah mengedepankan keuangan yang maha kuasa.

Bukannya mengamalkan kemanusiaan yang adil dan beradab, tapi terus melakukan korupsi secara merata dan biadab.

Bukannya menjunjung tinggi persatuan Indonesia, tapi malah persatuan dan persekongkolan mafia hukum di Indonesia.

Bukannya mewujudkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, melainkan kekuasaan yang dipimpin oleh nafsu ketidakbijakan dalam persekongkolan dan kepura-puraan.

Dan bukannya berupaya mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tapi semata kenyamanan sosial bagi seluruh anggota keluarga (keluarga pejabat atau wakil rakyat semata).

Zaskia Gotik seperti mengentak kita untuk kembali kepada Pancasila secara utuh dan bulat. Bukan sekadar menghafal sila-silanya, tapi mengamalkannya.

Dan di sisi lain, teman-teman tadi menyinggung, menjadi duta itu sebuah kehormatan dan sekaligus sebuah tanggung jawab. Jangan asal pilih dan asal terima kalau tidak ingin kehilangan kehormatan dan kelak dituntut pertanggungjawabannya.

Terakhir, kalau mengaku Pancasilais, ingat: Tidak bhinneka bukan Indonesia! (Maman Suherman)
Share:

Senin, 25 April 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 25 April 2016 (Berlindung di Balik Bintang)

Kang Maman Berlindung di Balik Bintang

Enam panelis rupanya sepakat mengingatkan: Apa iya pelajar SMA di Medan itu melakukannya seorang diri dan teramat layak untuk di-bully sedemikian hingga hebatnya di berbagai media? Bukankah hampir semua di antara kita juga kerap melakukannya diam-diam bahkan secara terang-terangan; berlindung di balik nama besar jabatan orang tua, kerabat, warna jaket, sampai stiker yang kita tempelkan di kendaraan untuk membuat gentar dan menakut-nakuti aparat dan orang lain? 

Kesalahan memang tak boleh dibiarkan, tetapi lebih dari itu mari berintrospeksi. Bukankah mengaku-ngakunya pelajar di Medan itu semata mengimitasi (menjiplak) kelakuan kita (para orang tua) yang kerap memberi contoh mengaku-ngaku untuk mendapatkan berbagai kemudahan dan menghindari sanksi atas kesalahan yang diperbuat.

Terlepas dari itu, mari menyadari, kita sebenarnya semuanya adalah bintang jika bisa menerangi sekeliling. Teruslah menjadi bintang, jangan mau berlindung di balik bintang karena itu berarti kamu bukan lagi seorang bintang.

Dan senjata terindah itu bukan mengaku besar seraya mengecilkan orang lain. Senjata terindah adalah: Mengalahlah hingga tak seorang pun bisa mengalahkanmu, merendahlah hingga tak seorang pun mampu merendahkanmu.

Daripada mendongak angkuh menatap silau matahari, lebih baik bersujud, karena itu cara terindah berbisik rapat ke arah bumi tetapi didengar oleh penghuni langit. (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 19 April 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 19 April 2016 (Berdua Lebih Baik)

Kang Maman Berdua Lebih Baik

Cinta itu dibangun oleh dua pilar yang setara, aku dan kamu menjadi kita tanpa mematikan aku dan juga kamu. Jika hanya memanjakan ego masing-masing, bisa jadi karena sama-sama lEGOwo, dalam arti, “Apa yang Apa boleh buat, dapatnya cuma segini.” Atau seperti kata Ronal, sama-sama bEGO atau pura-pura bEGO, yang penting terlihat berdua. Seolah berdua, meski menyakitkan, lebih baik daripada sendiri tapi bahagia. Padahal, apa arti bersama kalau tidak bekerja sama? Apa arti cuma jadi teman tidur tapi tidak jadi teman hidup?

Masih ingat lirik “persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu?”

Ini mengingatkan bahwa kebersamaan, persahabatan, mampu mengubah sesuatu yang menakutkan, bikin geli, dan takut untuk disentuh (ulat) menjadi sesuatu yang indah, menerbangkan asa ke cakrawala yang luas bak kupu-kupu yang terbang indah.

Kebersamaan, bekerja sama, adalah sebentuk perhatian Tuhan yang tak mau melihat kita menjalani hidup seorang diri.

Cinta itu keikhlasan menanggung kesulitan, tak meninggalkan saat dirundung dera cobaan. Saling menguatkan dalam kebersamaan, tak saling meninggalkan dalam kelemahan dan kesendirian.

Terakhir:

Jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air, angkat dan tolonglah. Barangkali itu jadi penyebab ampunan bagimu di akhirat.

Jika kau jumpai batu kecil di jalan yang bisa mengganggu jalan sesamamu, singkirkan. Barangkali itu bisa jadi penyebab dipermudahnya jalanmu menuju surga.

Jika engkau jumpai anak ayam terpisah dari induknya, ambil dan susulkan ia dengan induknya. Semoga ia menjadi penyebab Allah mengumpulkan dirimu dan keluargamu di surga kelak.

Jika engkau bukan seorang yang banyak menguasai ilmu agama, setidaknya ajarkanlah alif ba ta kepada anak-anakmu. Setidaknya itu bisa menjadi amal jariah untukmu yang tak akan terputus pahalanya meski engkau berada di alam kuburmu.

Dan jika engkau menemui seseorang yang engkau cintai, halalkan dengan tekad dan akad. Tinggalkan saja jika cuma bermodal nekat, mawar atau cokelat.

Dan jika engkau telah halalkan, bekerja samalah, tolong-menolonglah, karena keringatmu akan menjadi samudra yang membawa laju perahumu ke depan pintu surga.

Satu hati, bersama mengikat cinta, bekerja sama menjemput surga. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 18 April 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 18 April 2016 (Uangku Uangmu)

Kang Maman Uangku Uangmu

Kunci utama diskusi hari ini: Kelola keuangan rumah tanggamu dengan memahami seluruh aspeknya, yakni pendapatan harus lebih dari apa yang dibutuhkan.

Dan yang dibutuhkan itu, seperti kata Safir Senduk, terdiri dari empat pos dan harus dihitung dengan teliti. Satu, cicilan utang. Dua, tabungan dan investasi (ini wajib dan mutlak berapa pun penghasilan kita), seperti yang dikatakan Carlos Slim—salah seorang terkaya di dunia dengan harta 1.034 triliun, “Menabunglah sejak penghasilan dan gaji pertamamu.” Ketiga, premi dan asuransi. Dan yang terakhir, yang paling bisa disesuaikan dengan penghasilan adalah biaya hidup.

Mungkinkah kita bisa salah dalam mengelola? “Ya dan pasti,” kata orang terkaya di dunia, Bill Gates. Dan solusinya bukan dengan bercerai. “Semua orang pasti melakukan kesalahan dalam mengelola uang. Tapi akhirnya yang mencapai kesuksesan finansial adalah orang yang tidak hanya membuat kesalahan tetapi mereka yang belajar dari kesalahan.” Kata Bill Gates yang hartanya mencapai 1.054 triliun.

Dan padukan hal ini dengan apa yang dikatakan Warren Buffet yang hartanya 870 triliun, dan Li Ka-shing, salah seorang terkaya di Asia yang punya uang 408 triliun, “Hiduplah dengan rendah hati dan sederhana, beli yang dibutuhkan bukan yang diinginkan.” Buffet, contohnya, meski punya harta 870 triliun, tetap tinggal di rumah yang dibelinya tahun '58 dengan hanya USD 31.500, dan hanya punya 5 rumah 5 kamar tidur yang sederhana.

Jadi, kata kuncinya ternyata sederhana, yakni: hidup sederhana.

Apa ukuran sederhana itu? Tekan keinginan seminimal mungkin dan pengeluaran untuk kebutuhan harus tetap lebih rendah dari penghasilan.

Satu terakhir disinggung Kang Denny:
“Kartu kredit bukan penghasilan tambahan tapi utang yang harus dipertanggungjawabkan.” (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 12 April 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 12 April 2016 (Indonesia Lawak Kekinian)

Kang Maman Indonesia Lawak Kekinian

Teman-teman di sini tak ada yang berniat mengadili Marshanda. Seperti dikatakan Kang Denny tadi, karena kita sendiri tidak tahu penyebab sebenarnya dan itu pun urusan keluarga mereka. Karenanya, berkaitan dengan bapak, dengan lelaki yang terbicarakan, lebih bersifat umum dan ada tiga poin.

Pertama, jika lelaki itu mantan pasangan atau mantan suami, jadikan sebagai kenangan akan kebaikan-kebaikan, bukan sebagai genangan air mata penuh luka, kedukaan, dan kebencian.

Jika ia seorang bapak, betul kata teman-teman, bapak adalah pahlawan pertama bagi anak laki-lakinya dan cinta pertama bagi anak perempuannya. Jadi teringat nasihat seorang ibu bahwa tangisan bapak mungkin tak pernah kaudengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu berlindung di lengan dan dadanya ketika kau merasa tak nyaman. Dan ketahuilah, cinta bapak kepadamu sama besarnya dengan cinta ibu. Jadi, anakku, di diri bapakmu juga terdapat ridho dan surga bagimu.

Dan jika lelaki itu suami, teringat testimoni seorang istri mengenai kehidupan berumah tangganya yang bisa mencapai perkawinan perak, 25 tahun; 

“Apa karena suami ibu begitu sempurna?” 

“Sebaliknya, ia banyak kekurangannya.” 

“Banyak kekurangan?”

“Iya, banyak. Sebanyak bintang di langit, tidak sanggup saya menghitung semuanya.” 

“Apakah kebaikan suami ibu juga banyak sekali?” 

“Justru sedikit. Sedikit sekali bagaikan matahari di langit.” 

“Terus mengapa ibu bisa hidup bersamanya dan lebih dari seperempat abad dan tetap menyayangi suami ibu?” 

Kata sang istri, “Karena begitu matahari terbit, semua bintang di langit jadi tidak kelihatan.”

***

Kesimpulannya:
Jika Anda wakil rakyat di DPR yang menjalankan fungsi anggaran, pejabat di pemerintahan yang mengeksekusi kebijakan, atau rakyat biasa sekalipun, bapak, ibu, atau anak, jadilah matahari yang menerangi, bukan yang membuat rugi, memerangi, apalagi menyakiti.

Menerangi orang lain membuatmu ikut mendapatkan terang itu sendiri. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 11 April 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 11 April 2016 (Pasukan Orange, “Pasukan Elit” Jakarta)

Kang Maman Pasukan Oranye, “Pasukan Elite” Jakarta

Kebersihan itu sebagian dari iman. Betul?

Mari kita cek iman orang Jakarta dan Indonesia.

Setiap hari, satu orang warga Jakarta memproduksi ½ kg sampah. Atau, seluruh penduduk DKI setiap hari memproduksi 6.000 ton sampah. Dan dalam setahun, penduduk Indonesia menghasilkan lebih dari 86 juta m3 atau setara dengan lebih dari 86 miliar liter sampah dengan berat 77 juta ton, yang sama dan setara dengan 20 kali 22 kali lebih berat dari berat keseluruhan candi Borobudur.

Dan ujung tombak dari pengelolaan dan penanganan sampah itu adalah petugas kebersihan—yang di Jakarta adalah pasukan oranye, yang memungut dan mengumpulkan sampah untuk dibawa ke tempat pembuangan sementara; tempat di mana sampah diseleksi, mana yang masih memiliki nilai manfaat dan nilai ekonomis, dan yang tidak bermanfaat kemudian dibawa ke tempat pembuangan akhir sampah. Jadi, salut buat pasukan oranye dan para petugas kebersihan di negeri ini.

Teringat satu puisi Potret Tukang Sampah dari Eka Budianta;

Dengan perut lapar dan harapan kosong
Aku menelanmu, Jakarta
Kukunyah-kunyah sebuah mikrolet tua
Onggokan sampah telah jadi menu utamaku
Roda gerobak adalah sendok dan garpu

Tuhan, jangan beri aku uang
Baunya lebih kecut ketimbang sampahku
Mendingan di bayang-bayang pohon mangga
Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu
Untukmu, Jakarta
Untuk pengemudi bajaj, penyalur genteng
Dan pedagang kaki lima 

“Uang,” katanya, “baunya lebih kecut dari sampah.” Itu sekaligus penutup notulen kita hari ini bahwa pasukan oranye sungguh jauh lebih hebat dan jauh lebih wangi daripada sosok-sosok “yang mulia” yang menilap dan mengecutkan uang rakyat dan karenanya menggunakan rompi oranye KPK.

Terakhir, kalau kebersihan adalah sebagian dari iman, kalau kamu mengaku beriman, kok masih buang sampah sembarangan? (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 05 April 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 5 April 2016 (Pilih Aku atau Mereka)

Kang Maman Pilih Aku atau Mereka?

Pilih pasangan itu yang pas. Jika tidak ada kata ‘pas’ hanya akan menyisakan ‘angan.’ Kalau cuma angan, seperti kata Sri Rahayu, “Kita pasti akan lebih memilih keluarga, sahabat, hobi, atau karier.” 

Tapi bagaimana jika pas? Teringat curhatan seorang perempuan yang mewakili dua perempuan yang ada di sini;

***

Jangan jadikan aku istrimu jika nanti hanya dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain.

Jangan jadikan aku istrimu jika nanti kita tidak bisa berbagi suka dan duka dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu, meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku, semata kepadamu aku ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman tidurmu yang tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat.

Jangan jadikan aku istrimu jika nanti dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan untuk menceraikanku. Kamu kan tahu betul kita memang berbeda dan bukan persamaan yang menyatukan kita, tetapi komitmen untuk hidup bersama sebagai keluarga.

Jangan jadikan aku istrimu jika nanti kamu memilih tamparan dan kata-kata kasar untuk memperingatkan kesalahanku. Sedang aku tidak tuli dan masih bisa merasa mendengar kata-katamu yang lembut tapi berwibawa.

Jangan pilih aku sebagai istrimu jika nanti setelah seharian bekerja kamu tidak segera pulang dan lebih memilih untuk berkumpul dengan temanmu atau asyik dengan hobimu. Sedang seharian aku sudah begitu lelah dengan semua pekerjaan di rumah.

Anak dan rumah bukan hanya kewajiban seorang istri, karena kamu menikahiku bukan untuk jadi pembantu, tapi pendamping hidupmu—partner dalam membangun keluarga.

Tetapi, jadikan aku sebagai istrimu jika kelak kamu tetap mencintai ibumu, ayahmu, dan keluargamu—karena aku pun akan menjadi bagian dari keluargamu. Mencintai keluargamu adalah juga mencintaiku sepenuh jiwa.

***

Dan kata kunci yang harus diingat:
Seperti apa pun sempurnanya pasangan kita, pasti dia tidak akan pernah menyempurnakan keinginan kita kalau kita tidak pernah bersyukur.

Dan ketika terpaksa disuruh memilih pasangan atau keluarga, maka jadilah hujan yang menumbuhkan bunga-bunga, bukan melahirkan petir yang memekakkan telinga. Jika bunga-bunga itu tumbuh bersama, ia tak pernah saling menjelekkan, tapi bersama memperindah kehidupan. Begitu keluarga dan pasangan.

“Cinta dan pengorbanan,” kata Ronal, “mampu menyingkirkan semua batu sandungan.” (Maman Suherman)
Share:

Senin, 04 April 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 4 April 2016 (Seakrab Kopi, Sehangat Teh)

Kang Maman Seakrab Kopi, Sehangat Teh

Malam ini membuktikan, teh dan kopi bukan semata minuman, melainkan karya seni dan penuh ritual saat menyeduh, menghidu, dan mencecapnya.

Teh hanya tiga huruf, namun mampu menenangkan jiwa dan menghangatkan raga di sela nasgitel-nya (panas, legit, kentel) dan ribuan variannya yang begitu menggoda. Teh tak hanya kuasa suguhkan rasa tawar, tapi juga manis dan bisa dipadu dengan apa pun untuk memanjakan indra cecap dan rasa. Dan itu bak warna-warni kehidupan; kadang tawar, kadang manis, kadang bercampur baur mengaduk jiwa dengan beragam rasa. Ada masam yang tercecap saat menikmati lemon tea; rasa segar saat menghirup fruit tea; hangat bak pelukan kekasih saat meminum ginger tea; dan ada gairah penuh pesona saat menikmati milk tea (teh susu). Sungguh menggairahkan.

Sementara kopi, hanya lebih satu huruf dari teh. Sesempurna apa pun kopi yang engkau seduh, tetaplah kopi yang menyimpan sisi pahit yang tak mungkin kau ingkari adanya. Kopi itu sungguh teramat jujur, ia tak suka tampil manis, apalagi berpura-pura manis. Begitulah kopi yang meninggalkan pelajaran indah. Masihkah kau takut dengan pahitnya hidup, dengan pahitnya cinta? Bukankah kopi sempurna justru karena rasa pahitnya? Demikian pula cinta.

Kopi, teh, adalah selarik puisi yang bisa kau sesap, kau seruput, seduh, dan hidu menemani di setiap waktu. Di saat terbitnya mentari pagi, di kala teriknya siang yang menyengat, di semburat jingga senja jelang malam, dan di dingin yang menggigilkan jiwa tengah malam.

Sesaplah teh dan kopi dengan sepenuh hati, karena hidup—ditemani secangkir teh atau kopi, saat sendiri atau di kala berdampingan—tetap penuh arti.

Teh, kopi, seperti kekasih. Ia bagai tanda titik. Bersamanya engkau tak akan engkau akan berhenti mengingat yang lain. (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter