Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Selasa, 26 Mei 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 26 Mei 2015 (Di Balik Sebuah Lagu)

Kang Maman Di Balik Sebuah Lagu

Setiap tarikan napas, setiap langkah, punya cerita dan jejaknya sendiri-sendiri. Ada yang terlewatkan, ada yang mengabadikannya dalam lirik-lirik puitis; kisah sendu, rindu terbelenggu, suara hati yang bersatu padu, begitulah cerita di balik lirik lagu.

Kalau 3 komposer satukan lagu-lagunya tadi, 5 lagu tadi yang kita bahas juga bisa kita satukan liriknya. Kira-kira seperti ini:

“Bersabarlah sayang, aku akan pulang
jangan dengarkan gosip murahan tentang aku
karena bisa bikin pusing 'pala barbie

Jika kau tega permainkan cintaku,
kau sadis mengkhinatinya
sakitnya tuh di sini

Kalau selimut tetangga
lebih mampu hangatkan tubuh pacarku
sakitnya tuh di sini, pusing 'pala barbie

Sungguh aneh tapi nyata
kisah kasih di balik selimut tetangga
bikin pusing 'pala barbie

Malu aku malu pada semut merah
karena cuma bisa bikin pusing 'pala barbie

Dan dia Isabella
tapi cuma lambang cinta yang lara
terpisah karena adat yang berbeda
Cinta gugur bersama daun-daun kekeringan
itu juga bikin pusing 'pala barbie”

Tapi hai Barbie, ingat, jauh lebih pusing dan kliyengan kalau dengerin lagu jiplakan. Karenanya, jadilah kreator, bukan plagiator! (Maman Suherman)
Share:

Senin, 25 Mei 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 25 Mei 2015 (Maaf, Ini Privacy)

Kang Maman Maaf, Ini Privasi

Privasi adalah hak untuk dibiarkan, atau hak untuk mengontrol publikasi yang tidak diinginkan tentang urusan personal seseorang.

Manusia—di mana pun berada—memiliki ‘right to privacy’ sebagai ‘right to be let alone’. Atau secara sederhana: hak untuk tidak diusik dalam kehidupan pribadi.

Ini perlu menjadi perhatian karena di masyarakat telah terjadi salah kaprah, yang meyakini bahwa: Seorang publik figur dengan sendirinya tidak memiliki privasi. Masyarakat, bahkan publik figur itu sendiri selalu mengatakan, “Sudah menjadi risiko bagi kami untuk tidak memiliki privasi.” Pandangan ini sangat tidak benar karena semua orang (termasuk figur publik) punya privasi sebagai hak untuk menyangkut diri dia (diri personal). Bila menyangkut urusan publik, barulah seorang figur publik tidak bisa menghindar dari upaya publikasi, sebagai bagian dari transparansi tanggung jawab. Bahkan di Amerika sendiri, setiap orang yang merasa privasinya dilanggar, memiliki hak untuk mengajukan gugatan yang dikenal sebagai ‘Privacy Tort’.

Lalu bagaimana kalau orang itu sendiri yang membocorkan dan mengumbar rahasianya?

Semoga yang bersangkutan tahu dengan petitih sederhana ini bahwa: Siapa menabur angin, akan menuai badai.

Rasa malu mengumbar tidak datang, kecuali untuk membawa kebaikan. Bahasa Cak Lontong, “Jaga privasi, jangan jajakan privasi.”

Dan dalam kehidupan cinta, kebersamaan, bahkan pernikahan:

Nikah, adalah menyatukan aku dan kamu menjadi kita, tanpa mematikan aku dan juga tidak mematikan kamu.

Dan terakhir, ingat ajaran baik ini:

Rahasiakanlah amalan baikmu, sebagaimana kamu rahasiakan dosa-dosamu. (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 19 Mei 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 19 Mei 2015 (Bahaya Curhat)

Kang Maman Bahaya Curhat

Jika ada yang curhat padamu, tuluslah, jangan hanya modus. Terhadap orang yang curhat kepada kita, seperti yang didalilkan Dalai Lama, “Berikan sayap agar dia bisa terbang, berikan akar agar bisa kembali pulang, dan berikan alasan agar bisa tetap bertahan.”

Berikan apa yang diperlukan, atau diam dan dengarkan. Kalau tak bisa menolong, jangan menambah sakit hatinya.

Sementara untuk yang curhat, betul, curhat bermanfaat asal tidak salah tempat, pilih orang yang tepat agar masalah tidak bertambah gawat—disingkat oleh Cak Lontong tadi dengan: WAT.

Dan, orang bijak (bahkan) berkata, “Jangan pernah meminta Tuhan memindahkan gunung, tapi mintalah kekuatan supaya kita bisa mendaki gunung itu.”

Curahan hati jangan bikin mati hati, lalu mudah pindah ke lain hati. Dan terakhir, diingatkan oleh Okky tadi, manusia dianugerahi rasa iba. Umbarlah rasa iba, bukan umbar aib. Dan sebagai orang beragama, curhat[lah] kepada Sang Pemberi Rahmat agar kamu tidak sesat! (Maman Suherman)
Share:

Senin, 18 Mei 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 18 Mei 2015 (Koleksimu Koleksiku)

Kang Maman Koleksimu Koleksiku

Seperti orang menanam pohon mangga di halaman; tak hanya boleh siap mendapatkan buahnya, mendapatkan teduhnya, dan bonus suara burung yang hinggap di dahannya, tetapi juga bersiap kejatuhan daun-daun kering yang akan menyampah di bawahnya.

Demikian juga hobi mengoleksi sesuatu; kita tak cuma mendapatkan nikmat, senang, dan bangganya, atau bahkan nilai investasinya, tapi juga harus mengeluarkan uang dan tenaga serta perhatian khusus untuk mendapatkannya dan merawatnya dengan baik, atau benda itu akan kehilangan nilainya.

Dalam segala hal—tak cuma dalam mengoleksi sesuatu—ini persis seperti apa yang dikatakan almarhum Bob Sadino, “Hidup itu sederhana kok. Penuhi syarat-syaratnya, ambil hasilnya, tapi harus terima konsekuensinya.”

Terakhir, asal jangan mengoleksi masalah, mengoleksi berbagai hal sah-sah saja, demi kesenangan, pelepas stres, bahkan untuk investasi duniawi. Tapi, alangkah indahnya bila dilengkapi dengan mengoleksi kebaikan, untuk investasi di akhirat kelak. Karena, koleksi yang baik, akan berbuah kebaikan. (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 12 Mei 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 12 Mei 2015 (Berpisah atau Bertahan)

Kang Maman Berpisah atau Bertahan

Perkawinan bahagia dan abadi itu dibangun oleh dua orang baik yang pemaaf. Dan perceraian, juga digoreskan oleh dua orang baik, namun salah satu atau keduanya telah menutup pintu maaf karena kebahagiaan telah sirna meski sudah berusaha diperjuangkan.

Memang semestinya pasangan hidup menjadi tanda titik (.); berhenti. Saya berhenti mengingat dan mencintai siapa pun kecuali dia. (titik). Tetapi jika titik berubah menjadi koma, tidak berarti kita pun harus koma. Karena seperti kata Ronal, “Jika memang bersama tidak bahagia, maka di dalam ‘goodbye’ ada kata ‘good’. Jika bersama tidak bahagia, berpisah pilihan yang baik meski itu pilihan terakhir.” Dan bila titik jadi koma, jangan pernah menghina mantan karena itu sama saja dengan menghina selera kita, dan menista orang tua anak-anak kita.

“Menikah baik, berpisah mesti baik-baik,” kata Titi DJ. Cerai bukan tragedi di dalam pernikahan yang tidak bahagia. Bertahan dalam kepura-puraan dan ketidakbahagiaan, itulah tragedi yang sebenarnya.

Dan terakhir, di situasi apa pun, doa kita pasti sama: Tuhan, jangan pernah biarkan aku sendiri. (Maman Suherman)
Share:

Bokis

Oleh: Maman Suherman (@maman1965)

Atas nama MORAL, sejumlah lokalisasi “resmi” ditutup, “rata dengan tanah”. Sementara di depan mata, kita tetap dengan mudah mendapatkan layanan berahi di berbagai tempat, lokalisasi “tidak resmi” berselubung ragam nama. Tak cuma pramuseks lokal, tapi berbagai bangsa pun bisa dicicipi mulai dari Rp1,3 juta sampai Rp4-5 juta short time. Lalu kita semua tiba-tiba merasa aneh dan berubah jadi “suci”, pura-pura kaget saat prostitusi online diungkap. Plis deh ah...

Sejak sebelum era kebebasan media, pra 1998, daftar nama seleb yang disebut-sebut menjajakan diri sudah tersebar dalam bentuk fotokopian. Lebih banyak bohongnya, lebih banyak sensasinya, dan sengaja disebar untuk makin memunculkan rasa “ingin”.

Saat menjadi jurnalis media wanita, saya pernah menghubungi penyebar daftar nama itu, dan mereka meyakinkan diri semuanya memang bisa “dipake”. Tapi kalau kita menanyakan beberapa nama, jawabannya selalu ngeles, “Aduh dia lagi di-booking,” begitu seterusnya.... Lalu dia pun menawarkan sejumlah nama lain, yang katanya juga berstatus “artis”. Usut punya usut (sudah saya ungkap di buku saya: Bokis dan Bokis 2, juga di novel Re: terbitan @penerbitkpg) itu ada polanya. Jadi, sejumlah pramuseks sengaja disisipkan ke sinetron atau film layar lebar. Entah sebagai figuran asal lewat, atau dapat 1-2 scene, dialog. Mereka ditawarkan muncikari/germonya, tak perlu dibayar, bahkan yang meloloskannya dapat bonus tidur dengan pramuseks itu. Bagi mereka, yang penting “anak binaannya” muncul di layar kaca atau di layar lebar, lalu mereka edit gambar itu dan dikumpulkan.

Gambar-gambarnya itulah yang ditawarkan kepada pemelacur/konsumen sebagai bukti kalau “anak binaannya” adalah artis. Dan dengan demikian, harga penawaran pun menjadi naik berlipat-lipat ganda. Demikianlah pola yang berulang tetap hingga kini. Harga menjulang, dari Rp800.000, naik 1,5 juta, dan seorang narsum saya, minta Rp4 juta short time dengan alasan sudah muncul 5 kali di layar TV. Dan ketika “dikulik-kulik” kemunculannya bukan sebagai artis dengan A besar, ya figuran, juga bintang tamu reality show.... Lalu sekarang semua jadi merasa suci, pura-pura kaget seolah fenomena pelacuran online muncul dari langit, plisssss....

Setelah era kebebasan pers '99, media ditumpangi penumpang gelap. Sejumlah media di iklan mininya terang-terangan menawarkan jasa pelacuran. Di iklan mini itu lengkap dengan bentuk pelayanan yang ditawarkan, harga hingga nomor telepon pramuseksnya. Dan online telah menjadi “lokalisasi terbesar di dunia” tanpa sekat tanpa “batas wilayah”. Untuk naikkan harga pramuseks cukup diberi label: mahasiswa/mahasiswi, masih SMA, baru lepas perawan, jualan karena BU (Butuh Uang) semata. Jadi, bukan semata dikemas dalam status artis, bintang film, DJ atas segala profesi yang disoroti gemerlap lampu semata. Pertanyaan sederhana, mengapa “pasar syahwat” itu marak? Tentu ada penawaran karena ada permintaan.

Kalau rantai permintaannya tidak ikut diungkap, pemelacurnya/konsumennya diperlakukan beda dengan pramuseksnya, sama juga “bohong”. Saya malah berpendapat, kalau sekadar ingin cari sensasi dan “ledakan”, ungkap pelakunya lebih heboh dari sekadar ingin tahu siapa sebenarnya AA. Itu betul-betul seperti yang terungkap dalam puisi WS Rendra, Bersatulah Pelacur-Pelacur....

Ketika dahulu bekerja di rumah produksi/agensi dan ikut tender KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Kementerian, fenomena ini meraja. Permintaan dan penawaran pramuseks kerap mewarnai penawaran calon pemenang, dan kita memperhalusnya dengan istilah pelakunya: oknum. Jadi, jangan-jangan angka Rp80-200 juta sekali pelayanan itu, berasal dari uang rakyat, dari proyek tender.... Karenanya, saya berpendapat, akan jauh lebih sensasional kalau kita akhirnya tahu dan bisa diungkap siapa-siapa konsumen-konsumen mereka...

Saya jadi teringat seorang ibu yang menawarkan anak gadisnya kepada saya hanya agar bisa diselipkan dalam sinetron yang saya produksi juga di majalah saya. Ibu itu dengan dingin berujar, “Pak, saya tinggalkan anak saya, terserah mau diapain aja, asal dia diajak main di sinetron yang Bapak buat.” Dan ketika ibunya pergi, sang anak bercerita bahwa saya bukan orang pertama yang ditawarkan oleh ibunya. Siapa saja? Sejumlah nama orang-orang “baik” dan “suci” di mata masyarakat pun meluncur dari mulut gadis 15-an tahun itu...

Hipokritas kita sedang diuji lagi dengan pura-pura kaget mengetahui terungkapnya pelacuran online. Selamat hari Selasa, semoga makan siang nama-nama yang ada di gadget muncikari yang tertangkap itu tetap bisa lunch dengan nyaman.

Oh iya, sudahkah kita melacurkan diri dan profesi kita demi lembar-lemar rupiah bahkan dolar?

Ketika saya meluncurkan novel Re: yang berbasis kisah nyata, orang bertanya, itu kejadian tahun kapan? Saya jawab, 1987-1989.... Orang-orang pun kaget dan nanya lagi, tahun segitu sudah ada? Kenapa mereka kaget? Karena novel Re: saya angkat dari skripsi saya: Pola Pemerasan Dalam Kepelacuran Lesbian di Jakarta Pusat 1987-1989 dan saya turun lapangan 2 tahun.

2 tahun menyelinap dalam “sindikat” pelacuran, membuat saya bertemu banyak pelanggan dengan “nama besar”, orang “baik” dan “suci” di mata publik. Jadi kalau ada yang “cuci tangan” dengan fenomena ini.... Saya kadang-kadang cuma bisa membatin.... Cuma ingat 1 ajaran:

Rahasiakanlah amal-amal baikmu,
Sebagaimana
Kamu
Merahasiakan dosa-dosamu...

Terhadap para pramuseks, saya ingat twit sahabat saya, @wilsonsitorus : Kita tak ada di masa lalu mereka, tak layak menghakimi masa kini mereka. Kata Ebiet G. Ade, “Tengoklah ke dalam sebelum bicara, singkirkan debu yang masih melekat....”

Terima kasih sudah mau ditebarin sampah di timeline kalian.... Oh iya, Bokis itu juga bisa berarti: BOtaK tapI Seksi...

Wallahu alam..



* Diambil dari kultwit @maman1965 pada
Share:

Senin, 11 Mei 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 11 Mei 2015 (Kisah Cinta Cinderella)

Kang Maman Kisah Cinta Cinderella

Kalau pernikahan disibukkan oleh urusan pernik-pernik materi semata, maka itulah awal dari percik-percik perpecahan. Karena cinta itu bukan kata benda, tetapi kata hati. Dan cinta itu mungkin boleh tuli, mungkin boleh buta, tetapi tidak boleh dusta. Karena kalau di awal saja sudah dusta, di langkah selanjutnya akan selalu terbebani dusta yang tak berkesudahan.

Jadi, cinta itu jangan demi harta, yang bisa disingkat: cidera. Karena itu akan mencederai cinta yang tulus dan suci. Tetapi cinta harus seperti kata Pak Jarwo, “Cinderela (cinta dengan rela); cinta dengan ikhlas.”

Namun ada satu hal yang juga harus dipikirkan bahwa, memang indah menikah dengan orang yang dicinta, tetapi jauh lebih indah jika mencintai orang yang dinikahi. (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 05 Mei 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 5 Mei 2015 (Galau Karena Cinta)

Kang Maman Galau Karena Cinta

Cinta itu saling mengerti, bukan hanya mau dan minta dimengerti semata. Dan kata teman-teman tadi, “Cinta itu harus diUTARAkan, bukan cuma diiBARATkan semata.”

Dan dua orang yang bercinta, berada dalam posisi yang setara. Dan sebaiknya tidak mengenal kata ‘dimadu’, apalagi ‘diadu’, tetapi mesti ‘padu’.

Dan cinta itu panjang sabar dan bahasa kalbu, yang tidak cuma menggunakan logika, tapi juga menggunakan perasaan. Ada rasa yang menghidupkan asa.

Jika cuma mematikan asa; jika cuma membunuh harapan, maka itu bukan cinta lagi namanya, tetapi duka lara, derita, dan nestapa.

Dan terakhir, menurut teman-teman, “Bersama dalam ikatan suci lebih mendamaikan jiwa daripada sendiri dalam lilitan galau, resah, dan gelisah.” Dan supaya tidak galau, lebih baik saling mendoakan daripada saling menduakan. (Maman Suherman)
Share:

Senin, 04 Mei 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 4 Mei 2015 (Dunia Ge[mer]lap)

Kang Maman Dunia Ge(mer)lap

Kalau godaan kita simbolkan dalam wujud setan atau iblis, maka keduanya bisa bersimaharajalela di mana saja dan kapan saja—tak hanya di kala malam dan tak hanya di tempat dugem.

Poin kedua, dan jika kita tahu manusia memiliki kehendak bebas—memiliki kebebasan untuk memilih yang baik dan buruk—kita juga tentu tahu, yang berkehendak baik pasti lebih mendapat manfaat positif, menyamankan dan mendamaikan hati di mana pun berada, daripada yang berkehendak dan berperilaku buruk.

Poin ketiga: Jika kau cinta dirimu, tentu kamu tak ingin merusaknya; entah pagi, siang, malam, saat duduk bersimpuh, ataupun kala dugem. Dan jika kau cinta dirimu, di mana cinta menjadi raja, di sana kejahatan tidak menemukan rumahnya. 

Dan yang terakhir, dan orang yang terbaik dalam hal apa pun adalah orang yang tahu batas; yang tahu kapan mengawali dan kapan harus berhenti. Sekali lagi, orang yang tahu kapan stop, adalah orang yang top. Dan ingat, jangan jadikan hiburan sebagai jalan menuju sakit, dan jalan menuju liburan panjang di balik jeruji penjara! (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter