Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Jumat, 28 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 28 November 2014 (Kompak Mendidik Anak)

Kang Maman Kompak Mendidik Anak

Dari pembicaraan tadi, dan terutama dari Jarwo quotes, itu mengingatkan saya pada sepasang suami istri yang tiba-tiba murka begitu tiba di rumah, melihat mobil yang baru dibelinya penuh dengan goresan paku. Asisten rumah tangga dipanggil dengan hardikan, dan bertanya siapa pelakunya, dan sang asisten tidak tahu.

Tiba-tiba dari kamar sang asisten keluar anak kecil, Nina, belum lagi 5 tahun. “Nina yang buat gambar itu, Ayah. Cantik, kan?” sambil memeluk ayahnya, dan bermanja seperti biasa.

Si ayah bukannya senang, tapi malah hilang kesabaran dan amuk, lalu mengambil sebatang ranting dari pohon di halaman rumah, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti hanya bisa menangis kesakitan dan ketakutan.

Puas memukul telapak tangan, sang ayah memukul belakang tangan anaknya. Si ibu berdiam, seolah-olah kompak merestui dan puas dengan hukuman yang dikenakan.

Usai memukul, ayah dan ibu masuk ke kamar, dan meminta si mbok untuk menggendong si kecil ke kamarnya sebagai bentuk hukuman: Tidur di kamar asisten rumah tangga.

Sang mbok terperanjat melihat tangan Nina yang terluka dan langsung memandikannya. Dan anak itu cuma bisa menangis menahan pedih. Si ayah kemudian menyuruh sang mbok untuk cukup mengoleskannya dengan obat merah saja.

Ketakutan membuat anak selalu bersembunyi. Sampai empat hari kemudian, ayahnya yang bertugas ke luar kota kembali, dan menemukan anaknya dengan panas yang tinggi. “Kasih parasetamol saja,” kata sang Ayah. Tetapi karena selalu tidak pernah turun, ia pun dibawa ke klinik. Ternyata, oleh dokter, ia diminta dirawat dan divonis. Tidak ada pilihan, dan sakitnya terlalu parah: infeksi akut; sudah bernanah dan demi selamatkan nyawanya, kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah.

Kedua orang tuanya tersekat. Dalam sakitnya, sang anak cuma berujar, “Ayah, Ibu, Nina tak akan melakukan lagi. Nina tak mau Ayah pukul lagi, tak mau jahat lagi. Nina sayang Ayah, sayang Ibu, dan Mbok Siti. Kembalikan tangan Nina, dan Nina tak akan lagi merusak mobil Ayah.”

Hancur hati sang ibu, penyesalan sudah terlambat.

***

Anak adalah karunia terindah dari-Nya. Ia tak cuma butuh kehadiran fisik ayah dan ibu, tapi merindukan kehadiran cinta dan hati ibu bapaknya.

Jadi, Bapak/Ibu, kompaklah mendidik anak; tidak cuma dalam membiayai, dan seperti kata Pak Jarwo, “Tidak cuma butuh kehadiran fisik,” tapi berikan utuh kasih dan cintamu agar kelak tak menyesalinya. Karena, anugerah anak, melebihi harta-harta yang lainnya.

Jadi, malam ini, berjingkatlah ke kamar tidur buah hatimu, lantunkan doa dan kecup keningnya, dan kamu akan dapatkan surga yang terindah: Senyum manis si kecil dalam tidurnya. (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 27 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 27 November 2014 (Timnas, Koruptor, Pencurian Ikan, Stres, dan Jualan Tuyul)

Kang Maman Timnas, Koruptor, Pencurian Ikan, Stres dan, Jualan Tuyul

Lucu juga kalau kita menggabung kelima tema hari ini. Misalnya: Karena sepak bola karut-marut, pencurian ikan masih merajalela, artis kerap dikaitkan dengan koruptor, masyarakat pun jadi stres, dan kemudian beralih jadi jual beli tuyul.

Kali-kali dengan mempekerjakan tuyul, sebagai pemain bola, prestasi kita meningkat. Dengan mempekerjakan tuyul, kita bisa hajar habis pencuri ikan, dan bisa membekuk para koruptor. Juga, tuyul bisa jadi artis; kita hidupkan sekuelTuyul dan Mbak Yul”, dan kita nonton film, stres pun hilang.

Di balik semua itu, salah satu yang paling menarik dari hidup di negeri ini adalah “pekerjaan rumah” yang tidak pernah ada habis-habisnya. Bagi orang yang pesimis, lari dari masalah adalah pilihan. Tapi bagi orang optimis, inilah tantangan untuk mengabdi pada negeri. Karena mereka percaya: Kebahagiaan tidak akan datang dengan sendirinya. Jadi, kita harus berlari memperjuangkan dan menjemputnya.

Sikat mafia di berbagai bidang, dari Migas, illegal fishing, benahi PSSI sebelum bicara prestasi, dan cokok koruptor dan berantas korupsi sampai ke akarnya.

Ikut membantu menyelesaikan masalah dengan segenap pikiran; ikut turun tangan secara langsung atau cukup dengan lidah (tak henti mengkritisi); dan diam, bukan bermakna diam, tetapi tidak ikut memperkeruh suasana dan menambah masalah—karena masalah bukan untuk dihindari. Dan, salah satu cara untuk mencintai negeri ini adalah membantu menghadapi dan menyelesaikan masalah. Dan jika tidak bisa menyelesaikan masalah, paling tidak jangan menambah masalah.

Ingat, gundul bukan berarti tuyul. Tetapi menggunduli dan menggondoli kekayaan negara secara tidak sah, mencuri ikan dengan tidak sah, dan menjadi koruptor, adalah tuyul yang senyatanya.

Dan, lihatlah teman-teman panelis di sini, diberi tema jebakan, mereka tetap harus siap menghibur di “medan” apa saja—seperti kata Ronal.

Jadi, untuk yang masih cinta negeri ini: Sebelum mencapai titik 0%, terlalu cepat untuk membuang harapan. (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 26 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 26 November 2014 (Sunda Nite)

Kang Maman Sunda Nite

Karena ini lawak klub, langsung mengingatkan saya pada kisah sufi yang dikemas dalam sosok Kabayan. Dalam Kabayan Ngala Tutut, Kabayan diam berjam-jam, jongkok di pematang sawah, tidak mau turun ke sawah. Dia hanya memandang air yang menggenang. Mertuanya pun bertanya, “Ada apa, kenapa tidak turun?” Kabayan menjawab, “Tidak mau. Karena air di sawah dalam sekali.” Saking dalamnya, dia bisa melihat bayangan langit di permukaan air sawah.

Terkesan bodoh, tapi ini menyindir kebodohan kita dalam memandang hidup; yang sering ketakutan oleh kehidupan dunia, yang sebetulnya hanya bayang-bayang.

Agar tak terjebak dalam hal ini karenanya orang Sunda dalam kisah-kisah Kabayan digambarkan punya filosofi hidup. Di antaranya: ‘Geus teu nanaon kunanaon’ artinya ‘Tidak terpengaruh oleh apa-apa’.

Sehari-hari si Kabayan hidup dengan gembira. Tak terlalu sedih ketika ditimpa kemalangan, tak terlalu gembira ketika mendapat kesenangan. Kesenangan dan kemalangan hanya sementara; datang dan pergi.

Lalu, Kabayan selalu berteriak, “Heuheuy deudeuh!” Ini sesuai dengan gaya hidup orang Sunda. Makanya ada ungkapan dalam bahasa Sunda, “Hirup mah heuheuy jeung deudeuh! Mun keur seuri cape seuri; mun keur ceurik cape ceurik (Hidup itu selalu kesenangan dan kesedihan. Jika sedang menangis akan cape menangis; ketika tertawa akan cape tertawa).” Semua saling berganti, jadi, enjoy-lah! Maka orang Sunda itu terkenal suka canda.

Juga tidak lupa, lengkapnya: “Teu daya teu upaya. Abdi mah teu daya teu upaya mung ngiringan kersaning Anjeun.” Ini ungkapan yang artinya kira-kira sama dengan “La haula wala quwwata illa billah.” Kita cuma wayang, dan hanya bisa berserah diri kepada Yang Di Atas.

Itulah sebagian filosofi Sunda dalam cerita Kabayan. Sosok yang kesannya lugu, tapi membawa pesan filosofi yang dalam, dan membawa pesan tentang ciri orang Sunda yang harus cageur (sehat fisik dan rohani); bageur (baik hati); pinter (cerdas); motekar (kreatif); tetapi harus ingat: selalu basajan (sederhana); dan handap asor (rendah hati).

Selamat Rebo Nyunda, selalu silih asih, silih asah, silih asuh, dan tetap satu: Aku bangga menjadi INDONESIA, BHINNEKA TUNGGAL IKA! (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 25 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 25 November 2014 (Hari Guru Nasional)

Kang Maman Hari Guru Nasional

Ketua umum PGRI, Dr. Sulistyo, mengatakan, “Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi peserta didik. Sebagai tenaga profesional, dia berperan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”

Sungguh tidak mudah menjadi guru jika membayangkan paparan tadi—persis seperti kata Kang Denny di awal, “Sungguh berat beban guru.” Tapi, teman-teman di sini mencoba memaparkannya dengan sangat sederhana. Dalam bahasa Fitrop [Fitri Tropica], misalnya, “Guru adalah penunjuk kebenaran di saat murid-muridnya sudah merasa paling benar.” Dan dari pernyataan Cak Lontong, “Guru adalah sosok yang membangkitkan harapan-harapan muridnya.” Dalam bahasa senada, juga terungkap dari Ronal tadi, “Guru adalah sosok yang jauh lebih mempercayai murid-muridnya, melebihi murid-muridnya itu sendiri mempercayai dirinya.”

Jadi, teringat guru idola saya di masa SD, di SD Kompleks Patompo Makassar, Ibu Wa Ade Ruhi. Sebagai guru ia selalu berujar begini, “Nak, saya tidak mengajar. Saya di sini hanya mau belajar bersama-sama denganmu.” Itu yang membuat kami menjadikannya sebagai sosok ibu seperti tidak berjarak, tetapi selalu menghormati dan mencintaimu. Doa saya untuk Ibu Wa Ade, di mana pun Anda berada.

Dan satu terakhir, jangan pernah lupakan guru utama dan pertama dalam kehidupanmu; sosok yang berjuang dalam hidup dan mati untuk melahirkan kehidupan baru di muka bumi ini; dialah sekolah, sekaligus pendidik pertama bagi anak-anaknya: ibu, namanya.

Jadi, sekali lagi, Ibu/Bapak guru dan pendidik kami, yang mengantarkan kami dari ketidaktahuan menjadi tahu; dari kegelapan menjadi terang; tak ada yang bisa kami wakafkan untuk membalas wakaf ilmu darimu, selain doa dan ucapan: “Selamat Hari Guru Nasional.” (Maman Suherman)
Share:

Senin, 24 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 24 November 2014 (Transgender Wujud)

Kang MamanTransgender Wujud

Pada dasarnya terdapat 2 pandangan tentang seksualitas yang berseberangan.

Kelompok pertama, kelompok esensialism mengatakan: Jenis kelamin, orientasi seksual dan identitas seksual, sebagai hal yang bersifat terberi dan natural sehingga tidak dapat mengalami perubahan. Kelompok ini cuma berpendapat ada 2 jenis kelamin—hanya ada 2—dan orientasi seksualnya hanya heteroseksual sehingga identitas gender harus selaras dengan jenis kelamin. Meski dalam kitab fikih, dikenal istilah selain perempuan laki-laki ada khuntsa [semi laki-laki atau semi perempuan], yang penggambarannya diucapkan tadi oleh Bianca Liza.

Sebaliknya, ada kelompok yang kedua: Bahwa bukan hanya gender, namun juga seks dan jenis kelamin, orientasi seksual, maupun identitas gender adalah hasil konstruksi sosial. Sebagai sebuah konstruksi sosial, seksualitas bersifat cair, dan merupakan kontinum sehingga jenis kelamin tidak hanya terdiri dari laki-laki maupun perempuan, tetapi juga interseks dan transgender. Orientasi seksual juga bisa hetero, juga bisa homo, juga bisa bisa biseksual. Itu pandangan kedua.

Nah, fenomena transgender di Indonesia bukan hal baru. Tahun '73 ada Iwan Rubiyanto, yang operasi kelamin menjadi Vivian Rubiyanti, dan kemudian ada filmnya: Akulah Vivian. Kemudian, tahun '80-an, 1988, ada seorang laki-laki dioperasi di Rumah Sakit Soetomo, Surabaya: Dorce Ashadi, yang kita kenal sekarang menjadi Bunda Dorce. Juga ada kasus Sukarnah, mantan atlet lempar lembing, yang tanpa operasi, jenis kelaminnya berubah dari perempuan menjadi laki-laki sehingga namanya menjadi Iwan.

Jadi, kata kuncinya tersirat dalam silogisme Cak Lontong tadi. Mereka memang ada, mereka juga manusia, ada di sekitar kita, jangan hinakan mereka, lihat karyanya! (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 21 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 21 November 2014 (Cinta Ikan Cinta Kesehatan)

Kang Maman Cinta Ikan Cinta Kesehatan

Apa rahasia orang Yahudi dan Jepang sehingga pintar-pintar dan genius? Persis seperti penjelasan Pak Joko tadi. Agar anak-anak mereka terlahir genius, ibu-ibu Yahudi yang hamil jadi semakin sering menyanyi, main piano, beli buku soal-soal matematika untuk dipecahkan, mengonsumsi kacang badam, korma, susu, roti, dan daging ikan, yang mereka sangat percaya baik untuk perkembangan otak.

Kemudian, juga di negara asal Harada San, di Jepang, yang tetap sehat dan memiliki gairah hidup hingga usia 80, ternyata bahan pangan yang mendominasi makanan orang Jepang ialah ikan, dengan tingkat konsumsi rata-rata 60 kg per orang-per tahun. Sementara tingkat konsumsi ikan orang Indonesia masih di bawah 30 kg per orang-per tahun.

Padahal, tadi sudah dijelaskan, Indonesia adalah negara maritim, 2/3 wilayahnya lautan. Ladang protein yang teramat kaya, sumber ketahanan pangan, tapi kita masih kurang memanfaatkannya—seperti kata Pak Joko Mariono. Dan kita juga tahu, sejarah membuktikan, kita adalah bangsa pelaut.

Jadi, teringat Doa Para Pelaut yang Tabah dari Sapardi Djoko Damono:

“...
mengayuh perahu-perahu Makassar dan Bugis
sebab kami telah bersekutu dengan sejarah
untuk menundukkan lautan
lautan yang diam adalah sahabat kami,
dan lautan yang memberontak dalam prahara dan topan,
adalah alasan yang paling baik
untuk menguji kesetiaan dan bakti kami
kepada-Mu
...”

Jadi, orang hebat; orang sehat; cerdas; dan kuat, bertekad menundukkan lautan dan isinya, mengonsumsi isinya, tidak mencurinya untuk dijual secara ilegal, tidak mencemari dan meracuninya. Karena orang bijak sangat tahu: Di dalam lautan, ada ladang protein yang terbentang amat luas.

Ingat, mencintai ikan membuat sehat, cerdas, dan genius.

Selamat Hari Ikan Nasional! (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 20 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 20 November 2014 (Balada Musim Hujan)

Kang Maman Balada Musim Hujan

Jika kita sejenak merenung tentang hujan, kita akan temukan sejumlah makna di dalamnya:

Hujan bisa berarti sebuah anugerah yang diturunkan-Nya untuk membuat basah tanah yang kering kerontang.

Hujan bisa berarti sebuah kesempatan untuk mendapatkan sumber air minum dan kehidupan.

Hujan dapat bermakna juga sebagai sebuah sentilan; sebuah sindiran kepada umat manusia.

Ya, sebuah sindiran bagi manusia-manusia yang sombong bahwa kesombongan mereka itu bisa dikalahkan oleh sebuah gerakan air: Air yang sekilas tampak sepele; tiap hari ditemui; tanpa riak; tanpa ombak; tanpa gejolak; seakan-akan air selalu menurut patuh dan tenang.

Namun, air pun bisa menjadi tidak sepele, tidak sepele jika kita sering menyepelekannya. Air bisa berubah menjadi pemangsa nan ganas, di mana pun kita berada. Air dapat berubah menjadi “predator” teramat kejam bagi “mangsanya”.

Jadi, atas nama jiwa yang tulus, ikhlas, dan penuh harap, kita berdoa bagi semua korban keganasan air yang tak mampu kita taklukkan. Dan, semoga negeri ini tak selalu menghadapi musim hujan, dengan banjir air mata.

Atas nama jiwa pula, mari kita syukuri kehadiran hujan, yang mendatangkan cinta kasih, kedamaian, puisi alam yang romantis yang menumbuhkan kehidupan.

Hujan, bisa sembunyikan air mata yang menetes. Dan bila kegagalan bagai hujan, dan keberhasilan bagai mentari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi. (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 19 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 19 November 2014 (Pemimpin Masa Kini Sesuai Hati Nurani)

Kang Maman Pemimpin Masa Kini Sesuai Hati Nurani

Pemimpin yang diharapkan bukan cuma Ahok [Basuki Tjahaja Purnama], tapi pemimpin yang lain pun, oleh teman-teman di sini, seperti tertuang dalam lagu Gundhul-Gundhul Pacul yang diciptakan Sunan Kalijaga. ‘Gundhul Pacul’, itu simbol bahwa seorang pemimpin, sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi dia adalah pembawa pacul; mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya).

‘Pacul’, kata orang Jawa adalah papat kang ucul (empat yang lepas). Kemuliaan seseorang tergantung empat hal: [1] Bagaimana dia menggunakan mata untuk melihat kesulitan rakyatnya; [2] Menggunakan hidung untuk mencium wewangian kebaikan; [3] Menggunakan mulut untuk berkata adil, dan [4] Telinga untuk mendengar nasihat.

Jika keempatnya lepas; jika orang kehilangan 4 indra itu, akan berakibat gembèlengan atau congkak. Ingat, nyunggi nyunggi wakul kul (menjunjung amanah rakyat) dengan gembèlengan, akhirnya akan wakul ngglimpang (jatuh, tak bisa dipertahankan), dan segané dadi sak latar (berantakan; sia-sia tak bermanfaat).

Dan ingat, ingat empat, juga ingat yang lima: Jadilah kepalan tangan, yang berjuang untuk rakyatnya. Menjadi ibu jari: orang yang berjiwa cerdas adalah orang yang bisa mengapresiasi orang lain—termasuk anak buahnya; Punya telunjuk: untuk memimpin dengan bijak, cerdas, tegas, dan lugas; Punya jari tengah: menjadi penengah, menjadi problem solver, bukan problem maker; Yang keempat, punya jari manis: harus punya jiwa humoris yang terbatas, yang proporsional; Dan yang kelima, jari kelingking: harus punya jiwa memaafkan dan jiwa rekonsiliasi.

Lalu kepalkan tangan dan katakan: “SAYA BEKERJA UNTUK RAKYAT!” (Maman Suherman)

***

Kang Denny : “Mulai dari sekarang, kalau ada yang gundul, mari kita pacul! :D
Share:

Selasa, 18 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 18 November 2014 (BBM Jadi Naik)

Kang MamanBBM Jadi Naik

Dari sekian banyak pelaku yang terlibat dalam kebijakan dan respons kenaikan harga BBM, dapat kita pilah dalam 2 kelompok yang berhadapan, yang terlihat tadi di sini.

Pertama: Pihak yang berposisi sebagai pengambil kebijakan, dan pihak-pihak yang berargumen dan punya perspektif yang mendukung kenaikan harga BBM. Misalnya, di antaranya mereka menjadikan alasan: “Ini sebagai upaya untuk menyelamatkan APBN yang banyak dihabiskan oleh subsidi BBM.”

Dan, pihak yang kedua: Pihak yang beroposisi. Pihak yang punya argumen dan perspektif yang menentang kenaikan harga, yang di antaranya melihat kebijakan ini adalah bentuk tunduknya pemerintah terhadap korporasi asing dan tidak pro rakyat.

Inilah demokrasi. Silakan saling berargumen dengan cara yang benar, di jalan yang telah disepakati, dan tidak sampai kehilangan kesantunan dan meruntuhkan harkat kemanusiaan.

Sebagai rakyat, kami cuma berharap, di pihak mana pun orang-orang hebat itu berdebat, ber-pro kontra, semoga semuanya demi rakyat. Sekali lagi demi rakyat, bukan semata-mata untuk kepentingan kelompok atau kebencian pada seseorang atau pihak lain. Dan, janganlah perdebatan cuma berakhir pada apa yang disatirekan Rhoma Irama, “Kalian berdebat di pusat, hasilnya sama saja. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.”

Ayo, sekarang kan sudah dibentuk Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Semoga betul-betul bisa “menyikat” mafia Migas yang merugikan rakyat dan negara.

Terakhir, teringat seorang ibu yang berdiri di depan sebuah pertokoan yang menulis: “Diskon besar 50%”. Dia bergumam, “Apa artinya diskon kalau membelinya pun tak bisa. Masa harus berhutang demi diskon?”

Jadi, katanya lagi dengan sangat satire, “Biarkan saja naik, yang penting kita mampu membelinya, daripada turun, tapi kita tetap tak mampu membelinya.”

Jadi, ayo orang-orang pintar dan penguasa, wujudkan harapan yang bernada berdamai pada keadaan, yang bertujuan untuk menyeimbangkan emosi ini!

Dan terakhir, seperti kata Pak Jarwo, “Lebih baik hidup sederhana tapi mandiri, daripada hidup mewah dari subsidi.” (Maman Suherman)

***

sa·tir [1] n 1 (dl cerita Yunani dan Romawi Purba) makhluk berwujud setengah manusia setengah binatang, yg konon suka anggur dan suka wanita; 2 lelaki yg tidak dapat mengendalikan nafsu berahinya

sa·tir  [3]lihat sumpah

sa·ti·re n 1 Sas gaya bahasa yg dipakai dl kesusastraan untuk menyatakan sindiran thd suatu keadaan atau seseorang; 2 sindiran atau ejekan

Sumber: KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Share:

Senin, 17 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 17 November 2014 (Kejahatan di Ruang Publik)

Kang Maman Kejahatan di Ruang Publik

Ada 10 negara teraman di dunia. Dari nomor 1–10, menurut daftar Indeks Perdamaian Global 2014 adalah: Islandia, Denmark, Austria, Selandian Baru, Swiss, Findlandia, Kanada, Jepang, Belgia, dan Norwegia.

Kita bandingkan dengan Indonesia. Denmark, negara teraman nomor 2, misalnya, mencatat: Rata-rata hanya terjadi 25 pembunuhan setiap tahun dalam satu dekade terakhir. Artinya, sebulan cuma 2.

Bayangkan, di Jakarta Timur saja, selama 6 bulan pertama 2013, terdaftar: 600 pidana pembunuhan dan penganiayaan. Tidak aneh jika Indonesia menduduki posisi teraman nomor 54 dari 162 negara di dunia.

Dan, tadi dipaparkan Cici Panda, “Setiap hari ada 20 perempuan menjadi korban kekerasan. 12 di antaranya diperkosa—setiap hari—dan, 4 di ruang publik.” Intinya, ruang publik belum menjadi tempat yang nyaman dan aman. Terminal, jalan raya, angkutan publik, tetap terkesan menyeramkan dan menakutkan dalam memori kolektif masyarakat. Sedihnya, ruang privat sama menakutkannya: 12 korban perkosaan; 4 di ruang publik, 8 di dalam rumah—dilakukan oleh keluarga sendiri.

Banyak penyebab kejahatan di ruang publik, dari “faktor ekonomi,” kata Okky dan Cipan [Cici Panda], sampai “pembiaran oleh negara,” kata Komeng.

Tapi kalau kita menyimak karya Albert Camus, fill art novel “Sampar”, kita akan dapatkan satu pesan indah yang sejalan dengan apa yang pernah diucapkan khalifah Ali bin Abi Thalib bahwa penyebab kejahatan yang tidak pernah boleh diabaikan adalah: Kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik.”

Ingat, negara ini dibangun oleh orang-orang pemberani, tapi mengapa anak-cucunya yang baik dan berkumpul di ruang publik malah menjadi sedemikian penakut dan pengecut terhadap pelaku kejahatan? (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 14 November 2014

NoTulen Spesial Ulang Tahun ILK (Indonesia Lawak Klub) ke-1 (14 November 2014)

Kang Maman:

Di lengkung langit malam Oktober 2013
di bawah kerlip 27 gemintang; 27 Oktober
bayi kecil yang dipersiapkan hampir 2 bulan, meneriakkan tawa pertamanya
yang oleh orang tuanya, Trans 7, ia diberi nama menggelitik: Indonesia Lawak Klub
dengan akta lahir: “Mengatasi Masalah Tanpa Solusi”.

Semula, ILK meledakkan tawa seminggu sekali, lalu dua kali, dan sejak Februari 2014, bertanggung jawab untuk menghibur warga bangsa 5–6 kali seminggu. Dan alhamdulillah, terus berjalan hingga kini, dan semoga terus melangkah [aamiin].

Terantuk kritik, terdera maki, terlambung karena pujian, terbelai senyum puas pemirsa, kami terima dan lalui dengan semangat untuk selalu menjadikan ILK semakin hari semakin baik.

Di belakang layar, dengan penuh dedikasi, bekerja tanpa keluh teman-teman kreatif; tim produksi; wardrobe dan make up; editor; techincal produser; technical support; transmisi; mechanical engineering; audio man; lighting man; properti; campers; program director; floor director; control room person; sosok-sosok di belakang layar; master control room; promosi; hingga bagian iklan, bergandengan tangan, bersatu padu dengan para komedian terhebat di negeri ini untuk memberikan sajian yang menghibur tanpa mencelakakan, tanpa melukai, dan tanpa menghina logika dan merendahkan harkat kemanusiaan. Dan, tentu saja kami ada dan kami “besar” seperti sekarang karena sosok-sosok di depan dan di belakang layar, menyatu dengan penonton, pemirsa setia kami, menjadi “trisula”: senjata kuat bagi Indonesia Lawak Klub.

Di belakang layar, banyak cerita indah; banyak cerita penuh nuansa kemanusiaan. 3 kru kreatif kami di tengah kerja keras, malah berbadan dua; seorang sudah melahirkan, seorang lagi bulan depan (Diandra), dan satu lagi menyusul, Eka.

Di depan panggung, 2 panelis kami mengakhiri kesendiriannya: Fitri Tropica dan Rico Ceper. Dan kerap harus tetap menghibur meski tertimpa musibah. Saat sedang live, Ronal diberitakan, orang tuanya masuk rumah sakit karena serangan jantung. Bianca Liza, tidak bisa menggerakkan badannya. Dan, satu sahabat kami telah berpulang: Mamiek Prakoso. Doa kami untukmu, Mas, maka tersenyumlah bersama kami di surga sana.

Itulah kami, harapan kami hanya satu seperti tersurat dalam penyair, Pablo Neruda. Pablo Neruda mengatakan:

“Ambil saja napas ini dariku jika kamu memohon,
ambil juga udara ini, tapi
jangan ambil dariku tawamu
...”

Pemirsa, teruslah tertawa bersama kami karena: “Jangan pernah ambil tawamu, atau kami akan ‘binasa’.”

Indonesia Lawak Klub, rumah semua komedian Indonesia, yang “mengatasi masalah tanpa solusi”.

Kami ada, untuk membuat Indonesia tertawa. (Maman Suherman)

***

Selamat ulang tahun, ILK, kami mencintai“mu” dan semua para penelis-penelisnya.. :) 
Sukses selalu buat INDONESIA LAWAK KLUB, teruslah "mengatasi masalah tanpa solusi!" :D
Share:

Kamis, 13 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 13 November 2014 (Media Darling)

Kang Maman Media Darling

“Sekarang kita memasuki era lebih mengutamakan keinginan,” kata Ari Kriting, “daripada kebutuhan,” salah satu fenomenanya ‘media darling’. Di mana karena keberhasilan propaganda atau kehumasan di antaranya, seseorang menjadi buruan dan incaran media. Apa saja dilakukan orang itu, penting atau tidak, perlu diketahui publik atau tidak, terus saja diberitakan oleh media. Lama-lama, kita pun jadi semata ingin tahu, bukan karena butuh.

Kata kunci malam ini ‘darling’; sayang; cinta. Cinta itu rasional, sayang pun harus objektif. Dan objektif itu bukan tidak berpihak, tapi berpihak kepada kebenaran. Dan kalau dikejar apa itu kebenaran, tanyakan nuranimu sejujurnya karena dia tidak akan pernah berbohong.

Dan untuk sosok yang menjadi media darling:

“Jangan terus-terusan mikirin pencitraan, lalu melupakan perasaan,” kata Fitrop [Fitri Tropica].

Berkarya nyatalah agar tak cuma jadi kesayangan media, tapi kesayangan semua orang.

Dan untuk media: “Jangan lebay! Bahkan, alay pun tahu batasan.”

Dan juga ingat kata Fitrop, “Kalau sayang, jangan membutakan. Karena cinta itu menggenggam, bukan mencengkeram,” apalagi mencelakakan. (Maman Suherman)
Share:

Rabu, 12 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 12 November 2014 (Ayahku, Idolaku)

Kang Maman Ayahku, Idolaku

“Ayah adalah cinta pertama seorang anak,” betul kata Fitrop [Fitri Tropica].

Ayah yang menangis ketika saya sakit dan divonis tidak bisa diselamatkan lagi, dan berdoa tidak putus-putusnya disampingku. Dan dalam doanya dia meminta, “Ambillah nyawaku, jangan nyawa anakku. Sembuhkan dia.”

Dan ketika dia yang sakit keras, dia tak pernah memperlihatkan air matanya, malah selalu tersenyum agar kami tidak menangis dan ikut merasakan sakitnya. Dan sehari sebelum wafat, ia bisikkan di kuping saya, “Bapak akan selalu menemanimu dalam doa, dan kalau kamu mau bahagiakan Bapakmu di dunia yang lain kelak, jaga selalu Ibumu. Kalau karena cinta Bapak, jangan pernah putus cinta dan doa untuk Ibumu. Jaga dia untuk Bapak, dan doakan agar Bapak kelak bisa bertemu kembali dengannya di surga.” Ia tidak pernah menangis, dan ketika saya mengatakan “Iya,” barulah saat itu ia menitikkan air mata.

Saya percaya, seorang ayah mampu menepis air matanya karena Tuhan memberi bahu yang kuat untuk menopang kesedihan.

Ketika ayah memberikan sesuatu untuk anaknya, anaknya pun tersenyum. Namun ketika si anak memberikan sesuatu untuk ayahnya, sang ayah menangis.

Ayah adalah sosok yang harus selalu berupaya terlihat kuat, bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis. Dia harus selalu tegas, bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Dan dia, adalah orang yang pertama, yang selalu mengatakan, “Kamu bisa!”—seperti tadi yang dikatakan ayah Fitrop.

Jadi, hubungi sekarang ayahmu selagi sempat, katakan kamu mencintainya, dan bila ia bersamamu, pegang erat tangannya, cium keningnya dan taburkan doa untuknya.

Selamat Hari Ayah. (Maman Suherman)
Share:

Selasa, 11 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 11 November 2014 (Pernikahan Mantan)

Kang Maman Pernikahan Mantan

Plato bertanya pada gurunya, Socrates, “Apa itu cinta dan bagaimana menemukannya?” Sang guru menjawab, “Ada ladang gandum di depan sana. Berjalanlah tanpa pernah menoleh mundur, ambil satu ranting, dan jika kamu temukan yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah temukan cinta.” Plato pun berjalan, tetapi dia pulang dengan tangan kosong. “Kok tidak membawa satu pun ranting?” “Karena sesuai perkataan guru: Aku hanya boleh bawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur. Sebenarnya aku telah temukan yang paling menakjubkan, tapi aku pikir di depan sana masih ada yang menakjubkan, jadi, tak kuambil. Ternyata, di depan sana tidak ada satu pun yang lebih bagus.” Kata guru, “Itulah cinta.”

Pernikahan adalah kelanjutan dari cinta. Dan yang penting sebenarnya adalah: Menikah dengan seseorang yang Anda cintai sangatlah indah, tetapi akan jauh lebih indah dan menakjubkan jika Anda mencintai orang yang Anda nikahi, bukan mencintai mantan.

Dari kisah Plato, tergambar apa yang diucapkan Fitrop [Fitri Tropica], “Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur.”

Jadi, mantan, lupakan, namun doakan, dan ikhlaskan jika mantan telah jadi temanten. Karena, cinta bisa bermakna: “Bahagia melihat orang yang kita cintai berbahagia.” (Maman Suherman)
Share:

Senin, 10 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 10 November 2014 (Kebahagiaan Hidup Tak Kan Redup)

Kang Maman Kebahagiaan Hidup Tak 'Kan Redup

Cinta adalah inti kebahagiaan. Dicintai seseorang akan memberimu kekuatan, namun mencintai seseorang akan memberimu keberanian.

Lalu apa bedanya kebahagiaan dengan kesenangan?

Apa pun yang kamu lakukan untuk diri sendiri, itu namanya kesenangan. Tetapi apa pun yang kamu lakukan buat orang lain, itulah kebahagiaan.

Jadi, berikan cintamu kepada pasanganmu, lakukan yang terbaik buat pasanganmu, maka kamu akan mendapatkan bukan cuma kesenangan, tetapi keberanian sekaligus kebahagiaan. Lalu lantunkan syair foreplay dari Sapardi Djoko Damono kepada pasanganmu:

“Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tetapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati

Dan pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun disela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari.” 

Jadi, bahagia itu seperti kata Fitrop [Fitri Tropica], “Mencintai dengan cara yang sewajarnya dan sederhana.” Yakni sejalan dengan kata Zoya, “Jadikan pasanganmu sebagai raja atau ratu.” Dan di satu negara, hanya ada satu raja, atau satu ratu. Jadi, bahagia itu: Tidak mendua hati. (Maman Suherman) 

***

Selamat ulang tahun, No Tulen kami tercinta, Bpk. Muhammad Suherman (Maman Suherman/Kang Maman) yang ke-49. Semoga panjang dan berkah umurnya, sehat dan sukses selalu, serta diberikan oleh Allah keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

“Rabbana atinaa fiddunnya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina ‘adzabannar

Aamiin yaa Rabbal alamin... :)
Share:

Sabtu, 08 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) Weekend 8 November 2014 (Wakuncar, Waktu Berkunjung Jadi Lancar)

Kang Maman Wakuncar, Waktu Berkunjung Jadi Lancar

Tadi Pak Komeng bertanya, “Kenapa Pak Jarwo diundang di tema malam ini?” Karena kata ‘Wakuncar’ (waktu kunjung pacar) sudah ada di era Pak Jarwo Kwat pacaran. Wakuncar, seangkatan dengan istilah apel, doi atau doski, aje gile, manyala bob, gayanya ngejreng, juga suping, dan prokem. Itu bahasa gaul anak muda di era 1966 dan '70-an. Pak Jarwo udah pacaran di tahun itu.

Anugerah terindah di muka bumi adalah cinta. Setiap orang diberkahi hati yang bergelimang cinta dan sekaligus dianugerahi keinginan mencari cinta untuk disatupadukan dengan cinta yang ada di dirinya. Berbagai jalan ditempuh, salah satunya lewat pacaran.

Permasalahannya, kata Pak Jarwo, di era saat ini anak muda pacaran dengan sangat PDA (public display [of] affection), pamer kemesraan di depan umum secara sangat full vulgar sehingga membuat orang jengah, dan di sekelilingnya merasa terganggu.

Masih SMP sudah panggil ‘mama-papa’, bahkan tak malu tampil di layar kaca mengaku berpacaran ke luar negeri hanya berdua dengan pacarnya; teramat vulgar mengafeksikan kemesraan di tempat umum.

Jadi, pesannya malam ini, cinta itu sebenarnya bukan barang pajangan yang bisa dipamerkan sedemikian murah dan vulgar, apalagi saat belum diakadkan dalam satu sumpah suci pernikahan. Cinta itu tersimpan di hati dan terhubung antara satu hati dengan hati lainnya, abstrak, tapi terasa indahnya.

Dan buat yang lagi Wakuncar, suka kencan dan hobi PDA, ingat: Cinta yang dibaluri nafsu berahi, akan menjadi dahaga yang tak kunjung terobati.

Dan jangan alpa: Cinta punya etika! (Maman Suherman)
Share:

Jumat, 07 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 7 November 2014 (Cowok Matre Bikin Kere)

Kang Maman Cowok Matre Bikin Kere

Ada 7 ciri ‘gold digger’ atau pendulang emas yang kita kenal dengan istilah ‘cowok matre’ :

Pertama: Awalnya suka royal, begitu perempuan luluh, berbalik jadi suka minta dan pinjam.

Kedua: Penampilan selalu gaya seperti jetset, “Menjadi social climber,” kata Ronal, bergaul dengan kalangan jetset, dan [ingin] terkenal demi meningkatkan status sosial. Padahal, kantongnya kosong.

Yang ketiga: Banyak alasan saat mau membayar sesuatu. Selesai makan, begitu menunggu bill, izin ke kamar mandi, baru balik setelah bayaritu terungkap dari Cak Lontong.

Keempat: Narsis tanpa bukti. Suka sesumbar punya ini-itu, kantornya di sana-sini sehingga perempuan tidak takut memberikannya uang. Tapi begitu ditanya di mana kantornya, dia selalu berdalih.

Yang kelima: Suka memanfaatkan kelemahan perempuan.

Keenam, dari Cak Lontong juga: Atraktif di mal, atau tempat shopping kalau pacarnya bilang punya uang, lagi dapat bonus dan mau belanja. Kadang-kadang dia langsung memilih sendiri, “Bagus nggak?” Begitu mau bayar, ngaku dompetnya tertinggal dan minta dibayarin.

Dan yang ketujuh: Betul-betul tidak pernah punya uang di kantong.

Karenanya, untuk para perempuan, ingat kata Fitri Tropica, yang pernyataannya berbeda 180 derajat dari prinsip cowok matre dalam quotes Pak Jarwo, yakni, “Dasar cinta itu tulus, bukan fulus.”

Jadi, cinta itu bukan kata benda, tapi kata hati. Kalau ada cowok yang membendakan cinta, ia pasti tak main hati, cuma mau cari materi.

Jadi, tinggalkan cowok pengejar fulus jika tak ingin nasibmu miris, tubuhmu kurus, dan hatimu teriris-iris. Cari cowok yang tulus jika ingin kisah cintamu mulus. Dan seperti kata Fitri Tropica, “Tak usah mencari cowok yang bergaya seperti super hero, Superman, Spiderman, atau Batman, tapi pilihlah cowok yang better man.” (Maman Suherman)
Share:

Kamis, 06 November 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 6 November 2014 (Batak's Nite: Banyak Taktik Banyak Akal)

Kang Maman Batak's Nite: Banyak Taktik Banyak Akal

Pertama-tama, doa kami untuk seluruh pengungsi erupsi Gunung Sinabung, semoga badai segera berlalu [aamiin].

Inilah beberapa persepsi orang tentang pemuda Batak di perantauan. Yang pertama, seperti dikatakan Boris, “Begitu lihat tipe wajah petak-petak, suara keras, tegas, dan galak, orang akan langsung bertanya, ‘Batak ya?’” Padahal, Boris dan banyak teman-temannya yang Batak, kesannya saja galak, tapi hatinya Hello Kitty. Dengar lagu O Tano Batak dan Inang saja langsung mewek.

Yang kedua, sekalinya tahu orang itu Batak, pertanyaan berikutnya selalu, “Margamu apa?” atau langsung disapa, “Horas bah; hai inang; hai butet; atau hai ucok.” Tetapi pemuda Batak di perantauan, begitu ketahuan marganya, sering bengong kalau ditanya, “Nomor berapa kau?” Padahal, itu biasa ditanyakan sesama Batak untuk mengetahui silsilah di marganya (di tarombo-nya) dia nomor berapa.

Ketika lagi nongkrong bawa gitar dan ketahuan Batak, orang akan langsung disuruh nyanyi. Padahal, tidak semua orang Batak bisa nyanyiBoris buktinya lagi.

Lalu, begitu ketahuan masih kuliah, pasti dikira mahasiswa hukum karena selalu dipersepsikan ‘pintar debat, mau jadi pengacara’, mengikuti jejak 2 sahabat: Ruhut Sitompul dan Hotman Paris Hutapea.

Itulah persepsi tentang pemuda Batak di perantauan, yang menurut banyak teman saya yang berdarah Batak, tidak pernah lupa 3 hal untuk modalnya mencapai sukses: Hamoraon (kekayaan); hagabeon (kebahagiaan), dan di atas segalanya: hasangapon (kehormatan). Dan 5 falsafah Batak yang juga saya dengar dari teman Batak saya, Hans Miller Banurea, misalnya, “Orang Batak harus mardebata (punya Tuhan); maradat (punya adat); marpangkirimon (punya harapan); marpatik (punya aturan); dan marpinompar (punya keturunan agar silsilah tidak putus).”

Negeri ini mutu manikam yang terangkai sangat cantik, sangat indah dengan kekayaan budayanya. Bang Ruhut, Boris, Judika (Batak); Saya [Maman Suherman] (Bugis–Makassar–Sunda); Ronal (Sunda); Kang Denny (Jawa–Sunda); Jarwo Kwat (Melayu); Cak Lontong (Jawa); Kartika Putri (wong kito galo Palembang campur Jogja), kita berbeda tapi tetap satu.

INDONESIA, BHINNEKA TUNGGAL IKA! (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter