Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

SAPO

Lembaga Pembinaan Yatim dan Dhuafa

Kau Tak Sendiri

@_BondanPrakoso_

Minggu, 29 Januari 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 29 Januari 2017 (ILK Perbincangan Publik)

Kang Maman – ILK Perbincangan Publik

Dari segmen pertama dan kedua ini, kita dapat beberapa poin. Masihkah kami semua di sini bisa berharap, di era pilkada, di mana pun di negeri ini, yang kami dengar adalah kalimat: “Yang kuperlukan kasih sayangmu, bukan pedangmu, bukan lidah tajammu. Yang kami perlukan cintamu, bukan cacimu, bukan bencimu, bukan hoax-mu, dan juga bukan laporanmu.”

Dan, kata kuncinya:
Daripada saling lapor tanpa data dan tanpa verifikasi, asal bunyi, mbok ya ingat kata Ronal tadi, utamakan musyawarah. Katanya kita Pancasilais, kok lupa dengan sila-silanya?

Dan kalaupun harus melapor, melaporlah secara objektif, bukan untuk ngobjek. [segmen 2]

*Segmen 1 & 2: Lapor vs Lapor

***

Presiden boleh saja meminta tukang cukur atau rakyatnya untuk memotong rambutnya bahkan memegang kepalanya agar penampilannya menjadi rapi. Sebaliknya, rakyat berhak meminta pemimpinnya untuk tidak memotong harapan mereka, tetapi mewujudkannya tepat di sasaran—seperti busur panah yang menancap di titik sasaran paling tengah.

Dan satu yang tak boleh dilupa—tadi disinggung oleh Mas Jarwo di segmen sebelumnya, saat kursi Kang Denny patah:
Hai, pemimpin, kursi kuasamu tidak abadi. Kalau sudah duduk, jangan lupa berdiri! [segmen 3]

*Segmen 3: Jokowi Effect

***

Tak tertera di kalender, tapi ketahuilah, 15 Oktober adalah Hari Hak Asasi Binatang. Setiap binatang punya sejumlah hak untuk hidup layak dan tidak menderita. Seperti manusia, binatang juga punya hak untuk hidup bebas di alamnya dan untuk melahirkan generasi berikutnya. Dan bila dilanggar, manusia pelanggarnya bisa dikenai KUHP pasal 302, pidana penjara dan atau denda.

Dan secara keseluruhan, episodik malam ini seperti mengingatkan:
Kepada para pemimpin (formal maupun informal), silakan saja saling melapor, silakan saja memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan pikiran, tapi ingat, kami hidup, kami sujud dan akan dikebumikan di sini. Ini Indonesia, rumah kami, dan kami tak mau menghancurkannya dan tak mau melihatnya hancur hanya karena persoalan pilkada.

Pemimpin itu perekat yang merekatkan, bukan peretak yang meretakkan bangsa. (Maman Suherman)

*Segmen 4: Alexis oh Alexis & Photoshop oh Photoshop
*Segmen 5: Beruangku Malang
Share:

Sabtu, 28 Januari 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 28 Januari 2017 (ILK Spesial d'Masiv)

Kang Maman – ILK Spesial d'Masiv

Thala’al Badru”, nasyid kaum Anshor untuk menyambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan penuh cinta. Thola’al badru ‘alaina; wahai, bulan purnama yang terbit menerangi, engkau telah membawa kemuliaan kepada kota kami.

Menyimak lirik-lirik lagu d'Masiv, terasa kalau cinta itu bukan kata benda, juga bukan kata kerja, tapi kata hati. Dan agar cinta tak membunuh, agar rindu tak mematikan tapi membangkitkan—seperti harapan Yuanita tadi—jawabnya satu: Dalam rindu dan cinta, selalu saling menguatkan, saling menungalkan. Tak terbesit sedikit pun niat untuk saling meninggalkan. Saling mengukuhkan, dan tanpa jeda saling mendoakan.

Dan terakhir:
Cinta itu bukan beri hamba uang, tapi beri hamba kasih sayang. [segmen 2]

***

Kreativitas kampanye di negeri ini, katanya, kalau tidak “menjual kecap nomor satu”, yang memosisikan diri sebagai korban.

Ronal usul, ayo dong bikin terobosan yang lebih elegan. Misalnya, mengakui diri sebagai sosok yang pernah berbuat salah. Bukankah keberhasilan itu jika mampu mengakui kesalahan dan menerima konsekuensi dari kesalahan? Seperti Adam ketika dijatuhkan dari tempat yang paling mulia ke tempat yang serendah-rendahnya, dan mengakui serta menyesali kesalahannya. Dan itulah yang membedakannya dengan iblis. Salah itu manusiawi, dan lebih kena ke hati masyarakat. Atau setidaknya, kami menantang untuk out of the box—dalam bahasa Pak Jarwo.

Bisakah membuat kampanye bertema mengingatkan diri sendiri:
Sebagai pemimpin, janganlah berjalan di muka bumi dengan penuh kesombongan. Tapi merendahlah hingga tak seorang pun bisa merendahkanmu, dan mengalahlah hingga tak seorang sanggup mengalahkanmu. [segmen 4]

***

Sederhana harapan warga terhadap calon gubernurnya: bahagia, bukan sekadar diberi makan janji.

Bicara soal bahagia, jika bahagia bisa dibeli, orang-orang kaya akan memborong semuanya dan orang-orang miskin tak akan kebagian bahagia. Bahagia sungguh tidak bisa dibeli. Cuma bisa dirasakan, kalau kita mau merasakannya. Dan bahagia itu ada di hati setiap orang yang punya hati.

Tetapi ingat, Dia (Sang Maha Kasih) tak pernah menjanjikan kepastian akan bahagia. Dia cuma mengingatkan, bahagia itu jika kamu memang menginginkannya. Jika tidak, dia akan pergi—persis lirik d'Masiv: “Kesedihan hari ini, bisa jadi bahagia esok hari” ... “asal terus berjuang”. (Maman Suherman)

*Esok kan Bahagia
Share:

Minggu, 22 Januari 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 22 Januari 2017 (Indonesia Lawak Kekinian)

Kang Maman – Indonesia Lawak Kekinian

Kenapa orang mempermasalahkan uang? Ternyata bukan soal warna, soal macam-macam yang ada di situ. Tapi dari dialog ini, ada tiga poin: [1] Seperti yang dikatakan oleh Kiky, uang tidak akan membuat Anda bahagia, tetapi ia bisa menenangkan saraf Anda. [2] Dan uang, seperti indra keenam, dan Anda tidak dapat menggunakan kelima indra Anda tanpa indra keenam itu. [3] Dan, jauh dari situ adalah satu: dunia berputar, dan porosnya adalah uang. [segmen 2]

*Segmen 1 & 2: Heboh Uang Baru

***

Semua umat Islam tentu berharap menyempurnakan rukun Islamnya dengan berhaji jika mampu. Karena di hadis jelas disebutkan, “Haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” Jadi, siapa yang tidak mau masuk surga? Sehingga berbondong-bondonglah orang dari seluruh dunia untuk berhaji. Bahkan meski diwajibkan hanya sekali, ada yang menjalankannya berulang-ulang.

Semoga daftar tunggu menuju Baitullah tidak terlalu lama lagi dengan adanya penambahan kuota haji untuk Indonesia. Dan yang sudah berhaji, jika mau berhaji lagi, Kang Denny tadi mengingatkan,
lebih baik digunakan untuk membiayai orang lain berhaji.

Karena jangan lupa, mabrur yang balasannya surga itu bukan karena berhaji berulang-ulang, tapi punya lima syarat: [1] Tidak ada ria (tidak ingin dipandang oleh orang lain), [2] tidak sumah (tidak ingin didengar oleh orang lain), [3] tidak ada rafats di dalamnya (tidak ada kata-kata kotor), [4] tidak melakukan kefasikan, dan [5] yang paling penting: berhaji dengan harta yang halal. Sudahkah kita memenuhinya?

Ingat satu hadis lagi:
Allah itu baik, dan tidak menerima kecuali dari yang baik.” [segmen 4]

Segmen 3 & 4: Penambahan Kuota Haji INA

***

Apalah guna kuota peserta Piala Dunia bertambah jika kualitas timnas tidak bertambah dan di sana kita tidak pernah melihat berkibarnya Sang Saka Merah Putih?

Karenanya:
Pelatih boleh asing,
prestasi yang tidak boleh asing,
bahkan harus sering-sering. (Maman Suherman)

*Segmen 5: Sepak Bola Indonesia
Share:

Sabtu, 21 Januari 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 21 Januari 2017 (Di Balik Debat Pilkada DKI)

Kang Maman – Di Balik Debat Pilkada DKI

Pertanyaan Kang Denny justru menarik, “Kenapa yang menonjol malah Ira Koesno?”

Ini seperti mengirimkan sinyal. Debat, seperti umumnya dialog, kerap berakhir dengan dua-log atau tiga-log: saya dan lawan bicara saya seperti dua atau tiga pesawat [televisi] yang disetel berhadap-hadapan. Mereka tak mencoba mengerti saya dan saya tak mencoba mengerti mereka. Begitulah debat kerap terjadi.

Dan jika kalian yang menontonnya tak mendapatkan manfaatnya, setidaknya syukuri. Karena kalian telah mendapatkan hiburan dari tiga tayangan TV dalam satu frame yang dinyalakan bersamaan.

Tapi satu yang mesti kita ingat—tadi disinggung Hengky Kurniawan di awal:
Kita boleh kehilangan apa saja, termasuk dalam debat dan menonton debat. Asal jangan kehilangan iman, persahabatan, harapan, dan impian. [segmen 2]

***

Tentang cantik, tadi ada pesan yang menarik:
Dunia tidak akan berakhir hanya karena kamu disebut tidak cantik. Tetapi duniamu akan benar-benar berakhir jika kamu sibuk mencela dirimu sendiri.

Soal gusur menggusur dan penertiban kawasan, seperti yang jelas dikatakan oleh Ronal tadi:
RTRW (rencana tata ruang dan tata wilayah) tidak boleh inkosisten dan harus patuh pada undang-undang, bukan uang-uang.

Dan betul kata tiga pasangan calon tadi jika kita satukan:
Jakarta rohnya bukan benda, tapi manusia. Dan roh tidak boleh sakit, harus sehat. Jadi, bukan menghilangkan orangnya, tetapi “menyembuhkan” sakitnya. [segmen 3]

***

Pilkada DKI, bisa berbeda aspirasi, boleh berbeda pilihan. Yang penting tidak larut dalam saling nista dan benci. Hidup ini terlalu berharga untuk dibelenggu oleh persoalan pilkada semata.

Teman-teman tadi secara tersirat mengingatkan:
Kebahagiaan itu terletak pada kemengangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan—termasuk kehendak nyinyir dan nyindir yang berlebihan dan kebablasan. Kuncinya seperti kata Ronal: elegan.

Dan, buat para relawan:
Jadilah orang yang suka rela, bukan yang sukar-rela. (Maman Suherman)
Share:

Minggu, 15 Januari 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 15 Januari 2017 (ILKSiana)


Kang Maman – ILK-siana

Kata kunci Cak Lontong: keterbukaan. Jadi, semata gambaran sebelum ke notulensi.

Anggota PBB itu ada 194 negara. Di tahun 2013 saja, sudah ada 6,5 juta TKI yang bekerja di luar negeri di 142 negara. Dan satire Kiky Inggar mengatakan tadi, carilah ilmu hingga ke negeri Cina, dan carilah kerja hingga ke negeri Indonesia.

Ini sebenarnya sentilan tajam. Orang asing menganggap negeri ini sepenggal surga yang diturunkan ke muka bumi, negeri penuh harapan, sehingga datang beramai-ramai ke sini. Sementara banyak dari kita yang justru menyia-nyiakan zamrud khatulistiwa ini.

Jadi tadi Kang Ronal mengingatkan:
Jaga, rawat, rajut negeri ini dengan sepenuh hati, beri kemampuan dengan segenap cinta dan seluruh kemampuan diri, jangan mau kalah dari orang lain, kata kuncinya: kompetensi.

Soal pekerja asing, nggak usah sumbu pendek, jangan gampang termakan hoax, juga jangan ada dusta. Kalau ada bilang ada, kalau tidak melanggar akui tidak melanggar, kalau melanggar ya tindak. Simpel. [segmen 2]

*Segmen 1 & 2: Indonesia Lawak Kekinian (Serbuan Pekerja Tiongkok)

***

Jokowi adalah presidennya seluruh rakyat Indonesia, dari yang sudah renta hingga yang masih balita. Tangis rakyat adalah tangis pemimpinnya, tawa rakyat juga senyum pemimpinnya.

Jadi, mari ber-husnuzan, presiden tahu mana yang hanya selingan belaka, dan mana yang menjadi prioritas utama dalam kerja, kerja, dan kerja-nya.

Soal tangisan, bisa saja mendidik. Teringat sabda Rasulullah, “Tidak akan masuk ke dalam api neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah.” [segmen 4]

***

Melihat bapak yang berjuang demi anaknya tadi dan kalimat Okky, teringat kembali nasihat seorang ibu tentang bapak;

Meski mungkin bapak hanya jadi orang keempat setelah ibumu, ibumu, ibumu ....

Anakku, memang bapak tak mengandungmu, tetapi darahnya mengalir di darahmu. Memang bapak tak melahirkanmu, tapi suaranyalah yang pertama mengantarmu pada tauhid ketika kau lahir. Dialah yang senandungkan azan ke telingamu saat engkau lahir ke bumi. Memang bapak tak menyusuimu, tapi dari keringatnyalah setiap suapan yang menjadi air susumu.

Tangisan bapak mungkin tak pernah kau dengar, karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengan dan dadanya ketika merasa tak aman.

Pelukan bapakmu mungkin tak sehangat dan seerat ibu, tapi karena kecintaannya, dia takut tak sanggup melepaskanmu. Dia ingin kau mandiri agar ketika kami tiada, kau sanggup menghadapi semua sendiri. Jauh di dalam hatinya dia hanya ingin membanggakanmu di mata Rasulullah, menjadi penolong di padang mahsyar, serta menjadi hijab dari api neraka.

Ibu hanya ingin kau tahu, nak, bahwa cinta bapakmu kepadamu sama besarnya dengan cinta ibu.

Jadi, anakku, jauh di dirinya juga terdapat surga bagi lelaki yang rela tulang belakangnya patah dan bengkok demi kamu. Maka hormati dan sayangi bapakmu. (Maman Suherman)

*Segmen 5: Indonesia Lawak Kekinian (Tuntutan Anak pada Orang Tua)
Share:

Sabtu, 14 Januari 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 14 Januari 2017 (ILKSiana)

Kang Maman – ILK-siana

Hidup di dunia adalah perjalanan menuju pulang yang tak mudah. Karena dunia adalah negeri yang penuh beban, misteri tentang masa depan, ketidaktahuan tentang masa lalu, dan tempat tuntutan pelaksanaan semua hak-hak Tuhan.

Karena tak mudah, harus selalu awas. Tak boleh mabuk, tak boleh oleng, tapi harus selalu eling. Saya jadi teringat pada “Serat Kalatidha” dan Ronggo Warsito:
Seasyik-asyiknya orang yang lalai, suka oplosan dan sempoyongan, jauh lebih asyik dan lebih beruntung orang yang eling lan waspodho.” [segmen 2]


*Segmen 1 & 2: Transportasi Indonesia
***

Tarif administrasi meningkat, oke. Tapi teman-teman mengingatkan, kualitas pelayanan juga wajib meningkat.

Kata Kang Denny, persoalan harga jangan sedikit-sedikit dipolitisasi. Tersirat Cak Lontong bilang dan mengingatkan, harga naik, oke, tapi jangan meroket. Meski di dalam kata ‘roket’ ada kata ‘oke’.

Jadi, harapan rakyat sebenarnya sederhana:
Harga jangan meroket, agar rakyat tak makin sekarat. [segmen 4]

*Segmen 3 & 4: Harga Naik!!!

***

Pembukaan Undang-Undang Dasar '45 jelas mengamanatkan di alinea keempat: “Pemerintah negara Indonesia harus ikut melaksanakan ketertiban dunia, menjaga hubungan baik, dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain dalam rangka perdamaian abadi.” Tapi kata kuncinya: berdasarkan kemerdekaan.

Kita bangsa merdeka, dengan bangsa-bangsa lain kita setara, tidak boleh dihina oleh negara mana saja, termasuk oleh Australia.

Dan untuk kita semua, ada pesan menarik dari Profesor Hikmahanto Juwana:
“Bahan candaan sekalipun harus punya batasan.” (Maman Suherman)

*Segmen 5: Panas Dingin Indonesia-Australia
Share:

Minggu, 08 Januari 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 8 Januari 2017 (Wali Band & Panelis ILK “Cari Jodoh”)

Kang Maman – Wali Band & Panelis ILK “Cari Jodoh”

Napas lagu-lagu cintanya terasa sekali. Teringat tadi lagu “Cari Jodoh”, “Ada Gajah di Balik Batu”, juga saya teringat pada lagu “Cabe [Cari Berkah]”-nya Wali:

Punya rezeki, bagiin
Bantu yang susah, tolongin
Oh jadi miskin? Gak mungkin, Allah yang jamin
Hidup indah bila mencari berkah

Ya Allah Tuhan kami, berkahi hidup ini
Sampai tua nanti dan sampai dan sampai dan sampai kami mati

Seharusnya cinta itu pun seperti itu. Ikhlas, tulus, dibawa sampai mati.

Dan sampaikan pada kekasih hatimu:
“Jika mencintaimu adalah sebuah kesalahan,
penjarakan aku di hatimu
satu
selamanya
sampai mati.” [segmen 2]

***

Awas, ya, cinta itu amanah
Jangan kau khianatinya
Bila kau serius, jawablah pertanyaanku

Demi apa kau sayang padaku?
Demi apa kau cinta padaku?
Demikian kutanya padamu
Demi apa, sayangku?

Kalau sudah ditantang seperti itu di lirik “Cinta Itu Amanah”-nya Wali, jangan pernah mundur dan kendur hanya karena takut patah hati dan tersakiti.

Mengapa harus takut dengan pahitnya cinta? Bukankah kopi sempurna justru karena rasa pahitnya? Begitu juga dengan cinta.

Seduh dalam sedu sedanmu, nikmati dalam hatimu, lirik Wali menemanimu; dari Ciputat sampai Malta, dari Tomat (Tobat Maksiat) sampai Sejuta (Setia, Jujur dan Takwa).

Dan ingat, teman-teman Wali:
Cinta bukan kata kerja, cinta bukan kata benda, cinta adalah kata hati.
Simpan istrimu selamanya di dalam hati, abadi.

Selamat ulang tahun ke-17, Wali! (Maman Suherman)
Share:

Sabtu, 07 Januari 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 7 Januari 2017 (Pilkada Jakarta)

Kang Maman – Pilkada Jakarta

Secara satire, Kang Denny membuka acara dengan mengatakan, “Pilkada, tidak boleh menjadi: PILihan KAgak aDA.” Harus ada yang bisa dipilih, dengan syarat, pemimpin yang akan dipilih itu harus seperti kata Iwa K, “Otak dan ototnya harus sinkron alias sehat lahir-batin.”

Dan orang yang sehat lahir-batin, mulut dan perbuatannya sejalan. Tak cuma pintar umbar janji, tapi kuasa mewujudkan bukti. [segmen 2]

***

Pemimpin yang baik itu menyatukan, bukan memorak-porandakan. Dan ingat, Iwa K dan teman-teman tadi sempat menyinggungnya: Menyatukan dalam keberagaman, bukan memaksa menyeragamkan. Karena kita beragam, bukan untuk diseragamkan.

Bineka itu anugerah, saling paksa dalam nista dan hina dina itu musibah. [segmen 4]

***

Secara keseluruhan, di segmen 2 tadi Anyun secara tersirat menyatakan sesuatu, yang didukung oleh Kang Denny:
“Di setiap pelaksanaan pilkada, langit selalu berubah hitam karena dipengaruhi hasutan, caci maki, dan kampanye hitam.”

Orang bijak mengingatkan:
Salah satu cara memuji diri yang paling hina adalah membesar-besarkan diri sendiri seraya merendahkan dan mencaci maki orang lain.

Jadi, berhentilah atau mengalahlah hingga tak ada yang sanggup mengalahkanmu, merendahlah hingga tak ada yang sanggup merendahkanmu.

Mari tegakkan satu hal dalam satu embusan napas:
Janganlah kebencianmu membuatmu bertindak tidak adil.

Jadi, adillah sejak dalam pikiran. Dan, Kang Ronal mengingatkan:
Jadilah pemimpin yang berani, santun, dan (ter)hormat. (Maman Suherman)
Share:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter