Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

Selasa, 12 Agustus 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 12 Agustus 2014 (Basa-basi)

Kang Maman Basa-basi

Ada 9 pertanyaan basa-basi paling basi dan paling terkenal di Indonesia:

Pertama, seperti kata Cak Lontong, “Eh, sama siapa?” Kedua, “Kapan lulus?” Ketiga, “Udah kerja?” Keempat, “Kapan nikah?” Kelima, “Kapan punya anak?” “Eh, sekarang gemukan,” itu yang keenam. “Sudah makan belum?” yang ketujuh. “Masih pacaran sama si anu?” dan “Sekolah di mana?”

Dan, 2 pertanyaan yang paling basi dalam dunia jurnalistik adalah kalau terjadi musibah—dari musibah paling ringan dan musibah paling besar seperti tsunami—adalah, “Bagaimana perasaanmu?” dan “Ada firasat nggak sebelumnya?” Itu pertanyaan jurnalistik yang paling basi di dunia.

Kemudian yang kedua, kita sejujurnya adalah bangsa pendengar, bukan rasional-logis dengan mekanisme sebenarnya, suka mendengar pujian dan basa-basi, dan kalimat shadow euphemistic. Tapi karena sudah sedemikian terbiasa dialami sehari-hari, terkadang satu ketulusan pun dicurigai dan dianggap cuma basa-basi. Hal ini manusiawi, tidak ada yang perlu dipersalahkan.

Jadi, jika itu memang sebuah ketulusan, lakukan saja tanpa perlu takut dibilang bas bis bus (basa-basi busuk).

Dan yang menerima, tulus atau tidak, bas bis bus atau bukan, lebih baik berpikiran positif. Namun, di level yang lebih tinggi dalam berkomunikasi, daripada basa-basi busuk, bertukar hening jauh lebih meresap kedalam hati. Seperti lagu When You Say Nothing at All dari Ronan Keating. Di situ dia mengatakan, “Senyum di bibirmu, jujur tatap matamu, lembut sentuhan tanganmu adalah kata-kata yang teramat baik tanpa perlu kamu mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutmu.”

Chrisye dalam lagu “Hening” mengajarkan kita tentang itu:

“Kala malam tiada berbintang
Tampak redup wajah rembulan
Hening sunyi sangat mencekam
Desir angin pun tanpa suara

Ku termenung menatap alam
Kepasrahan semakin dalam
Jagat raya dan seisinya
Lukisan segala kuasa

Kehidupan di alam semesta
Mengagumkan dan luar biasa
Semakin kurasa keagungan ini
Karya cipta-Mu Tuhan
...”

Jadi, mari berlatih menggunakan bahasa Tuhan, bahasa keheningan yang diwujudkan alam. Memeluk tulus segala hal, tanpa menyibukkan pikiran dengan penilaian apakah orang lain itu tulus atau kurang tulus. Yang penting, kitanya sendiri yang berlaku tulus dan tidak hidup hanya bermodalkan akal bulus.

Dan untuk para pemimpin: Kalau apa yang disampaikan sekadar untuk cari sensasi tanpa aksi, kelak kalian hanya akan dikenang sebagai pemimpin yang pandai berbahasa, yang ujungnya cuma seorang pemberi janji basi! (Maman Suherman)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter