Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

Jumat, 26 September 2014

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 26 September 2014 (Hari Komedi Nasional)

Kang Maman Hari Komedi Nasional

Seni komedi Indonesia punya beragam genre—sebanyak istilah tentang pelawak itu sendiri. Dari istilah alan-alan, badut, bebodoran, bodor, hamlak, komedian, orang jegela, pembanyol, pendagel, penggeli hati, pelipur, pengocok perut, hingga seniman komedi.

Dan, bagaimana dengan sosoknya?

Sosok satu ini seperti ditakdirkan untuk mengabdi lewat seni—sejak masih belasan tahun, hingga akhir hayatnya. Sebagai penyanyi, ia serba bisa, juara bintang radio, piawai menulis lagu dan menyanyikan beragam warna musik, juga terampil memainkan alat musik. 27 album rekaman “ditelurkannya”.

Lelaki kelahiran Cilegon, Banten, ini juga bermain teater dan film layar lebar. 20 tahun, 23 film. Dari film Solo di Waktu Malam (di tahun 1952), Amor dan Humor, Ambisi, Kisah Pelawak, sampai yang menggunakan namanya, seperti: Bing Slamet Tukang Becak, Bing Slamet Merantau, Bing Slamet Setan Djalanan, Bing Slamet Dukun Palsu, Bing Slamet Sibuk, dan terakhir menjelang hayatnya: Bing Slamet Koboi Cengeng.

Di balik semua itu, hampir semua penampilan berkeseniannya diawali dan diwarnai dengan kepiawaiannya sebagai seniman komedi. Ia bernyanyi dengan nuansa komedi lewat kemampuannya mengubah suaranya; dari suara perempuan, sampai suara anak-anak.

Di era '50-an hingga '70-an, ia membentuk grup lawak Trio Los Gilos. 20 tahun, muncul lewat corong RRI [Radio Republik Indonesia] bersama Mang Udel dan Cepot yang diperankan oleh Harjo Dipuro. Ia juga membentuk trio lawak SAE [Trio SAE] dan EBI, dan terakhir: Kwarted Jaya bersama Ateng, Iskak, dan Eddy Sud.

Di usia jelang 40 tahun, Tuhan memanggilnya saat berada di puncak kepopuleran.

Tanda-tanda kematian sudah tampak ketika ia muncul bulan April 1974 saat sedang melakukan pertunjukan di Tegal, Jawa Tengah. Dia sedang sakit. Eddy Sud melarangnya tampil, tetapi dia tidak mau membuat penonton dan panitia kecewa.

Saat pertunjukan, dia tetap berdiri di belakang electone dengan tubuh telah payah dan wajah menahan sakit. Ia berusaha tegak berdiri, tetapi tiba-tiba tubuhnya roboh. Penonton tertawa, mengira itu bagian dari lawakan. Penonton baru kaget ketika teman-temannya melarikannya ke rumah sakit. Itulah penampilan terakhir sosok satu ini.

Dan kemudian, ia berpulang 17 September 1974; 10 hari sebelum genap berusia 47 tahun. Saat penguburan, media menggambarkan karangan bunga menumpuk sangat banyak, dan barisan pengiring jenazah menuju Karet Bivak, 4 kilometer panjangnya.

Dan, Titiek Puspa menggambarkan duka mendalam itu lewat lirik:

“...
Berita menggelegar aku terima
kekasih berpulang untuk selamanya
Hancur luluh rasa jiwa dan raga
tak percaya tapi nyata

Ku bersimpuh di sisi jasad membeku
doa tulus dan air mata
Segala dosa ku mohonkan ampunannya
seakan terjawab dan Kau terima

Dan tiada.. tiada Bing lagi
...”

Ia meninggalkan nama baik; sosok besar yang oleh teman-temannya disebut ‘sosok yang lebih banyak memberi daripada menerima’. Ia bisa ajak seniman-seniman yang sudah “tidak laku” manggung bersamanya, dan membayarkannya dengan honornya. Benyamin menyebutnya ‘sosok yang membuat saya bisa menjadi seniman yang terkenal’.

Jasad Bing Slamet boleh terkubur, tapi jiwanya tetap hidup di batin kami, seniman komedi Indonesia.

Satu jam lagi, 27 September 2014, adalah hari ulang tahun ke-87 Bing Slamet. Ia tidak pernah mati. Karenanya, kami, keluarga besar Indonesia Lawak Klub, mengusulkan hari lahir Bing Slamet sebagai Hari Komedi Indonesia, sekaligus ungkapan rasa cinta kami kepada semua komedian yang telah membuat Indonesia tersenyum dan tertawa. Dan mengingatkannya untuk terus menjaga negeri ini, seperti lirik lagu yang diwariskan Bing dalam Belaian Sayang:

“...
Ibu berdoa, ayah menjaga
agar kelak kau, jujur melangkah

Jangan pernah engkau lupa
tanah pusaka
tanah tumpah darah
Indonesia”

Kepada keluarga besar Bing Slamet, terimalah penghargaan Legend Award dari kami untuk maestro dunia lawak Indonesia: Bing Slamet, “Bapak Komedi Indonesia”. (Maman Suherman) 

***

“Komedi yang cerdas selalu membawa pesan kebaikan dan semangat kehidupan.” Kang Denny (Denny Chandra)
Share:

1 komentar:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter