Kang Maman – Ayahku, Idolaku
“Ayah adalah cinta pertama seorang anak,” betul kata Fitrop [Fitri Tropica].
Ayah yang menangis ketika saya sakit dan divonis tidak bisa
diselamatkan lagi, dan berdoa tidak putus-putusnya disampingku. Dan dalam doanya
dia meminta, “Ambillah nyawaku, jangan nyawa anakku. Sembuhkan dia.”
Dan ketika dia yang sakit keras, dia tak pernah memperlihatkan air
matanya, malah selalu tersenyum agar kami tidak menangis dan ikut merasakan
sakitnya. Dan sehari sebelum wafat, ia bisikkan di kuping saya, “Bapak akan
selalu menemanimu dalam doa, dan kalau kamu mau bahagiakan Bapakmu di dunia yang
lain kelak, jaga selalu Ibumu. Kalau karena cinta Bapak, jangan pernah putus
cinta dan doa untuk Ibumu. Jaga dia untuk Bapak, dan doakan agar Bapak kelak
bisa bertemu kembali dengannya di surga.” Ia tidak pernah menangis, dan ketika
saya mengatakan “Iya,” barulah saat itu ia menitikkan air mata.
Saya percaya, seorang ayah mampu menepis air matanya karena Tuhan
memberi bahu yang kuat untuk menopang kesedihan.
Ketika ayah memberikan sesuatu untuk anaknya, anaknya pun tersenyum.
Namun ketika si anak memberikan sesuatu untuk ayahnya, sang ayah menangis.
Ayah adalah sosok
yang harus selalu berupaya terlihat kuat, bahkan ketika dia tidak kuat untuk
tidak menangis. Dia harus selalu tegas, bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Dan
dia, adalah orang yang pertama, yang selalu mengatakan, “Kamu bisa!”—seperti tadi yang dikatakan ayah Fitrop.
Jadi,
hubungi sekarang ayahmu selagi sempat, katakan kamu mencintainya, dan bila ia
bersamamu, pegang erat tangannya, cium keningnya dan taburkan doa untuknya.
Selamat Hari
Ayah.
(Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar