Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

Senin, 07 September 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 7 September 2015 (Dolar Makin Melar)

Kang Maman Dolar Makin Melar

Kodrat kurs mata uang itu cuma tiga; mengalami penaikan, stabil, atau penurunan. “Jadi, kenapa mesti ditakuti?” Begitu yang tersirat maupun tersurat dari pernyataan para panelis. Kalaupun ada yang perlu ditakuti atau memang harus (sangat) ditakuti, tersirat dari pernyataan Cak Lontong dan diperkuat oleh Ronal, “Adalah jika mental kita sebagai bangsa yang tidak stabil—bahkan melemah, menukik ke titik terendah, tidak punya semangat untuk bangkit, tidak berdaulat secara politik, tidak berdikari secara ekonomi, dan tidak punya kepribadian sebagai bangsa.”

Dan untuk itu, kita perlu memahami makna filosofis dari mata uang kita sendiri, rupiah. Mengapa seribu rupiah bergambar Pattimura memegang alat dan senjata berbentuk golok? Agar jika yang baru kita bisa raih cuma sekumpulan uang seribuan, itu berarti kita masih harus terus bekerja keras, menggunakan segala daya dan alat yang ada agar penghasilan meningkat dan tidak boros, berupaya keras, dan tetap bersabar.

Tetapi bagi mereka yang sudah mengumpulkan gepokan ratusan ribuan, lihat gambarnya: dua proklamator yang mengajarkan kita untuk berdikari, menggunakan kopiah dan peci; simbol orang yang pergi beribadah, pergi ke tempat sosial.

Jika kamu sudah berpunya, perbanyak syukur dan perbanyak sedekah dan tidak menghamburkannya di tempat-tempat yang tidak perlu untuk sesuatu yang tidak perlu. Dan jangan dibalik. Ketika ke tempat ibadah hanya rela memasukkan donasi seribu rupiah—itu pun dengan berat hati—tapi kalau ke pasar, malah rela berboros-boros mengumbar ratusan ribuan hanya untuk berbangga membeli produk luar negeri.

Jika itu terjadi, persis kekhawatiran Bung Karno, “Akan membuatmu kehilangan kepribadian, dan terancam untuk tidak berdaulat dan berdikari.” Tetapi jika tidak salah tempat, seribuan di pasar, seratusan ribuan di tempat ibadah, maka negeri ini akan lebih makmur dan terberkati, tidak terjerat pada situasi dan kondisi “dolar bikin modar, dan rupiah cuma bikin resah.”

Negeri ini terlalu kaya hanya untuk memproduksi keluh, tetapi lupa untuk memproduksi peluh bagi kemakmuran negeri sendiri. (Maman Suherman)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter