Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

Sabtu, 29 Juli 2017

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 29 Juli 2017 (ILKSiana)

Kang Maman – ILK-siana

Selalu merinding dan nurani tergores setiap melihat video orang-orang yang dengan sadisnya–kata Cak Lontong—menyakiti dan melecehkan orang lain seperti tanpa perasaan sama sekali.

Adakah alasan pembenar untuk mengatakan bullying dengan “memelonco” orang lain dengan menggunakan kekerasan fisik yang sangat melukai dan melecehkan bisa membangun kesehatian dan persahabatan abadi? Atau malah sebaliknya, kebencian, dendam abadi, dan lahirnya upaya balas dendam dari korban kepada pelaku atau kepada orang lain supaya bisa merasakan apa yang pernah dia rasakan? Seperti tadi disitir oleh Kang Denny, “Empati adalah kunci.” Kata Melissa, “Tabur cinta,” bukan tebar nista dan derita.

Dan kepada korban bully, masa depan masih ada di genggamanmu. Teringat seorang kutu buku yang senang menyendiri dan menyukai hal-hal yang berbau fiksi sains, kelahiran Pretoria, Afrika Selatan, 46 tahun lalu.

Ia jadi bulan-bulanan di sekolahnya, kadang dihajar sampai pingsan, terluka karena dijatuhkan dari tangga ke lantai, bahkan sampai harus masuk rumah sakit berulang-ulang kali. Dan hari ini, majalah Forbes menaksir harta kekayaan korban bully tersebut sekitar Rp231 triliun.

Dia adalah pendiri perusahaan SpaceX yang berbisnis pesawat luar angkasa sampai Tesla, yang melahirkan mobil listrik canggih, dan sedang merintis jalan untuk membawa manusia menjadi penghuni planet Mars. Namanya seperti yang ada di layar tadi, sang Iron Man, Elon Musk.

Apa kunci sukses Elon Musk?

Dia sangat percaya, masa depan milik orang yang mampu menaklukkan rasa sakit bahkan melebihi orang-orang yang telah pernah membuatnya sakit.

Orang yang tahu nikmatnya bangkit adalah orang yang pernah merasakan perihnya terjatuh dan terluka. [segmen 2]

***

“Profesi sebagai penghibur atau artis, bukan profesi kekal abadi,” kata Melissa. Ada masa populer bermandikan taburan bintang dan cahaya lampu, ada masa redup bak panggung pertunjukan yang berakhir—layar diturunkan, lampu pun dimatikan. Sehingga tak salah untuk merambah aktivitas produktif lainnya.

Bukankah tak baik untuk menaruh semua telur di dalam satu keranjang, yang jika tertumpah akan pecah semua?

Tentang bisnis para selebriti, daripada menyinyirinya, lebih baik mensyukuri upaya siapa pun yang membuka lapangan usaha dan kerja. Kata Kang Denny, “Karena itu berarti membuka peluang kerja kepada orang di sekelilingnya.” “Apa lagi,” kata Gigi, “halal.”

Dan yang penting, berbuat untuk diri sendiri itu namanya semata kesenangan. Tetapi berbuat (berbagi lapangan kerja) untuk orang lain, itulah kebahagiaan. [segmen 3]

***

Betul kata Cak Lontong, menurut data BNN ada 5,9 juta penyalahguna narkoba di Indonesia, dan rata-rata tewas 33 sampai 40 orang sehari. Dan rata-rata, penyalahguna narkoba itu menggunakan 0,2 gram sekali pakai, atau satu gram digunakan oleh lima sampai enam orang.

Jadi kalau ada pasokan satu ton sabu yang kemarin berhasil digagalkan, satu ton itu identik dengan satu juta gram. Kalau 5,9 juta orang itu memakai sabu bersama-sama dalam waktu bersamaan, satu ton itu identik dengan setiap orang hanya mendapatkan jatah 0,2 gram untuk sekali pemakaian.

Artinya apa, seperti kata Kang Denny, begitu besar pasar narkoba di negeri ini, dan Indonesia betul-betul menjadi tujuan potensial perdagangan narkoba. Sehingga masuk akal kalau menurut BNN, ada 250 ton sabu masuk ke Indonesia sepanjang 2016.

Sungguh negeri ini masuk dalam kondisi gawat darurat narkoba. Karenanya tak boleh semata mengandalkan aparat dalam memeranginya, kata Kang Denny dan Cak Lontong. Tapi seluruh warga harus meminjam penggal puisi Wiji Thukul, “Hanya satu kata: LAWAN!”

Dan kepada pengguna, mari berikan rehabilitasi medis dan sosial (baik sukarela maupun proses penegakan hukum) dengan menjalani pengobatan, perawatan, pemulihan, sesuai Undang-Undang [Nomor] 35 [Tahun] 2009 tentang Narkotika, seperti diungkapkan Melissa dan Pak Sulis tadi.

Dan kepada para bandar dan pengedar, jatuhkan hukuman yang seberat-beratnya, yang menurut Undang-Undang minimal empat (4) tahun dan hukuman mati maksimal untuk mereka yang memproduksi, mengimpor, dan mengekspor atau menyalurkan narkotika golongan satu.

Terakhir, tadi ada silogisme menarik dari Cak Lontong. Itu mengingatkan saya pada kampanye ibu negara Amerika Serikat tahun '80-an, Nancy Reagan. Untuk mencegah keterlibatan anak dan remaja dalam penyalahgunaan narkoba, cukup tiga kata: “JUST SAY NO!” (Maman Suherman)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter