Kang
Maman – Kebarat-Beratan
Berpadunya
Timur dan Barat adalah keniscayaan. Pencarian menjadi modern boleh-boleh saja,
kata Adinda dan Arie tadi. Asal, kata Debby dan Cak Lontong, tanpa harus
menjadi orang Barat dan dunia Barat. Masak mau menjadi copy paste atau
salinan yang murahan dari dunia Barat yang tidak patut? Tekanannya dari Cak
Lontong: “tidak patut”, karena tidak semua yang dari Barat itu tidak patut,
juga ada yang patut.
Jadi,
menjadi modern adalah sebuah keniscayaan, asal tetap beradab, jangan biadab.
Ronal mengatakan, “Jangan mau jadi korban mode.” Di sisi lain, ada yang
lebih celaka dari rok mini, yaitu otak mini. [segmen 2]
***
Mendengar
pro kontra tentang mulai seringnya muncul kebiasaan pesta bujang yang berdampak
“uhu-uhu dan gila-gilaan”—dalam bahasa Debby, dan juga tentang masih
adanya budaya midodareni, juga adat yang mengiringi kelahiran bayi, ini
mengingatkan saya pada surat Raden Adjeng Kartini pada tanggal 27 Oktober 1902
kepada Nyonya Abendanon di Barat.
Sudah
lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang
terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah Ibu menganggap masyarakat Eropa itu
sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat
Ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban?
Tidak
sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah
Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.
Karena
yang terpenting, jadilah dirimu sendiri! [segmen 4]
***
Barat dan
Timur berbeda, tapi tak ada yang lebih tinggi satu atas yang lain. Jadi, jangan
pernah merasa inferior sebagai orang Timur. Karena kita pun—meminjam bahasa
Rumi—bukan sekadar tetesan di tengah samudra, tapi kita pun adalah samudra
dahsyat di tengah tetesan-Nya. Meski kau di Timur dan dari Timur, kamu juga
adalah adalah percikan Tuhan, manusia sempurna yang menjadi “tangan” Tuhan
untuk mengubah dunia.
Terakhir,
apa sih pangkat tertinggi manusia di Timur dan Barat?
Kembali
teringat surat Kartini yang tak pernah merasa inferior pada Barat, kepada
Nyonya Abendanon pada tanggal 1 Agustus 1903.
Ingin
benar saya menggunakan gelar tertinggi, kata Kartini, yaitu Hamba Allah.
Kuat sekali
pesannya. Jangan pernah minder, di Timur atau Barat, pangkat tertinggi manusia
sama: Hamba Allah. Jadi, tegas Cak Lontong: “Jangan pernah bikin dikotomi.” (Maman
Suherman)
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapus