Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

Senin, 07 Desember 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 7 Desember 2015 (Emoticon Mewakili Perasaan?)

Kang Maman Emoticon Mewakili Perasaan?

Dalam alur komunikasi yang memanfaatkan media internet, terutama pesan teks, sulit sekali melepaskan diri dari penggunaan emoticon atau emosikon dalam bahasa Indonesia (?). Karena kita dan lawan bicara tidak bisa saling menunjukkan dan memperhatikan mimik saat mengutarakan sesuatu. Emosikon pun kemudian disisipkan agar teks mengandung emosi. Namun, tahukan siapa yang pertama kali memperkenalkan emosikon?

Ada versi yang mengatakan, sudah sejak lama, sejak era Morse (tahun 1800-an). Namun Wall Street Journal, pernah memublikasikan bahwa orang pertama yang membuat emosikon sederhana adalah Scott Elliott Fahlman. Yang bermula ketika terjadi pemberitaan palsu tentang jatuhnya air raksa di sebuah Universitas Carnegie Mellon. Dari situlah, pada tanggal 19 September 1982, lahir dua emoticon yang sangat sederhana. Emosikon ‘:)’ yang menggambarkan berita itu cuma lelucon belaka, atau ‘:(’ kabar serius.

Dan kemudian, dari sanalah berkembang berbagai emoticon menjadi emoji. Sticker, yang dipopulerkan oleh aplikasi chatting LINE, juga berpangkal dari penemuan Fahlman tersebut.

Jadi, emosikon adalah icon yang menggambarkan suasana hati, yang ditampilkan dalam komunikasi online yang menjadi pembeda, apakah itu serius atau cuma bercanda. Tetapi yang jauh lebih penting, kata Ronal, apakah orang yang dituju (dikirimi) info plus emosikon itu punya pemahaman yang sama tentang icon itu.

Kunci komunikasi kan jelas: Penyampai dan penerima mesti berada dalam satu frekuensi dan pemahaman yang sama. Bayangkan, kalau tidak, akan terjadi mispersepsi atau miskomunikasi. Misalnya, saat serius dimaknai bercanda; saat sedih yang penuh uraian air mata, dimaknai tertawa bahagia sampai keluar air mata. Itu akan berakibat rusaknya jagat pergaulan dan silaturahmi.

Jadi, silaturahmi tatap muka jauh lebih bermakna dan diyakini lebih memperpanjang usia. Sementara emosikon, semata hanya ikon emosi, hanya ikon yang berupa benda mati tanpa hati. Jadi, jangan gara-gara emosikon, emosi semakin bertambah. (Maman Suherman)
Share:

2 komentar:

  1. Syukron Bang, Sangat bermanfa'at.....kunjungi juga blog saya : murshofiali.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah..
      Siap, "Kekayaan Alam Indonesia Yang Terampas"

      Hapus

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter