Kang Maman – Mertua vs Menantu
Dengan segala plus–minusnya, “aturan main”
yang berlaku dalam hubungan di antara sesama insan, juga berlaku dalam hubungan
antara menantu dan mertua: saling mengasihi, mencintai, bersikap tulus,
menasihati dengan cara yang baik, tidak menzalimi, tidak mendustai, tidak
menipu, tidak membicarakan aibnya, dan adab-adab yang berlaku dalam hubungan antarsesama
lainnya.
Mengingat mertua juga adalah orang tua
kita sendiri, selayaknya kita menggunakan rumus matematika dalam berhubungan
dengannya, yakni: mengalikan kegembiraannya, mengurangi kesedihannya,
menambahkan semangatnya, membagi kebahagiaan dengannya, dan mengkuadratkan
kasih sayang dengannya.
Bagaimana kita ingin ibu kita diperlakukan
dengan baik oleh ayah kita, seperti itulah hendaknya kita memperlakukan istri
kita. Bagaimana kita ingin kelak suami anak kita berakhlak mulia kepada putri
kita, seperti itulah kiranya kita berakhlak mulia kepada istri kita. Dan
bagaimana kita ingin ayah–ibu kita diperlakukan dengan baik dan mulia oleh
menantunya, seperti itulah hendaknya kita memperlakukan ibu dan bapak mertua
kita.
Dan sebaliknya, kepada para mertua, ingat:
menantumu adalah anakmu juga, sekaligus belahan jiwa anakmu. Cintai seperti
engkau mencintai belahan jiwanya, yakni anakmu sendiri.
Daripada mertua–menantu saling mengawasi,
lebih baik saling menyayangi. Daripada saling memberatkan, lebih baik saling meringankan
dengan satu catatan—dan ini tadi yang jadi perdebatan menarik: “Menantu bukan
pembantu, mertua bukan balai penitipan.” (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar