Kang Maman – Hari Komedi Nasional
Seni komedi Indonesia punya beragam
genre—sebanyak istilah tentang pelawak itu sendiri. Dari istilah alan-alan,
badut, bebodoran, bodor, hamlak,
komedian, orang jegela, pembanyol,
pendagel, penggeli hati, pelipur, pengocok perut, hingga seniman komedi.
Dan, bagaimana dengan sosoknya?
Sosok satu
ini seperti ditakdirkan untuk mengabdi lewat seni—sejak masih belasan tahun,
hingga akhir hayatnya. Sebagai penyanyi, ia serba bisa, juara bintang radio, piawai
menulis lagu dan menyanyikan beragam warna musik, juga terampil memainkan alat
musik. 27 album rekaman “ditelurkannya”.
Lelaki
kelahiran Cilegon, Banten, ini juga bermain teater dan film layar lebar. 20
tahun, 23 film. Dari film Solo di Waktu Malam (di tahun 1952), Amor dan Humor,
Ambisi, Kisah Pelawak, sampai yang menggunakan namanya, seperti: Bing Slamet
Tukang Becak, Bing Slamet Merantau, Bing Slamet Setan Djalanan, Bing Slamet
Dukun Palsu, Bing Slamet Sibuk, dan terakhir menjelang hayatnya: Bing Slamet
Koboi Cengeng.
Di balik
semua itu, hampir semua penampilan berkeseniannya diawali dan diwarnai dengan
kepiawaiannya sebagai seniman komedi. Ia bernyanyi dengan nuansa komedi lewat
kemampuannya mengubah suaranya; dari suara perempuan, sampai suara anak-anak.
Di era '50-an
hingga '70-an, ia membentuk grup lawak Trio Los Gilos. 20 tahun, muncul lewat
corong RRI [Radio Republik Indonesia] bersama
Mang Udel dan Cepot yang diperankan oleh Harjo Dipuro. Ia juga membentuk trio
lawak SAE [Trio SAE] dan EBI, dan terakhir: Kwarted Jaya bersama Ateng, Iskak,
dan Eddy Sud.
Di usia
jelang 40 tahun, Tuhan memanggilnya saat berada di puncak kepopuleran.
Tanda-tanda
kematian sudah tampak ketika ia muncul bulan April 1974 saat sedang melakukan
pertunjukan di Tegal, Jawa Tengah. Dia sedang sakit. Eddy Sud melarangnya
tampil, tetapi dia tidak mau membuat penonton dan panitia kecewa.
Saat
pertunjukan, dia tetap berdiri di belakang electone
dengan tubuh telah payah dan wajah menahan sakit. Ia berusaha tegak berdiri,
tetapi tiba-tiba tubuhnya roboh. Penonton tertawa, mengira itu bagian dari
lawakan. Penonton baru kaget ketika teman-temannya melarikannya ke rumah sakit.
Itulah penampilan terakhir sosok satu ini.
Dan
kemudian, ia berpulang 17 September 1974; 10 hari sebelum genap berusia 47
tahun. Saat penguburan, media menggambarkan karangan bunga menumpuk sangat
banyak, dan barisan pengiring jenazah menuju Karet Bivak, 4 kilometer
panjangnya.
Dan, Titiek
Puspa menggambarkan duka mendalam itu lewat lirik:
“...
Berita menggelegar aku terima
kekasih berpulang
untuk selamanyaBerita menggelegar aku terima
Hancur luluh
rasa jiwa dan raga
tak percaya
tapi nyata
Ku bersimpuh
di sisi jasad membeku
doa tulus
dan air mata
Segala dosa
ku mohonkan ampunannya
seakan
terjawab dan Kau terima
Dan tiada..
tiada Bing lagi
...”
...”
Ia
meninggalkan nama baik; sosok besar yang oleh teman-temannya disebut ‘sosok
yang lebih banyak memberi daripada menerima’. Ia bisa ajak seniman-seniman yang
sudah “tidak laku” manggung bersamanya, dan membayarkannya dengan honornya. Benyamin
menyebutnya ‘sosok yang membuat saya bisa menjadi seniman yang terkenal’.
Jasad Bing
Slamet boleh terkubur, tapi jiwanya tetap hidup di batin kami, seniman komedi
Indonesia.
Satu jam
lagi, 27 September 2014, adalah hari ulang tahun ke-87 Bing Slamet. Ia tidak
pernah mati. Karenanya, kami, keluarga besar Indonesia
Lawak Klub, mengusulkan hari lahir Bing Slamet sebagai Hari Komedi Indonesia,
sekaligus ungkapan rasa cinta kami kepada semua komedian yang telah membuat Indonesia tersenyum dan tertawa. Dan mengingatkannya
untuk terus menjaga negeri ini, seperti lirik lagu yang diwariskan Bing dalam
Belaian Sayang:
“...
Ibu berdoa, ayah menjaga
agar kelak kau, jujur melangkah
Jangan pernah engkau lupa
tanah pusaka
tanah tumpah darah
Indonesia”
Ibu berdoa, ayah menjaga
agar kelak kau, jujur melangkah
Jangan pernah engkau lupa
tanah pusaka
tanah tumpah darah
Indonesia”
Kepada keluarga
besar Bing Slamet, terimalah penghargaan Legend
Award dari kami untuk maestro dunia lawak Indonesia: Bing Slamet,
“Bapak Komedi Indonesia”. (Maman Suherman)
***
“Komedi yang
cerdas selalu membawa pesan kebaikan dan semangat kehidupan.” – Kang Denny (Denny Chandra)
bagus sekali. tetap berkarya :-)
BalasHapus