Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

Minggu, 18 September 2016

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 18 September 2016 (Dangdut Masa Kini dan Masa Lalu)

Kang Maman – Dangdut Masa Kini dan Masa Lalu

Yang pertama, dangdut itu bukan jiplakan musik asing. Ia mengalami proses ATM+I (amati, tiru, modifikasi, dan inovasi). Menggabungkan unsur Hindustani, Melayu, dan Arab, yang bercirikan dentaman tabla yang bisa diganti ketipung dan gendang.

Dangdut itu penyebutannya merupakan onomatope—istilahnya. Onomatope dari suara tabla yang didominasi bunyi “dang-dut-dang-dut” tetapi tidak statis—seperti kata Jenita Janet dan Kristina. Mampu berkembang menjadi bermacam-macam genre karena perkawinan dengan warna musik lain.

Yang kedua, siapa bilang lirik lagu dangdut itu jelek? Coba dengar apa yang terpesankan dari lagunya Jaja Mihardja: Cinta itu harus suci, harus setia; tidak boleh seperti sabun mandi, yang makin dipakai makin tak wangi. [segmen 2]

***

Dangdut dulu dan dangdut sekarang bukan dua kutub yang bertentangan. Tapi satu kesatuan yang bersambungan, demikian pula dengan dangdut dan dangdutan. Prestasi telah menembus dunia. Disiplin yang utama, kata Mang Jaja, dan sensasi cuma selingan.

Jadi, mari nikmati goyangan, yuk ajojingan, tapi jangan sambil mabuk dan mudah ngamuk kalau senggolan. Karena seni dan seniman, senang dan cinta damai.

Terakhir, ingat:
Musik dangdut bukan musik kampungan, tapi musik jempolan. Buktinya, begitu tabla, ketipung dan gendang dientak, seruling mengalun, penyanyi bergoyang, jempol siapa pun otomatis bergoyang.

Jadi, dangdut dan dangdutan, sungguh jempolan. (Maman Suherman)
Share:

1 komentar:

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter