Kang Maman – Munas, Gubernur Tandingan, dan Asisten Rumah Tangga
Di Indonesia Lawak Klub, tema
dimungkinkan diganti. Itulah seni kemungkinan.
Politik adalah seni kemungkinan-kemungkinan. Dalam politik, tidak ada
yang tidak mungkin, semua serba mungkin. Teman separtai; seiring; sejalan
kemarin, hari ini bisa menjadi musuh bebuyutan. Lawan beda partai dan ideologi,
bisa menjadi teman berpegangan tangan dan berpelukan karena satu hal. Sesuatu
yang kata orang “tak ada yang abadi”, tetapi di politik, ada keabadian itu:
kepentingan.
Ideologi
sekalipun bisa tenggelam oleh faktor kepentingan. Teringat Václav
Havel, seorang sastrawan yang pernah menjadi presiden Ceko. Dia mengatakan, ada
tiga dorongan yang menjadikan seseorang berkeinginan kuat menggapai kekuasaan
politik. Pertama: Dorongan ideologi, yang kerap cuma menjadi label dagangan
politik belaka. Kedua: Dorongan cita-cita. Motivasi untuk membuat dunia lebih baik,
yang kerap cuma muncul dalam spanduk, slogan-slogan kampanye, dan iklan-iklan
politik. Serta dorongan ketiga: Oportunisme; menggapai berbagai keuntungan yang diberikan
oleh kekuasaan politik.
Dan dorongan ketiga inilah (oportunisme) untuk menggapai berbagai
keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan, merupakan hal yang paling sering
terlihat dilakukan oleh elite politik yang “dibungkus” dalam ideologi dan
cita-cita. Itulah politik, seni kemungkinan. Dan, semuanya serba mungkin.
Tandingan bisa jadi bandingan, bisa jadi tendangan, bisa jadi sandingan, bisa
jadi bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Politik toh
hanya soal kepentingan. Tapi ingat, jangan pernah lupakan kepentingan rakyat, mau mendengar keluhan rakyat (termasuk TKI, asisten rumah tangga), dan mencari
solusinya. Atau kalau kalian abaikan mereka, maka mereka akan berjingkat,
mengganggu mimpimu, dan tiba-tiba berteriak di depan hidung penguasa: LAWAN!
Dan terakhir,
ayo tetap ingat:
“Meski beda, kita tetap harus satu: Hanya dan untuk Indonesia tercinta.” (Maman Suherman)
“Meski beda, kita tetap harus satu: Hanya dan untuk Indonesia tercinta.” (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar