Temukan saya: @irwanzah_27 di Twitter & @isl27 di Instagram

Senin, 21 Desember 2015

NoTulen ILK (Indonesia Lawak Klub) 21 Desember 2015 (Komersil vs Idealis)

Kang Maman Komersial vs Idealis

Major label atau Indie, major label versus indie, sering didikotomikan sebagai band yang bernaung di bawah label besar (industri mapan), versus band yang berbasis pada Do It Yourself; merekam, mendistribusikan, dan promosi dengan uang sendiri. Jadi, yang beda adalah industrinya, bukan sebuah paradoks komersial versus idealis.

Dan indie bukan fenomena baru. Tahun 1976 sudah ada Guruh Gipsy, yang oleh banyak pengamat musik disebut album indie pertama Indonesia. Dan kemudian, Pas Band mempopulerkannya kembali pada tahun 1993, dengan 5.000 kopi albumnya yang ludes terjual.

Dan sebelum itu, aliran indie disebut band underground. Kalau Koes Plus langsung dikontrak label Remaco, berbeda dengan God Bless di Jakarta, AKA [Apotik Kali Asin] di Surabaya, Giant Step dan Superkidz di Bandung, atau Bentoel di Malang, dan Terncem di Solo yang underground.

Tetapi yang pasti, indie atau major label, lagu-lagu mereka adalah karya seni; produk olah pikir yang sama-sama bermuara di hati. Bagindas, misalnya, lewat lagu Di Hatiku Ada Namamu ada lirik:

“Bila saja engkau tahu
di hatiku ada kamu
Bila saja kau mengerti
tiap waktu ada kamu

Aku tak bisa dustai hatiku
Untuk munafiki semua rasaku”

Sementara Sore lewat lagu Aku bertutur:

“Ku merenung, ku merenung
kenali hati
Ku melaju, ku melaju
menyelami hati”

Jadi, sekali lagi, karya seni—termasuk lagu—ukurannya bukan semata-mata materi, tapi hati. Harus merasuk ke hati pendengarnya, dan yang lebih utama: harus memuaskan hati penciptanya dan pelantunnya sendiri.

Jadi, kunci seni adalah satu: hati. Dan tak perlu mempertentangkan hati, sebagaimana tak perlu mempertentangkan selera. Yang harus ditentang dan dilibas bersama satu: PEMBAJAKAN! (Maman Suherman)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

99 Mutiara Hijabers

99 Mutiara Hijabers
Klik gambar untuk membeli

Bandung Konveksi Kaos

Bandung Konveksi Kaos
konveksi kaos murah
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Twitter