Kang Maman – Kompak Mendidik Anak
Dari pembicaraan tadi, dan terutama dari Jarwo quotes, itu mengingatkan saya pada sepasang suami istri yang tiba-tiba
murka begitu tiba di rumah, melihat mobil yang baru dibelinya penuh dengan
goresan paku. Asisten rumah tangga dipanggil dengan hardikan, dan bertanya
siapa pelakunya, dan sang asisten tidak tahu.
Tiba-tiba dari kamar sang asisten keluar anak kecil, Nina, belum lagi 5
tahun. “Nina yang buat gambar itu, Ayah. Cantik, kan?” sambil memeluk ayahnya,
dan bermanja seperti biasa.
Si ayah
bukannya senang, tapi malah hilang kesabaran dan amuk, lalu mengambil sebatang
ranting dari pohon di halaman rumah, terus dipukulkannya berkali-kali ke
telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti hanya bisa menangis kesakitan
dan ketakutan.
Puas memukul telapak tangan, sang ayah memukul belakang tangan anaknya.
Si ibu berdiam, seolah-olah kompak merestui dan puas dengan hukuman yang
dikenakan.
Usai
memukul, ayah dan ibu masuk ke kamar, dan meminta si mbok untuk menggendong si
kecil ke kamarnya sebagai bentuk hukuman: Tidur di kamar asisten rumah tangga.
Sang mbok
terperanjat melihat tangan Nina yang terluka dan langsung memandikannya. Dan
anak itu cuma bisa menangis menahan pedih. Si ayah kemudian menyuruh sang mbok
untuk cukup mengoleskannya dengan obat merah saja.
Ketakutan
membuat anak selalu bersembunyi. Sampai empat hari kemudian, ayahnya yang
bertugas ke luar kota kembali, dan menemukan anaknya dengan panas yang tinggi. “Kasih
parasetamol saja,” kata sang Ayah. Tetapi karena selalu tidak pernah turun, ia
pun dibawa ke klinik. Ternyata, oleh dokter, ia diminta dirawat dan divonis.
Tidak ada pilihan, dan sakitnya terlalu parah: infeksi akut; sudah bernanah dan
demi selamatkan nyawanya, kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah.
Kedua orang
tuanya tersekat. Dalam sakitnya, sang anak cuma berujar, “Ayah, Ibu, Nina tak
akan melakukan lagi. Nina tak mau Ayah pukul lagi, tak mau jahat lagi. Nina
sayang Ayah, sayang Ibu, dan Mbok Siti. Kembalikan tangan Nina, dan Nina tak
akan lagi merusak mobil Ayah.”
Hancur hati
sang ibu, penyesalan sudah terlambat.
***
Anak adalah
karunia terindah dari-Nya. Ia tak cuma butuh kehadiran fisik ayah dan ibu, tapi
merindukan kehadiran cinta dan hati ibu bapaknya.
Jadi, Bapak/Ibu, kompaklah mendidik anak; tidak cuma dalam membiayai, dan seperti kata Pak
Jarwo, “Tidak cuma butuh kehadiran fisik,” tapi berikan utuh kasih dan cintamu
agar kelak tak menyesalinya. Karena, anugerah anak, melebihi harta-harta yang lainnya.
Jadi, malam
ini, berjingkatlah ke kamar tidur buah hatimu, lantunkan doa dan kecup
keningnya, dan kamu akan dapatkan surga yang terindah: Senyum manis si kecil
dalam tidurnya. (Maman Suherman)