Kang Maman – Pemimpin Masa Kini Sesuai Hati Nurani
Pemimpin yang diharapkan bukan cuma Ahok [Basuki Tjahaja
Purnama], tapi pemimpin yang lain pun, oleh teman-teman di sini, seperti tertuang
dalam lagu Gundhul-Gundhul Pacul yang diciptakan Sunan Kalijaga. ‘Gundhul Pacul’, itu simbol
bahwa seorang pemimpin, sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi
dia adalah pembawa pacul; mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi
rakyatnya).
‘Pacul’, kata orang Jawa adalah papat
kang ucul (empat yang lepas). Kemuliaan seseorang tergantung empat hal: [1]
Bagaimana dia menggunakan
mata untuk melihat kesulitan rakyatnya; [2] Menggunakan hidung untuk mencium wewangian kebaikan; [3]
Menggunakan mulut untuk berkata adil, dan [4] Telinga untuk mendengar nasihat.
Jika keempatnya
lepas; jika orang kehilangan 4 indra itu, akan berakibat gembèlengan atau congkak. Ingat, nyunggi nyunggi wakul kul (menjunjung
amanah rakyat) dengan gembèlengan,
akhirnya akan wakul ngglimpang
(jatuh, tak bisa dipertahankan), dan segané
dadi sak latar (berantakan; sia-sia tak bermanfaat).
Dan ingat, ingat empat, juga ingat yang lima: Jadilah kepalan tangan, yang
berjuang untuk rakyatnya. Menjadi ibu jari: orang yang berjiwa cerdas adalah orang
yang bisa mengapresiasi orang lain—termasuk anak buahnya; Punya telunjuk: untuk
memimpin dengan bijak, cerdas, tegas, dan lugas; Punya jari tengah: menjadi
penengah, menjadi problem solver, bukan problem maker; Yang keempat, punya jari manis: harus punya jiwa
humoris yang terbatas, yang proporsional; Dan yang kelima, jari kelingking:
harus punya jiwa memaafkan dan jiwa rekonsiliasi.
Lalu
kepalkan tangan dan katakan: “SAYA BEKERJA UNTUK RAKYAT!” (Maman Suherman)
***
Kang Denny : “Mulai dari sekarang, kalau ada yang gundul, mari kita pacul!” :D
***
Kang Denny : “Mulai dari sekarang, kalau ada yang gundul, mari kita pacul!” :D
0 komentar:
Posting Komentar