Kang Maman – Cinta Ikan Cinta Kesehatan
Apa rahasia orang Yahudi dan Jepang sehingga pintar-pintar dan genius?
Persis seperti penjelasan Pak Joko tadi. Agar anak-anak mereka terlahir genius,
ibu-ibu Yahudi yang hamil jadi semakin sering menyanyi, main piano, beli buku
soal-soal matematika untuk dipecahkan, mengonsumsi kacang badam, korma, susu, roti,
dan daging ikan, yang mereka sangat percaya baik untuk perkembangan otak.
Kemudian, juga di negara asal Harada San, di Jepang, yang tetap sehat
dan memiliki gairah hidup hingga usia 80, ternyata bahan pangan yang
mendominasi makanan orang Jepang ialah ikan, dengan tingkat konsumsi rata-rata
60 kg per orang-per tahun. Sementara tingkat konsumsi ikan orang Indonesia masih di bawah 30 kg per orang-per tahun.
Padahal, tadi sudah dijelaskan, Indonesia
adalah negara maritim, 2/3 wilayahnya lautan. Ladang protein yang teramat kaya,
sumber ketahanan pangan, tapi kita masih kurang memanfaatkannya—seperti kata
Pak Joko Mariono. Dan kita juga tahu, sejarah membuktikan, kita adalah bangsa
pelaut.
Jadi,
teringat Doa Para Pelaut yang Tabah dari Sapardi Djoko Damono:
“...
mengayuh perahu-perahu Makassar dan Bugis
sebab kami telah bersekutu dengan sejarah
mengayuh perahu-perahu Makassar dan Bugis
sebab kami telah bersekutu dengan sejarah
untuk
menundukkan lautan
lautan yang
diam adalah sahabat kami,
dan lautan
yang memberontak dalam prahara dan topan,
adalah
alasan yang paling baik
untuk
menguji kesetiaan dan bakti kami
kepada-Mu
...”
...”
Jadi, orang
hebat; orang sehat; cerdas; dan kuat, bertekad menundukkan lautan dan isinya,
mengonsumsi isinya, tidak mencurinya untuk dijual secara ilegal, tidak
mencemari dan meracuninya. Karena orang bijak sangat tahu: Di dalam lautan, ada
ladang protein yang terbentang amat luas.
Ingat, mencintai ikan membuat sehat, cerdas, dan genius.
Selamat Hari
Ikan Nasional! (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar