Kang Maman – Sunda Nite
Karena ini lawak klub, langsung mengingatkan saya pada kisah sufi yang
dikemas dalam sosok Kabayan. Dalam Kabayan Ngala Tutut, Kabayan diam
berjam-jam, jongkok di pematang sawah, tidak mau turun ke sawah. Dia hanya
memandang air yang menggenang. Mertuanya pun bertanya, “Ada apa, kenapa tidak
turun?” Kabayan menjawab, “Tidak mau. Karena air di sawah dalam sekali.” Saking
dalamnya, dia bisa melihat bayangan langit di permukaan air sawah.
Terkesan bodoh, tapi ini menyindir kebodohan kita dalam memandang
hidup; yang sering ketakutan oleh kehidupan dunia, yang sebetulnya hanya
bayang-bayang.
Agar tak terjebak dalam hal ini karenanya orang Sunda dalam
kisah-kisah Kabayan digambarkan punya filosofi hidup. Di antaranya: ‘Geus teu nanaon kunanaon’ artinya ‘Tidak
terpengaruh oleh apa-apa’.
Sehari-hari si Kabayan hidup dengan gembira. Tak terlalu sedih ketika
ditimpa kemalangan, tak terlalu gembira ketika mendapat kesenangan. Kesenangan
dan kemalangan hanya sementara; datang dan pergi.
Lalu, Kabayan selalu berteriak, “Heuheuy
deudeuh!” Ini sesuai dengan gaya hidup orang Sunda. Makanya ada ungkapan
dalam bahasa Sunda, “Hirup mah heuheuy
jeung deudeuh! Mun keur seuri cape seuri; mun keur ceurik cape ceurik
(Hidup itu selalu kesenangan dan kesedihan. Jika sedang menangis akan cape
menangis; ketika tertawa akan cape tertawa).” Semua saling berganti, jadi, enjoy-lah! Maka orang Sunda itu terkenal
suka canda.
Juga tidak
lupa, lengkapnya: “Teu daya teu upaya. Abdi
mah teu daya teu upaya mung ngiringan kersaning Anjeun.” Ini ungkapan yang
artinya kira-kira sama dengan “La haula
wala quwwata illa billah.” Kita cuma wayang, dan hanya bisa berserah diri kepada
Yang Di Atas.
Itulah
sebagian filosofi Sunda dalam cerita Kabayan. Sosok yang kesannya lugu, tapi
membawa pesan filosofi yang dalam, dan membawa pesan tentang ciri orang Sunda
yang harus cageur (sehat fisik dan
rohani); bageur (baik hati); pinter (cerdas); motekar (kreatif); tetapi harus ingat: selalu basajan (sederhana); dan handap
asor (rendah hati).
Selamat Rebo
Nyunda, selalu silih asih, silih asah, silih
asuh, dan tetap satu: Aku bangga menjadi INDONESIA,
BHINNEKA
TUNGGAL IKA! (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar