Kang Maman – BBM Jadi Naik
Dari sekian banyak pelaku yang terlibat dalam kebijakan dan respons
kenaikan harga BBM, dapat kita pilah dalam 2 kelompok yang berhadapan, yang
terlihat tadi di sini.
Pertama: Pihak yang berposisi sebagai pengambil kebijakan, dan
pihak-pihak yang berargumen dan punya perspektif yang mendukung kenaikan harga
BBM. Misalnya, di antaranya mereka menjadikan alasan: “Ini sebagai upaya untuk
menyelamatkan APBN yang banyak dihabiskan oleh subsidi BBM.”
Dan, pihak yang kedua: Pihak yang beroposisi. Pihak yang punya argumen
dan perspektif yang menentang kenaikan harga, yang di antaranya melihat
kebijakan ini adalah bentuk tunduknya pemerintah terhadap korporasi asing dan
tidak pro rakyat.
Inilah demokrasi. Silakan saling berargumen dengan cara yang benar, di
jalan yang telah disepakati, dan tidak sampai kehilangan kesantunan dan meruntuhkan
harkat kemanusiaan.
Sebagai
rakyat, kami cuma berharap, di pihak mana pun orang-orang hebat itu berdebat,
ber-pro kontra, semoga semuanya demi rakyat. Sekali lagi demi rakyat, bukan
semata-mata untuk kepentingan kelompok atau kebencian pada seseorang atau pihak
lain. Dan, janganlah perdebatan cuma berakhir pada apa yang disatirekan Rhoma
Irama, “Kalian berdebat di pusat, hasilnya sama saja. Yang kaya makin kaya,
yang miskin makin miskin.”
Ayo, sekarang
kan sudah dibentuk Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Semoga betul-betul bisa “menyikat”
mafia Migas yang merugikan rakyat dan negara.
Terakhir,
teringat seorang ibu yang berdiri di depan sebuah pertokoan yang menulis: “Diskon
besar 50%”. Dia bergumam, “Apa artinya diskon kalau membelinya pun tak bisa.
Masa harus berhutang demi diskon?”
Jadi, katanya
lagi dengan sangat satire, “Biarkan saja naik, yang penting kita mampu
membelinya, daripada turun, tapi kita tetap tak mampu membelinya.”
Jadi, ayo
orang-orang pintar dan penguasa, wujudkan harapan yang bernada berdamai pada
keadaan, yang bertujuan untuk menyeimbangkan emosi ini!
Dan terakhir, seperti kata Pak Jarwo, “Lebih baik hidup sederhana tapi
mandiri, daripada hidup mewah dari subsidi.” (Maman Suherman)
***
***
sa·tir [1] n 1 (dl cerita Yunani dan Romawi Purba) makhluk berwujud setengah manusia
setengah binatang, yg konon suka anggur dan suka wanita; 2 lelaki yg tidak dapat mengendalikan nafsu berahinya
sa·tir [3]lihat sumpah
sa·ti·re n
1 Sas gaya
bahasa yg dipakai dl kesusastraan untuk menyatakan sindiran thd suatu keadaan
atau seseorang; 2 sindiran atau ejekan
Sumber: KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar