Kang Maman – Kejahatan di Ruang Publik
Ada 10 negara teraman di dunia.
Dari nomor 1–10, menurut daftar Indeks Perdamaian Global 2014 adalah: Islandia,
Denmark, Austria, Selandian Baru, Swiss, Findlandia, Kanada, Jepang, Belgia, dan
Norwegia.
Kita bandingkan dengan Indonesia.
Denmark, negara teraman nomor 2, misalnya, mencatat: Rata-rata hanya terjadi 25
pembunuhan setiap tahun dalam satu dekade terakhir. Artinya, sebulan cuma 2.
Bayangkan,
di Jakarta Timur saja, selama 6 bulan pertama 2013, terdaftar: 600 pidana
pembunuhan dan penganiayaan. Tidak aneh jika Indonesia
menduduki posisi teraman nomor 54 dari 162 negara di dunia.
Dan, tadi
dipaparkan Cici Panda, “Setiap hari ada 20 perempuan menjadi korban kekerasan.
12 di antaranya diperkosa—setiap hari—dan, 4 di ruang publik.” Intinya, ruang
publik belum menjadi tempat yang nyaman dan aman. Terminal, jalan raya,
angkutan publik, tetap terkesan menyeramkan dan menakutkan dalam memori kolektif
masyarakat. Sedihnya, ruang privat sama menakutkannya: 12 korban perkosaan; 4
di ruang publik, 8 di dalam rumah—dilakukan oleh keluarga sendiri.
Banyak
penyebab kejahatan di ruang publik, dari “faktor ekonomi,” kata Okky dan Cipan [Cici Panda], sampai “pembiaran oleh negara,” kata Komeng.
Tapi kalau kita menyimak karya Albert Camus, fill art novel “Sampar”, kita akan dapatkan satu pesan indah yang sejalan dengan apa yang pernah diucapkan khalifah Ali bin Abi Thalib bahwa penyebab kejahatan yang tidak pernah boleh diabaikan adalah: Kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik.”
Tapi kalau kita menyimak karya Albert Camus, fill art novel “Sampar”, kita akan dapatkan satu pesan indah yang sejalan dengan apa yang pernah diucapkan khalifah Ali bin Abi Thalib bahwa penyebab kejahatan yang tidak pernah boleh diabaikan adalah: Kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik.”
Ingat, negara ini dibangun oleh orang-orang pemberani, tapi mengapa anak-cucunya yang baik dan berkumpul di ruang publik malah menjadi sedemikian penakut dan pengecut terhadap pelaku kejahatan? (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar