Kang Maman – Timnas, Koruptor, Pencurian Ikan, Stres dan, Jualan Tuyul
Lucu juga kalau kita menggabung kelima tema hari ini. Misalnya: Karena
sepak bola karut-marut, pencurian ikan masih merajalela, artis kerap dikaitkan
dengan koruptor, masyarakat pun jadi stres, dan kemudian beralih jadi jual beli
tuyul.
Kali-kali dengan mempekerjakan tuyul, sebagai pemain bola, prestasi
kita meningkat. Dengan mempekerjakan tuyul, kita bisa hajar habis pencuri ikan,
dan bisa membekuk para koruptor. Juga, tuyul bisa jadi artis; kita hidupkan sekuel “Tuyul dan Mbak Yul”, dan kita
nonton film, stres pun hilang.
Di balik
semua itu, salah satu yang paling menarik dari hidup di negeri ini adalah “pekerjaan rumah” yang tidak pernah ada habis-habisnya. Bagi orang yang pesimis,
lari dari masalah adalah pilihan. Tapi bagi orang optimis, inilah tantangan untuk
mengabdi pada negeri. Karena mereka percaya: Kebahagiaan tidak akan datang
dengan sendirinya. Jadi, kita harus berlari memperjuangkan dan menjemputnya.
Sikat mafia
di berbagai bidang, dari Migas, illegal
fishing, benahi PSSI sebelum bicara prestasi, dan cokok koruptor dan
berantas korupsi sampai ke akarnya.
Ikut membantu menyelesaikan masalah dengan segenap pikiran; ikut turun
tangan secara langsung atau cukup dengan lidah (tak henti mengkritisi); dan
diam, bukan bermakna diam, tetapi tidak ikut memperkeruh suasana dan menambah
masalah—karena masalah bukan untuk dihindari. Dan, salah satu cara untuk
mencintai negeri ini adalah membantu menghadapi dan menyelesaikan masalah. Dan
jika tidak bisa menyelesaikan masalah, paling tidak jangan menambah masalah.
Ingat, gundul bukan berarti tuyul. Tetapi menggunduli dan menggondoli
kekayaan negara secara tidak sah, mencuri ikan dengan tidak sah, dan menjadi
koruptor, adalah tuyul yang senyatanya.
Dan, lihatlah
teman-teman panelis di sini, diberi tema jebakan, mereka tetap harus siap
menghibur di “medan” apa saja—seperti kata Ronal.
Jadi, untuk
yang masih cinta negeri ini: Sebelum mencapai titik 0%, terlalu cepat untuk
membuang harapan. (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar