Kang Maman – Cinta dan Komitmen
Ada alasan paling klasik tapi masih berlaku dari kaum
lajang, yang diwakili oleh Yuanita Christiani:
“Bukan tak mau menikah. Pernikahan itu sakral, jadi tak
boleh asal pilih, apalagi diobral-obral.”
Dan, jangan jadikan kesepian sebagai alasan untuk jatuh
cinta. Karena teramat banyak yang telah berulang kali jatuh cinta, tapi masih
merasa kesepian.
Dan yang pasti, kenapa banyak orang yang melajang? Salah
satu sebabnya, dalam bahasa satire Kiky kepada Yuanita tadi soal biter hamen
(bibir tersenyum hati menjerit), adalah:
Kerap, ada nama yang tertulis di hati, tapi tak bisa
tertulis di buku nikah. [segmen 2]
*Segmen 1 & 2: Tren Hidup Melajang
***
“Cinta jangan dibagi, dosa jangan ditambah,” kata
Kang Denny.
Dan ada dua poin dalam pembicaraan di segmen 3 dan 4.
Pertama, mantan itu—bagi Yuanita—patut dikenang, karena dialah guru
terbaik yang telah mengajarkan indah dan perihnya terluka. Yang kedua, lebih
baik tidak berkomitmen daripada tergores dan menggores luka. Kalau tidak
bisa membuat orang jatuh hati dengan kasih sayang, mengapa harus memaksanya
untuk jatuh cinta?
Karenanya, daripada merawat dan membiakkan luka, lebih
baik sendiri tapi bahagia.
Jadi, kerap dua orang tidak jadi berkomitmen bukan karena
tidak saling cinta, tapi karena tidak mau saling menyakiti. [segmen 4]
***
“Makna komitmen: memegang omongan sendiri,” kata Kiky.
Dan kalimat Ronal tentang komitmen, mengingatkan saya pada
puisi W.S. Rendra:
Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata
Percayalah, hasil tidak pernah mengkhianati usaha.
Dan soal komitmen dalam kebersamaan:
Cinta adalah seekor burung cantik, yang meminta untuk
ditangkap berulang kali, tapi menolak untuk disakiti berkali-kali.
Dan semesta mengajarkan:
Cinta mesti ditaklukkan, bukan dikorbankan. (Maman
Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar