Kang Maman – Uangmu Uangku
Kesannya ringan temanya, tapi ternyata
poinnya tidak ringan. Ada 2 poin, ini untuk suami. Yang pertama (buat suami), sabda Rasul, “Jika
seorang muslim mengeluarkan nafkah untuk keluarganya, sedang dia mengharap
pahalanya, maka nafkah itu adalah sedekah baginya.” Itu hadis yang pertama tadi saya tangkap.
Hadis yang kedua, Rasul juga
bersabda, “Laki-laki mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik
akhlaknya. Dan sebaik-baiknya kalian (lelaki), adalah yang paling baik terhadap
istrinya.” (H.R. Tirmidzi). Jadi, jangan hitung-hitungan
kalau memberi sesuatu kepada istri dan anak karena itu tidak pernah sia-sia di
mata Tuhan.
Dan tidak cuma dalam soal memberi biaya hidup. Karena kalau kita mengaku
mau meneladani Rasul, Aisyah pernah ditanya, “Apa yang dilakukan Rasul ketika
di rumah?” Dengan tenang Aisyah menjawab, “Beliau membantu pekerjaan istrinya.”
Jadi, beliau tidak pernah sungkan-sungkan untuk melaksanakan pekerjaan
istrinya.
Jadi, laki-laki yang baik adalah yang menafkahi istri, ringan tangan
membantu istri, dan yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya, dan
yang paling sempurna dan sebaik-baiknya adalah yang paling baik terhadap
istrinya. Itu poinnya. Dan jadinya,
suami harus ingat: Kalau pulang bawalah hasil, bukan bawa alasan, apalagi bawa
masalah. Itu poin pertama.
Yang kedua, buat istri, gaji—besar atau kecil—yang diupayakan suami dengan sepenuh daya upayanya jika
diumbar-umbar untuk gaya hidup akan bikin bahaya, tapi jika dikelola, diterima
dengan senyum, dilaksanakan dengan penuh syukur, akan bikin hidup tenang.
Persis kata Fitrop [Fitri Tropica], “Gaji yang datangnya bulanan, gunakan
sebaik mungkin dengan senang agar rumah tangga tidak jadi bulan-bulanan.” Kata
kunci terakhir: Saling percaya. (Maman Suherman)