Kang Maman – Sunda Nite [2]
Budayawan sekaligus filsuf kelahiran Delft, Belanda,
Martinus Antonius Weselinus Brouwer, memang pernah mengatakan seperti yang
dikatakan Kang Denny tadi, “Bumi Pasundan lahir saat Tuhan sedang tersenyum.”
Dan dari permainan angklung, kita dapatkan sejumlah filosofi
kebajikan dan kearifan Sunda. Perhatikan tabung angklung yang selalu dipasang
sehadapan; tabung kecil terletak di depan tabung besar. Dan saat kita mainkan
tadi, angklung pada sisi tabung lebih besar yang digetarkan dan mendorong suara
dari tabung kecil. Persis seperti kehidupan harmonis yang didambakan: seorang
yang dituakan hanya boleh mendahului melangkah selangkah saja, dan bersamaan
dengan itu ikut maju bersama yang muda. Bahkan yang satu tidak boleh
berlari lebih kencang dari yang lain.
Angklung mengajarkan tentang harmonisasi kehidupan. Tak
ada yang merasa paling hebat dan menyelinap di luar pakemnya. Kita hanya satu
nada, memegang satu nada dari rangkaian nada-nada yang ada. Kita bukan manusia
super, tapi ada karena ada orang lain.
Melalui angklung kita disadarkan, dalam kehidupan
bermasyarakat, memainkan peran dan fungsi masing-masing dalam suasana yang
harmonis adalah sebuah keharusan jika ingin mengawal bangsa ini tetap utuh. Tak
perlu menonjolkan diri.
Jadi, angklung mengajarkan bersatu dalam harmoni, harmoni
dalam persatuan.
Dan kuncinya, sekaligus ciri khas paling menonjol dalam
kehidupan masyarakat Sunda: E galiter sejajar. [segmen 3]
***
Salah satu karakter orang Sunda tergambar dalam reog, sosok
Kabayan atau sosok Cepot yang bodor, yang lebih dikedepankan ketimbang Gatot
Kaca atau sosok serius lain dalam pertunjukan wayang golek Sunda. “Full
bodor,” kata Ronal, “Sunda (suka bercanda).”
“Heuheuy deudeuh,” biasanya dilontarkan saat
menyaksikan atau mengalami kebahagiaan atau kesenangan. Makanya ada ungkapan, “Hirup mah heuheuy jeung deudeuh! Mun keur
seuri cape seuri, mun keur ceurik cape ceurik.” Dalam bahasa gaul, filosofi
“heuheuy deudeuh” itu adalah: nikmati hidupmu, enjoy
aja!
Dan kata ‘Sunda’, berasal dan bermakna: bagus, baik, putih,
bersih, cemerlang. Segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Orang Sunda
diyakini memiliki etos, watak (karakter) ka-Sunda-an sebagai jalan menuju hidup
yang utama, yakni 7-r: cageur (sehat jasmani-rohani),
bageur (baik dalam tekad, ucap, dan
tindakan), bener (menurut diri, menurut masyarakat, menurut hukum), singer
(terampil), motekar (kreatif), pinter
(cerdas intelektual-emosional-spiritual), dan basajan jeng handap asor
(sederhana dan rendah hati).
Terakhir, orang Sunda pasti hafal dan insya Allah
mengamalkan pesan ini: saling mengasihi, saling memperbaiki diri, saling
melindungi—silih asih, silih asah, silih asuh. (Maman
Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar