Kang Maman – ILK-siana
Selalu merinding dan nurani tergores setiap melihat video
orang-orang yang dengan sadisnya–kata Cak Lontong—menyakiti dan melecehkan
orang lain seperti tanpa perasaan sama sekali.
Adakah alasan pembenar untuk mengatakan bullying
dengan “memelonco” orang lain dengan menggunakan kekerasan fisik yang sangat
melukai dan melecehkan bisa membangun kesehatian dan persahabatan abadi? Atau
malah sebaliknya, kebencian, dendam abadi, dan lahirnya upaya balas dendam dari
korban kepada pelaku atau kepada orang lain supaya bisa merasakan apa yang
pernah dia rasakan? Seperti tadi disitir oleh Kang Denny, “Empati adalah kunci.”
Kata Melissa, “Tabur cinta,” bukan tebar nista dan derita.
Dan kepada korban bully, masa depan masih ada di
genggamanmu. Teringat seorang kutu buku yang senang menyendiri dan menyukai
hal-hal yang berbau fiksi sains, kelahiran Pretoria, Afrika Selatan, 46 tahun
lalu.
Ia jadi bulan-bulanan di sekolahnya, kadang dihajar sampai
pingsan, terluka karena dijatuhkan dari tangga ke lantai, bahkan sampai harus
masuk rumah sakit berulang-ulang kali. Dan hari ini, majalah Forbes
menaksir harta kekayaan korban bully tersebut sekitar Rp231 triliun.
Dia adalah pendiri perusahaan SpaceX yang berbisnis pesawat
luar angkasa sampai Tesla, yang melahirkan mobil listrik canggih, dan sedang
merintis jalan untuk membawa manusia menjadi penghuni planet Mars. Namanya
seperti yang ada di layar tadi, sang Iron Man, Elon Musk.
Apa kunci sukses Elon Musk?
Dia sangat percaya, masa depan milik orang yang mampu
menaklukkan rasa sakit bahkan melebihi orang-orang yang telah pernah membuatnya
sakit.
Orang yang tahu nikmatnya bangkit adalah orang yang
pernah merasakan perihnya terjatuh dan terluka. [segmen 2]
***
“Profesi sebagai penghibur atau artis, bukan profesi kekal
abadi,” kata Melissa. Ada masa populer bermandikan taburan bintang dan cahaya
lampu, ada masa redup bak panggung pertunjukan yang berakhir—layar diturunkan,
lampu pun dimatikan. Sehingga tak salah untuk merambah aktivitas produktif
lainnya.
Bukankah tak baik untuk menaruh semua telur di dalam satu
keranjang, yang jika tertumpah akan pecah semua?
Tentang bisnis para selebriti, daripada menyinyirinya, lebih
baik mensyukuri upaya siapa pun yang membuka lapangan usaha dan kerja. Kata
Kang Denny, “Karena itu berarti membuka peluang kerja kepada orang di sekelilingnya.”
“Apa lagi,” kata Gigi, “halal.”
Dan yang penting, berbuat untuk diri sendiri itu namanya
semata kesenangan. Tetapi berbuat (berbagi lapangan kerja) untuk orang lain,
itulah kebahagiaan. [segmen 3]
***
Betul kata Cak Lontong, menurut data BNN ada 5,9 juta
penyalahguna narkoba di Indonesia, dan rata-rata
tewas 33 sampai 40 orang sehari. Dan rata-rata, penyalahguna narkoba itu
menggunakan 0,2 gram sekali pakai, atau satu gram digunakan oleh lima sampai
enam orang.
Jadi kalau ada pasokan satu ton sabu yang kemarin berhasil
digagalkan, satu ton itu identik dengan satu juta gram. Kalau 5,9 juta orang
itu memakai sabu bersama-sama dalam waktu bersamaan, satu ton itu identik
dengan setiap orang hanya mendapatkan jatah 0,2 gram untuk sekali pemakaian.
Artinya apa, seperti kata Kang Denny, begitu besar pasar
narkoba di negeri ini, dan Indonesia betul-betul
menjadi tujuan potensial perdagangan narkoba. Sehingga masuk akal kalau menurut
BNN, ada 250 ton sabu masuk ke Indonesia
sepanjang 2016.
Sungguh negeri ini masuk dalam kondisi gawat darurat
narkoba. Karenanya tak boleh semata mengandalkan aparat dalam memeranginya,
kata Kang Denny dan Cak Lontong. Tapi seluruh warga harus meminjam penggal
puisi Wiji Thukul, “Hanya satu kata: LAWAN!”
Dan kepada pengguna, mari berikan rehabilitasi medis dan
sosial (baik sukarela maupun proses penegakan hukum) dengan menjalani
pengobatan, perawatan, pemulihan, sesuai Undang-Undang [Nomor] 35 [Tahun] 2009
tentang Narkotika, seperti diungkapkan Melissa dan Pak Sulis tadi.
Dan kepada para bandar dan pengedar, jatuhkan hukuman yang
seberat-beratnya, yang menurut Undang-Undang minimal empat (4) tahun dan
hukuman mati maksimal untuk mereka yang memproduksi, mengimpor, dan mengekspor
atau menyalurkan narkotika golongan satu.
Terakhir, tadi ada silogisme menarik dari Cak Lontong. Itu
mengingatkan saya pada kampanye ibu negara Amerika Serikat tahun '80-an, Nancy
Reagan. Untuk mencegah keterlibatan anak dan remaja dalam penyalahgunaan
narkoba, cukup tiga kata: “JUST SAY NO!” (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar