Kang Maman – Magic vs Magis
Untuk belajar sulap, ternyata mudah. Kita hanya butuh
pendamping dan seorang pembimbing. Untuk bermain sulap, juga mudah. Kita hanya
perlu trik serta memiliki peralatan yang dibutuhkan. Namun untuk menjadi
seorang pesulap, bukan hal yang gampang—dan kita menjadi saksi terhadap hal itu
malam ini.
Pesulap sejati bukan menghabiskan waktu dengan belajar
tentang kecepatan. Melainkan tentang bagaimana tentang manusia berpikir,
merespons, beropini, dan berasumsi.
Dan selama manusia masih lebih suka menggunakan asumsi,
selama itu pula pesulap bisa hidup dan menghasilkan uang. Kenapa? Semoga kita
akan dapat jawabannya di dua segmen berikutnya. Tapi yang sudah pasti dan kita
lihat tadi, hal yang paling menyenangkan dari seorang pesulap, adalah di saat
melihat kita heran dan terheran-heran.
Itulah sulap. Jangan pernah biarkan diri kita berpikir
terlalu jauh bahwa pesulap itu memiliki kekuatan sihir. Karena kata Ki Prana
jujur tadi, “Unsur magisnya, hanya terletak pada performance-nya.” Atau
kita memang senang berilusi, tertipu atau menipu diri—seperti kata Ronal tadi.
Dan dari penampilan Cak Tarno, saya teringat pada apa yang
pernah dia katakan sendiri:
“Yang penting itu membuat orang lain tersenyum, dan itu
lebih menyenangkan daripada membuat orang lain menangis.” [segmen 3]
***
Apa yang kita saksikan sepanjang lima segmen, mengingatkan
saya pada apa yang pernah ditulis seorang Gobind Vashdev, “Kita membenarkan dan
menyalahkan bukan karena objeknya, melainkan karena apa yang ter-install
di benak (semata asumsi dan opini).”
Para pesulap dan yang mengerti sulap, pasti sering tersenyum
melihat begitu banyak opini tercetus yang diyakini sebagai kenyataan. Misalnya,
ada kekuatan lain, menggunakan jasa jin, atau memakai jimat tertentu ketika membicarakan
David Copperfield yang bisa menghilangkan Patung Liberty atau menembus Tembok
Cina.
Yang paling menarik, walaupun banyak orang sudah menjelaskan
bahwa itu semua trik—seperti kata Aiko tadi—bahkan dibocorkan link
videonya, di mana mereka melihat rahasianya secara langsung, tetap saja banyak
yang tidak percaya.
Melekat pada ilusi, memang nyaman. Kebenaran adalah
ibarat bangun dari tempat tidur yang empuk, dan bangun itu tentu tidak enak.
Tidak berlebihan bila Nietzhie pernah mengatakan, “Kadang-kadang
orang-orang enggan mendengar kebenaran karena mereka tak ingin ilusi mereka
hancur berantakan.”
Dan, sekali lagi, ada kutipan yang menarik dari the
magician:
Pesulap yang sejati, tak pernah membiarkan orang berpikir
terlalu jauh bahwa pesulap itu memiliki kekuatan sihir.
Jadi, nikmatilah sulap, dan ingatkan pada diri:
Di saat orang lain menanggapku berilmu tinggi, kutegur
diriku dan kukatakan, “Bahwa sesungguhnya, semata ketidaktahuanmulah yang
membuatmu sepertinya tinggi; selebihnya, ilusi.”
Di dunia nyata, untuk Habil dan semua teman-teman:
Bangunlah dari tidur, bangkitlah dari ilusi, selamat
berkarya! (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar