Kang Maman – KPK vs DPR
Pro kontra hak angket terus mengalir. Yang tidak setuju, disuarakan
Tsamara tadi, uji dong KPK di pengadilan, bukan lewat hak angket.
Sementara yang setuju alasannya: Tetap sejutu berantas korupsi, tapi juga
benahi dan perbaiki KPK dan orang-orangnya. Dan menggunakan hak angket gedorannya
pasti lebih keras, kata Prilly.
Di balik itu, harapan kita rupanya tetap sama, sama-sama setuju: upaya
pemberantasan korupsi tidak boleh berhenti!
Poin kedua, kita tetap harus mengakui dengan sejujur-jujurnya, negeri ini
sangat belum bebas dari korupsi. Jangan ditutup-tutupi. Lebih baik ditampar
kejujuran daripada dikecup kebohongan, lebih baik mengakui saja bahwa sejak KPK
berdiri, ada 124 anggota DPR (belum termasuk SN yang pada jam 7 malam, tanggal
7 bulan 7 2017 dijadikan tersangka); ada 17 gubernur, ada 58 wali kota dan bupati
yang ditangkap KPK. Juga sejumlah tokoh yang dianggap seharusnya menegakkan dan
menjadi penjaga pintu gerbang keadilan, ikut dicokok KPK.
Artinya, benar seperti yang pernah dikatakan jurnalis senior, Budiarto
Shambazy, bahwa kita bukan lagi menganut trias politika tapi Trias Corruptica,
yang isisinya adalah: legislaTHIEVES, execuTHIEVES, judicaTHIEVES—tempat para
maling. Maling-maling penggerogot uang rakyat ada di semua lini, di legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.
Lalu harus dibiarkan? Tegas: tidak! Teman-teman tadi tegas mengatakan, kawal
upaya pemberantasan korupsi.
Jujur itu hebat, berlaku untuk semua (tidak terkecuali anggota KPK itu
sendiri). [segmen 4]
***
Membaca indeks korupsi negara-negara di dunia tadi, kemudian pro kontra
yang muncul sejak segmen satu, saya jadi teringat satu penggal puisi Gus Mus (K.H.
Mustofa Bisri) dalam pusinya “Ada Apa
dengan Kalian?”:
Bila karena merusak kesehatan,
rokok kalian benci
Mengapa kalian diamkan korupsi yang
merusak nurani?
Bila karena memabookan, alkohol
kalian perangi
Mengapa kalian biarkan korupsi yang
kadar memabokkannya jauh lebih tinggi?
Bila karena najis, babi kalian
musuhi
Mengapa kalian abaikan korupsi yang
lebih menjijikkan
ketimbang kotoran seribu babi?
Ada apa dengan Indonesia?
Dan karena Awwe tadi menyebut Cina, teringat Zhu Rongji saat menjadi Perdana
Menteri Tiongkok dan berujar dalam pidatonya, “Sediakan 100 peti mati; 99 untuk
mereka yang melakukan korupsi, satu untukku jika aku juga korupsi.”
Jadi ternyata negeri ini, butuh pemimpin teladan, bukan pemimpin yang
suka telan uang rakyat!
Terakhir, sedikit mengulang notulensi
lalu:
Harus kita yakini, KTP-E itu kepanjangannya bukan Korupsi Triliunan Rupiah,
Edan! (Maman Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar