Kang Maman – Drama Pernikahan
Setiap pengelana punya akhir perjalanan dan petualangan, tetapi tidak
bagi setiap pencinta. Terhadap mantan, sepertinya mudah saja mengatakan, “Tinggalkan
dan tanggalkan, lupakan dan doakan kebahagiaannya.” Ternyata tidak semudah itu
jika kita saksikan peristiwa-peristiwa yang tertayang tadi.
Bagi banyak pencinta dan perindu, akhir percintaan kerap tak dianggap
sebagai berakhir selamanya. Tetapi semata sebagai persinggahan sementara; tetap
diangankan, masih diinginkan, masih diharapkan, dan didoakan agar kelak bisa
bersatu kembali. Rumah penantian dan pengharapan pun tetap dibangun di dalam
hati dan jiwa. Bukankah kata mereka “Jalanan pun mengenal putaran balik?”
Demikian pula dalam percintaan. Dan bukankah kepergian itu bisa jadi hanya sebuah
cara untuk merasakan nikmatnya kembali? Demikianlah kekuatan dan kuatnya cinta bagi
pencinta dan perindu yang sangat meyakini: catatan rindu dan cinta tak pernah
selesai sebelum mendapatkannya—entah dengan cara apa pun.
Tetapi juga—kata Mas Jarwo Kwat—harus ada kerelaan dan keikhlasan.
Ingatkan dalam batin: Jika memang kamu mencintainya tapi yang kamu cintai sudah
menjadi milik orang, doakan kebahagiaannya. Bukankah mencintai itu berbahagia melihat
dia bahagia meski sudah bukan milik kita? Bahagia itu merelakan, meninggalkan
dengan keikhlasan dan mendoakannya.
Dan bagi mereka yang berhasil memetik buah cintanya hingga tiba di
pelaminan—seperti Uus:
Menjadi pasangan yang halal, jangan setitik pun terlintas dalam
pikiranmu untuk saling meninggalkan dalam kelemahan dan kekurangan. Tapi
justru saling berpegangan tanganlah dan saling menguatkanlah.
Sekali lagi:
Daripada meninggalkan, lebih baik menguatkan.
Daripada menduakan, lebih mulia mendoakan.
Karena suami bagi istri atau istri bagi suami, adalah sejatinya ruang
paling teduh satu-satunya, rumah paling damai satu-satunya untuk menumpahkan
rindu, cinta, dan kasih.
Terakhir:
Kebahagiaan itu sudah tergariskan. Jika memang milik kita, sesulit apa
pun jalannya, seberat apa pun rintangannya, pasti akan jadi milik kita karena
memang dia tercipta untuk kita. Sebaliknya, jika bukan milik kita, walau mudah
jalannya, atau meski berjuang dengan susah payah, tak akan pernah jadi milik
kita karena memang bukan untuk kita.
Dan kepada Kimau dan juga semua pencinta yang tangguh dan sejati,
katakan kalimat ini:
“Aku selalu menantimu saat kamu berkata ‘aku terima nikahnya dan aku
akan setia.’”
Jika ingin disayang Allah, akadkan dan halalkan, atau tinggalkan dan
doakan. (Maman Suherman)