Kang Maman – Pemakaman Eksklusif vs TPU
Tak jarang terdengar cerita seseorang yang merasa lalai dan tidak
peduli kepada orang tuanya semasa hidupnya, lalu membayar salah dan sesalnya
dengan memewahkan makamnya. Kita tak bisa menghakiminya karena setiap orang punya
cara menguburkan rasa sesal dan salahnya. Namun semua tentu akan berujar, “Jauh
lebih baik memuliakan dan menghormati kedua orang tua kita semasa hidupnya dan
mendoakannya di masa hidupnya hingga matinya tanpa ada putus-putusnya.”
Memakamkan di tempat biasa atau di pemakaman mewah tentu punya
pertimbangan masing-masing, dan kita tidak punya kuasa untuk menilainya yang
mana yang lebih baik di antara keduanya. Juga dengan prasangka baik bahwa di
tempat mana pun jenazah dimakamkan, tentu sudah berdasarkan tata cara agama dan
keyakinan yang dianut oleh keluarga dan jenazah yang dimakamkan, tak perlu lagi
dibandingkan satu sama lain.
Yang harus diyakini oleh kita semua dari peristiwa pemakaman bahwa
hidup ini adalah jalan menuju pulang—bagi siapa pun tanpa kecuali. Sekarang
kita memakamkan, menghadiri pemakaman, berziarah ke makam, kelak kita pun akan
dimakamkan dan diziarahi. Cak Lontong menyitir tadi dan itu adalah bunyi Qur’an
surah an-Nahl : 61 yang berbunyi, “... Maka apabila telah tiba waktu yang ditentukan
bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula)
mendahulukannya.”
Ada filsuf yang mengartikan bahwa kematian itu justru sebagai tujuan
hidup. [Namun,] bukan sembarang kematian, melainkan kematian yang bermartabat.
Artinya, kematian sebagai pengorbanan untuk orang lain. Mati dengan orang lain.
Tak ada yang lebih sempurna dari ini. Dalam tataran agama disebutkan, bukankah
tujuan penciptaanmu adalah untuk menjadi rahmat bagi semesta, menjadi terang
dunia, minadzhulumati ilan-nuur, mengajak sesama dari kegelapan menuju
terang? Itulah kehidupan bermartabat yang membawa kita pada kematian yang
bermartabat.
Karenanya, berkaitan dengan kematian, ringankan jalannya, mudahkan
pelaksanaanya, doakan jenazahnya, dan beri penghiburan pada keluarga yang
ditinggalkan.
Di tempat mewah atau murah, jangan pernah berburuk sangka. Karena
berburuk sangka itu jika benar tak dapat pahala, jika salah berdosa. Kata
kuncinya: Hidup dan matilah secara bermartabat. Siapkan matimu, terangmu di
dunia menerangimu di alam kuburmu. (Maman Suherman)