Kang Maman – Pilih Aku atau Mereka?
Pilih pasangan itu yang pas. Jika tidak ada kata ‘pas’ hanya akan
menyisakan ‘angan.’ Kalau cuma angan, seperti kata Sri Rahayu, “Kita pasti akan
lebih memilih keluarga, sahabat, hobi, atau karier.”
Tapi bagaimana jika pas? Teringat curhatan seorang perempuan
yang mewakili dua perempuan yang ada di sini;
***
Jangan jadikan aku istrimu jika nanti hanya dengan alasan bosan kamu
berpaling pada perempuan lain.
Jangan jadikan aku istrimu jika nanti kita tidak bisa berbagi suka dan
duka dan kamu lebih memilih teman perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu,
meski begitu banyak teman yang siap menampung curahan hatiku, semata kepadamu
aku ingin berbagi. Dan aku bukan hanya teman tidurmu yang tidak bisa diajak
bercerita sebagai seorang sahabat.
Jangan jadikan aku istrimu jika nanti dengan alasan sudah tidak ada
kecocokan kamu memutuskan untuk menceraikanku. Kamu kan tahu betul kita memang
berbeda dan bukan persamaan yang menyatukan kita, tetapi komitmen untuk hidup
bersama sebagai keluarga.
Jangan jadikan aku istrimu jika nanti kamu memilih tamparan dan
kata-kata kasar untuk memperingatkan kesalahanku. Sedang aku tidak tuli dan
masih bisa merasa mendengar kata-katamu yang lembut tapi berwibawa.
Jangan pilih aku sebagai istrimu jika nanti setelah seharian bekerja
kamu tidak segera pulang dan lebih memilih untuk berkumpul dengan temanmu atau
asyik dengan hobimu. Sedang seharian aku sudah begitu lelah dengan semua
pekerjaan di rumah.
Anak dan rumah bukan hanya kewajiban seorang istri, karena kamu
menikahiku bukan untuk jadi pembantu, tapi pendamping hidupmu—partner
dalam membangun keluarga.
Tetapi, jadikan aku sebagai istrimu jika kelak kamu tetap mencintai
ibumu, ayahmu, dan keluargamu—karena aku pun akan menjadi bagian dari
keluargamu. Mencintai keluargamu adalah juga mencintaiku sepenuh jiwa.
***
Dan kata kunci yang harus diingat:
Seperti apa pun sempurnanya pasangan kita, pasti dia tidak akan pernah menyempurnakan keinginan kita kalau kita tidak pernah bersyukur.
Seperti apa pun sempurnanya pasangan kita, pasti dia tidak akan pernah menyempurnakan keinginan kita kalau kita tidak pernah bersyukur.
Dan ketika terpaksa disuruh memilih pasangan atau keluarga, maka
jadilah hujan yang menumbuhkan bunga-bunga, bukan melahirkan petir yang
memekakkan telinga. Jika bunga-bunga itu tumbuh bersama, ia tak pernah saling menjelekkan,
tapi bersama memperindah kehidupan. Begitu keluarga dan pasangan.
“Cinta dan pengorbanan,” kata Ronal, “mampu menyingkirkan semua batu
sandungan.” (Maman Suherman)