Kang Maman – Independen vs Parpol
Kalau ada kegusaran, “Kenapa tidak lewat jalur parpol dan malah memilih
jalur perorangan?” Jawabannya sederhana: “Kenapa tidak? Toh, undang-undang
memperbolehkan dengan sejumlah persyaratan.”
Justru ini menjadi momentum bagi partai politik untuk melakukan
introspeksi: Apakah mereka selama ini sudah sedemikian “terjebak” dalam masalah
ideologi partai semata, dan calon-calonnya hanya ditentukan oleh segelintir elite
partai, dan menjadikan calonnya semata sebagai petugas parpol, dan tidak lagi
melihat kebutuhan masyarakat yang sangat merindukan figur yang mampu memberikan
harapan, juga mampu memberikan perubahan—figur yang bisa menjadi petugas rakyat,
bukan semata petugas partai.
Jadi sebenarnya tadi terlihat dari perdebatan teman-teman di sini:
Bukan soal jalurnya (perseorangan atau parpol) yang menjadi kunci
masalah, tetapi apakah calon-calon tersebut mau berpihak dan memahami derita
rakyat dan berjuang untuk rakyat, bukan semata untuk kepentingan orang-orang
atau partai yang mendukungnya.
Persoalan mahar disinggung. Jalur partai atau perseorangan pasti
sama-sama membutuhkan biaya dan dana operasional kampanye (itu sudah ada
aturannya). Dan calon pemimpin harus bisa meyakinkan publik bahwa dana-dana itu
tidak akan menyanderanya saat kelak terpilih, yang bisa menjadi bibit potensial
untuk berperilaku koruptif.
Kesimpulannya, melalui jalur apa pun, panelis ILK meyakinkan, siapa pun
bakal calon dan calon pemimpin daerah:
Jika engkau lurus, tulus, dan tegas berjuang untuk rakyat, engkau akan
lulus menjalankan tanggung jawabmu. Tapi jika engkau semata demi dan
karena fulus serta penuh akal bulus, cepat atau lambat alam akan memberikanmu
cap: FALSE.
Dan pemimpin mewujudkan harapan, bukan membikin harap-harap cemas. (Maman
Suherman)