Kang Maman – Pengobatan Alternatif vs Medis
Pengobatan alternatif versus
medis dulu kerap didikotomikan sebagai timur versus barat. Namun kini tak lagi
terlalu dipertentangkan, bahkan saling melengkapi—“pengobatan integratif” kita
mengenalnya.
Tadi dijelaskan tentang ilmu
kesehatan holistik, yang terdiri atas penyembuhan alamiah plus memberdayakan
pasien untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Jadi teringat filosofi pengobatan
ala Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa sallam] bahwa sebuah gangguan
memiliki asal masalah yang dimensinya tak sekadar fisik, tetapi juga harus
menyelami dimensi psikisnya, dengan penekanan-penekanan untuk ber-taqarrub
ilallah (mendekatkan diri kepadaNya) agar psikis menjadi tenang.
Juga tadi tergambarkan,
sesungguhnya penyakit merupakan suatu irama untuk mencapai keseimbangan tubuh
(homeostatis). Secara filosofis, penyakit-penyakit hadir sebagai obat untuk
menyadarkan manusia agar kembali ke jalan yang benar. Dan sebagai bentuk
introspeksi bahwa begitu mudahnya semesta memberikan balasan bagi orang-orang
yang melampaui batas.
Kita ingat dengan ajaran “Makanlah
saat lapar dan berhenti sebelum kenyang.” Sisakan sepertiga dari lambung kita
kosong setelah menghabiskan makanan, karena berlebih-lebihan dalam makan
membahayakan tubuh.
Dan satu tadi disentuh Kang
Denny dan juga Ronal, teringat ilmuwan Ibnu Sina. Suatu ketika ia diminta
tolong menyembuhkan seorang yang sakit parah. Setelah melakukan pemeriksaan, ia
menyerah dan berkata, “Aku tidak bisa menyembuhkan orang ini karena ia memiliki
begitu banyak kebencian di dalam hatinya.”
Teringatlah Rasulullah [shallallahu
‘alaihi wa sallam] yang pernah mengatakan, “Ketahuilah, sesungguhnya di
dalam tubuh manusia ada segumpal daging, yang apabila dia baik maka baiklah
seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak, rusaklah seluruh tubuhnya. Dan segumpal
daging itu ialah hati.”
Terakhir, kata kunci sehat
itu rupanya sama: sehat pikiran, tubuh, perasaan, dan jiwa; dan pusatnya di
hati. Jadi, mau sehat, hati-hati menjaga hati. (Maman suherman)