Kang Maman – Kami Tidak Takut
Merekam semua perbincangan tadi, jadi mengingatkan saya pada apa yang
diunduh seorang pengusaha, Sonny Tan, sehari setelah bom Sarinah terjadi.
Ada kelompok yang pakai tagar
[tanda pagar] #KamiTidakTakut. Kesannya seperti menantang, seperti disitir
Kang Denny tadi.
Apakah benar mereka tidak takut?
Kalau saya, jujur saya takut—seperti kata Cipan [Cici Panda]. Mereka
bersenjata, saya tidak. Mereka tidak punya masa depan, saya punya. Tetapi
sekalipun saya takut, saya tidak boleh kalah oleh rasa takut. Saya tidak boleh
berhenti bekerja karena takut ada bom. Saya tidak boleh berhenti bertemu
teman-teman karena rasa takut. Saya tidak boleh berhenti jalan-jalan karena
rasa takut. Saya tidak boleh berhenti berpendapat karena rasa takut. Saya harus
melawan rasa takut.
Karena itu, daripada tagar #KamiTidakTakut,
saya lebih memilih tagar #KamiLawanRasaTakut,
#MelawanRasaTakut, #MelampauiRasaTakut.
Daripada
tagar #PrayForJakarta, saya
lebih memilih #PrayForTeroris. Biar Tuhan yang menegur orang-orang yang suka
dan bangga meneror; semoga Tuhan memberi mereka insaf dan bertobat. Juga jangan
lupa, tagar #PrayForPolice. Biar Tuhan
yang melindungi para polisi yang jadi target teroris; biar Tuhan yang beri
hikmat agar pak polisi yang ganteng itu bisa mencegah aksi teror.
Kita
hanya bisa berserah, tapi tidak boleh
menyerah. Dan semua makhluk akan mati. Dan karena akan dan PASTI MATI, maka
sekarang ini kita harus hidup.
Nikmatilah
hidup dan biarkan orang lain juga hidup dan menikmati hidupnya, bukan dengan
mematikannya. Itulah hakikat kehidupan.
Terakhir,
ada pertanyaan, “Orang kecil kok tetap jualan di tengah ancaman? Ada apa, ya?
Sederhana,
tersirat dalam kalimat Ronal tadi bahwa kita sudah terbiasa terhadap teror.
Semenjak duka, derita, dan luka oleh orang kecil dinamai doa, semenjak itu
kehilangan tak lagi butuh air mata dan juga tak butuh rasa takut.
Hidup
adalah perjalanan melampaui rasa takut untuk merayakan kehidupan. (Maman
Suherman)