Kang Maman – Wanita dan Bela Diri
Selama belasan tahun terakhir, menurut data Komnas Perempuan, seperti tadi
disinggung oleh Cak Lontong, ada 2 perempuan di Indonesia
mengalami kekerasan setiap hari—12 di antaranya menjadi korban perkosaan.
Fenomena kekerasan terhadap perempuan ini bukan semata-mata masalah
perempuan, tetapi masalah kita bersama. Masalah kemanusiaan, yang harus
dihadapi bersama oleh perempuan dan juga laki-laki. Karena kita semua percaya:
Tidak ada satu pun laki-laki baik yang menginginkan ibu, istri, atau anak
perempuannya menjadi korban kejahatan.
Di sisi lain, fenomena ini makin menuntut sekaligus mendorong perempuan
untuk menguasai seni bela diri. Beragam tempat berlatih seni bela diri pun
dibuka, dan beragam kelebihannya sekaligus kemudahannya ditampilkan.
Bagi Cipan [Cici Panda] mewakili perempuan, bela diri adalah alat
proteksi. Betul, ini harus menjadi penekanan. Karena panelis tadi sepakat bahwa
filosofi bela diri itu satu: ‘bela diri’ ejaannya bukan ‘balas dendam’, apalagi
untuk dipamer-pamerkan dan semata alat memuaskan ego. Bela diri ditujukan untuk
melindungi dan melayani kehidupan agar ia menghasilkan kebahagiaan, bukan
sebaliknya—malah menjadi kutukan.
Ingat filosofi yang pernah dikatakan oleh guru besar karate, “Karate means keep smiling all the time,”
karate berarti belajar untuk selalu tersenyum dalam kehidupan.
Jadi, jika ingin membuat dunia lebih indah, tebar senyuman, bukan
kekerasan.
Dan terakhir, kenapa orang mau bercape-cape bela diri?
Ini sesuai dengan filosofi legenda dunia bela diri, Bruce Lee:
“Jangan berdoa untuk memohon kehidupan yang mudah, berdoalah memohon
kekuatan untuk mengatasi kehidupan yang sulit.” (Maman Suherman)