Kang Maman – Sepak Bola vs Basket
Filosofi bola bundar mengajarkan: Untuk melesakkan bola ke dalam keranjang
dengan tangan atau ke jala gawang dengan sepakan dan tandukan, bukanlah karya
individu. Tapi karena kerja sama tim,
strategi, dan kedisiplinan. Tahu diri berada dalam posisi apa.
Untuk menang, tidak berebut, tidak memanjakan ego masing-masing untuk
memasukkan bola. Bahkan seorang Ronaldo, Messi, Kobe Bryant, King James, atau
Stephen Curry, tak bisa menang seorang diri tanpa sebuah kebersamaan yang penuh
disiplin.
Dan pelajaran terhebat dari olahraga: Sehebat apa pun seseorang, ada
batas berkarier. Dan yang terhebat dari olahragawan adalah mereka sangat tahu diri,
kapan harus mundur dengan terhormat.
Teringat puisi perpisahan yang baru saja ditulis oleh seorang Kobe
Bryant:
“Hatiku masih merasakan debar dan entakan
Pikiranku masih sanggup menangani tekanan
Tetapi saya tahu, tubuhku sudah harus mengatakan:
‘Kini saatnya untuk pergi dan selamat tinggal’.”
Tahu diri adalah sesuatu yang sangat indah di olahraga, tetapi sangat
mahal di dunia politik. Jadi, benar kata Samuel Rizal tadi, “Sepak bola atau
pebasket, sama kerennya. Yang nyebelin—khususnya
di sepak bola negeri ini—adalah orang-orang yang menanganinya.”
Ayolah, jangan rusak dunia sepak bola kita, jangan “cabut” sayap-sayap
garuda di dada kita, jangan matikan masa depan anak bangsa yang diberi talenta
sebagai pesepak bola—dengarkan suara Syamsir Alam dan kawan-kawan.
Dan buat pesepak bola kita, ingat nasihat pebasket Carry:
“Jika kamu tidak pernah jatuh, bagaimana kamu tahu nikmatnya bangkit.”
Tetapi please, pemerintah dan
pengurus, jangan kelamaan “menggantung nasib” mereka.
Ayo nikmati permainan dalam kebahagiaan dan keriangan, tebar cinta, tebar
keriangan, tebar prestasi, jangan tebar benci dan anarki. Karena dalam
olahraga, kebencian itu hanya melukai diri sendiri dan tidak bakal mampu
melemahkan lawan. Seperti kata Cristiano Ronaldo, “Your love make me strong, your hate make me unstoppable (Cintamu
membuatku kuat, bencimu tak akan bisa menghentikanku).”
Dan terakhir, sport itu sportif. Terbanglah garuda-garuda muda, lesakkan
bola ke dalam keranjang, hunjam gawang lawan, kibarkan Merah Putih, dan
teriakkan dengan gagah Indonesia Raya!
(Maman
Suherman)