Kang Maman – Sadar untuk Taat
Disduksi
malam ini mengingatkan kita pada kisah seekor tikus yang ketakutan melihat sepasang
suami istri petani yang membawa perangkap tikus.
Ia laporkan ke temannya: ayam, kambing, sapi, bahkan ular. Tetapi semuanya cuma bisa bilang prihatin, tapi tak bisa membantu—bahkan dengan kompak berujar, “Perangkap tikus tidak membahayakan kami, jadi, kami tidak peduli!”
Ia laporkan ke temannya: ayam, kambing, sapi, bahkan ular. Tetapi semuanya cuma bisa bilang prihatin, tapi tak bisa membantu—bahkan dengan kompak berujar, “Perangkap tikus tidak membahayakan kami, jadi, kami tidak peduli!”
Tikus pun
sedih dan pasrah. Hingga pada suatu malam, terdengar bunyi keras pertanda ada
yang terkena perangkap. Bukan tikus, tapi
ekor ular yang terjerat. Dan ular pun mengamuk hingga mematuk istri petani itu.
Ular langsung dibunuh oleh sang petani, dan istrinya terkena racun. Hingga
diusulkan oleh tetangganya untuk membuatkan dia sup ayam. Ayam pun dibunuh.
Tidak
selesai di situ (tetap sakit), kemudian ada usulan untuk memakan hati kambing. Kambing
pun dibunuh. Dan ternyata, tidak juga sembuh sehingga istrinya meninggal. Dan ketika
banyak pelayat datang, sang petani terpaksa membunuh (memotong) sapi untuk
memberi makan kepada pelayat.
***
Apa yang
kita bisa pelajari dari situ?
Jika kita
tidak peduli pada orang lain, tidak cuma orang lain yang tidak terbantu dan
tidak terselamatkan, tetapi kelak diri kita pun akan lambat atau cepat menjadi
korban.
Ingat: Kesadaran
kita, keselamatan semua. Dan seperti kata Pak Jarwo Kwat tadi, “Di tengah
ketidakdisiplinan, kita tidak butuh heroin, tetapi kita butuh jiwa heroik.” (Maman
Suherman)