Kang Maman – Masihkah Tontonan Televisi Jadi Tuntunan?
Yang ideal mempertontonkan tuntunan, bukan mempertontonkan jalan menuju
kehancuran. Dengan cerdas, Ronal mengatakan, “Titik terlemah televisi adalah
kerap bertele-tele tanpa visi.” Ini mengingatkan saya pada tujuh dosa jurnalistik (seven deadly sins journalism)—yang secara tersirat diucapkan oleh
teman-teman—yang membuat televisi kerap hanya sebagai tontonan tanpa tuntunan, yakni:
[1] Kerap memberikan informasi yang terdistorsi;
[2] Dramatisasi fakta palsu yang bertele-tele;
[3] Mengganggu privasi di wilayah publik;
[4] Kerap tanpa sadar, bahkan dengan sadar melakukan pembunuhan
karakter;
[5] Mengeksploitasi seks;
[6] Meracuni pikiran anak-anak; dan
[7] Menyalahgunakan kekuasaan. Di mana televisi yang frekuensinya milik
publik, dipakai untuk kepentingan individu atau kelompoknya.
Jika saja tujuh dosa itu tidak dilakukan, televisi bisa menjadi
tontonan yang menuntun, yang membawa kita sebagai teman baik kepada pemirsa
untuk memperkaya dan memberi pencerahan kepada penontonnya.
Kata kunci: Remote control di tangan Anda. Jadilah
pemirsa sekaligus juri yang kritis. Matikan TV jelek, laporkan jika melanggar,
puji jika memberikan tuntunan. Banyak
sensasi, penuh dramatisasi, sepi prestasi, matikan televisi! (Maman
Suherman)
0 komentar:
Posting Komentar